XIX. BADMOOD

Selama diperjalanan pikiran Agnes kalut, moodnya sungguh buruk karena perilaku temannya. Ia berhenti disebuah kedai yang cukup jauh dari tempat Jhonnya. Setelah memasuki kedai tersebut ia memesan makanan dan duduk di tempat yang masih kosong. Ia mematikan ponselnya agar Wani maupun Vincent tidak bisa melacak keberadaannya. Makanan datang, ia merasa lapar dan memakan selagi hangat.

"Hei bibi, ini adalah wilayahku. Kau berjualan disini artinya kau harus membayar pajak, ayo bayar," ujar seorang pria bertubuh gemuk bersama dua orang dibelakangnya. Mereka berjalan masuk dengan penampilan seperti preman.

"Apakah mereka preman?"

"Wah, jahat sekali."

"Mereka memeras orang."

"Ah begini, aku-"

"Hei, jika kau tidak mau membayar, aku akan mengacak kedaimu ini," ancam pria itu. Mereka mengusir para pelanggan yang sedang makan dan membuat mereka kesal.

"Hei, gadis kecil. Kau tidak dengar bahwa kedai ini akan tutup?" tanyanya. Agnes hanya diam tak menghiraukan ucapannya dan masih lanjut makan. Mereka saling berpandangan dan mulai menggoda Agnes.

"Hei, kau cantik juga. Teruslah makan agar berisi, hahaha," ujar si pria gendut. Ia duduk disebelah Agnes dan mulai menyentuh rambutnya.

"Jangan menyentuhku," ujar Agnes. Pria itu tak menghiraukan Agnes, ia menghentikan makannya dan meletakkan sendoknya di meja.

"Rambutmu bagus juga, selama ini aku menyentuh rambut mereka tak sampai sehalus ini," ujarnya.

Agnes mulai memukul hidungnya ketika pria itu menyentuh pundaknya. "Bibi, aku akan ganti rugi setelah ini."

Ia mengambil mangkuk bekas makannya dan memukulkannya tepat di kepala pria tersebut. Dua orang tadi terkejut dan mulai menyerangnya. Mereka berusaha menyerangnya namun terus melesat dan malah kena pukulan. Agnes menendang kepalanya dan bagian rahang pria itu. Karena moodnya sedang buruk, ia mengambil 2 mangkuk lagi dan memecahkannya di kepala 2 pria tersebut.

"Sudah kukatakan jangan menyentuhku. Inilah akibatnya," ujarnya sambil memberikan kartu atm pada pemilik kedai tersebut.

"Uang itu untuk bibi. Karena ulahku, kedaimu jadi kacau. Tidak ada kode, dan kau-" potong Agnes sambil menghampiri pria bertubuh gendut yang kini sedang memegang kepalanya yang terluka.

"Sebelum masuk kedai ini, kau harus mengingatku," ujarnya sambil menusukkan garpu ke telapak tangan pria itu. Ia berteriak kesakitan dan Agnes pun pergi setelah menghancurkan kedai orang.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Weh, lama gak ketemu. Lu ada disini rupanya, gue hampir ga ngenalin."

Gadis itu mengeluarkan selembar cek 1 Milyar dan memberikannya pada pria disebelahnya. Pria itu menerima cek tersebut dan memberikannya kepada seseorang. "Nes, mood lu buruk ya? Lu taruhan gede banget gila."

"Diem, lagian gue juga gak akan biarin 1 Milyar gue melayang," ujarnya. Temannya menggelengkan kepalanya dan mengatakan bahwa hadiah kali ini sejumlah uang yang cukup besar. Karena pembalap kali ini sering juara satu.

"Benarkah? Kalau gitu gue ada lawan yang seimbang dong, sayang banget mood gue jelek," ujarnya. Seorang wanita berada di depannya dan perlombaan akan segera dimulai. Mesin motor sudah dinyalakan, dan hitungan ketiga pembalap menancapkan gasnya.

Agnes mengegas dengan santai, hingga ketika mood buruknya kembali memuncak, ia mulai menambah kecepatannya. Menyalip mobil dan motor tanpa memikirkan klakson karena dirinya. Garis finish sudah di depan mata, ia dan seorang pria berusaha menambah kecepatannya untuk mencapai garis finish. Hingga kurang beberapa meter, pria tersebut berusaha mendorong motor Agnes dari samping.

Agnes tak mau kalah, ia pun juga melakukan hal demikian dan akhirnya mereka sama-sama terjatuh. Motor Agnes mencapai garis finish namun pemiliknya terpental. "Sialan!"

Agnes bangkit dan menghampiri pria tersebut. Pria itu berusaha bangkit namun Agnes memukul dadanya. "MAKSUD LU APA HAH?!"

"LU YANG APA! GARA-GARA LU GUE JATUH!"

"****! LU NYALAHIN GUE?! teriak Agnes. Pria itu membuka helmnya.

"LAH? LU SENDIRI NGAPAIN LU DORONG GUE?!" ujarnya. Agnes membuka helmnya. Ia menampar wajah pria yang kini hanya bengong melihatnya.

"Makan tuh dorong!"

"NES! Lu gak papa kan?"

"Iya, Bram. Gue gapapa, lecet dikit," ujar Agnes. Bram mengangguk dan memberikan hadiah padanya. Agnes bingung, kemudian ia melihat motornya yang tergeletak tepat garis finish.

"Lu menang, lu hoki. Lu jatuhnya waktu bibir motor lu udah nginjek finish, jadi lu menang. Nih, traktir gue ya, hehe. Akhir bulan, Nes. Gue bokek parah."

"Ck! Jadi lu yang selalu diomongin sama orang-orang? Agnes, itu nama lu kan?" tanya pria yang kini menatapnya dengan penuh selidik. Agnes menatapnya sinis dan pergi menuju motornya. Ia menggunakan helmnya dan menyalakan mesin.

"Bram, besok ke kedai CNT. Lu tau kan tempatnya, besok gue traktir. Gue balik dulu, teman-teman gue udah nunggu," ujar Agnes. Ia pergi dan tanpa sadar seseorang menatap dirinya yang kini sudah menjauh dari hadapannya.

"Cantik," ujarnya sambil tersenyum.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Besok lu gak boleh kemana-mana! Tiap lu balik selalu ada luka. Gue gak peduli pokoknya lu gak boleh keluar!"

Hani mendapati Agnes berjalan sedikit pincang. Ia langsung menyembur Agnes dengan beberapa kata karena kesal padanya. Agnes hanya diam dan menganggukkan kepalanya seakan patuh pada perkatannya. "Iya, besok pagi gue gak kemana-mana."

"Hah?! LU HABIS NYURI YA, KAK? KOK NOMINALNYA BANYAK BANGET?!" teriak Sean. Ia tak sengaja melihat sebuah kertas jatuh dari saku jaket Agnes. Sebuah cek yang ia dapatkan ketika menang dari balap motor.

"Enak aja, gue habis menang lomba."

"Lu habis balapan, kak?" tanya Mingi.

Agnes mengangguk. "Kok gak ajak gue sih, kak?" tanya Rere. Ia melihat cek yang dipegang Sean. "Kak, traktir gue permen. Permen gue habis, duit gue nipis juga. Hehe."

"Iya udah itu buat lu pada, gue mau tidur. Jangan ganggu gue," ujar Agnes.

"YESS!! AYO NYEBLAK!! GUE TRAKTIR LU PADA PAKE INI! HAHAHA," ujar Sean yang tampak kegirangan.

"GUE MAU PERMEN!" sahut Rere.

"GUE! GUE MAU SUSHIIIII!" Mingi pun juga ikut menyahutinya.

"Gue juga mau! Gue mau ternak kambing!" sahut Chandra dengan girang.

"Goblok! Ambu wedhus ngaleh o," ujar Vincent dengan ketus.

"Dasar! Untung lu pada bontot. Kalau kaga gue jitak satu-satu," ujar Bastian yang kini merasa pusing mendengar teriakan teman-temannya.

"Tapi, bang. Nominalnya gak main-main woi. Gue kalau pakai itu bisa beli rumah," ujar Juan.

"Gak paham gue sama Agnes. Tu bocah terlalu manjain mereka. Heran gue," sahut Hani sambil menggelengkan kepalanya. Shia yang mendengarnya hanya terkekeh.

"Bukan manjain, Han. Emang sesayang itu dia. Biarin lah, lagipun selama sama lu mereka udah hemat. Itu juga bukan uang mereka, jadi biarkan saja."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!