"Tunggu apalagi, semuanya habisi mereka!"
Agnes maju dan memukul mereka dengan pria yang dijuluki oleh Kaki Maut. Jun yang tak mau kalah pun juga ikut menghajar mereka dengan kekuatannya. Orang-orang semakin bertambah banyak, dan membuat mereka mau tak mau harus membuka jalan agar bisa menuju pemimpin gengster ini.
Rendra berjalan disamping Johan dan menghajar siapapun yang mendekatinya. Johan menunjuk sebuah lift yang tak jauh dari mereka. Johan dan Rendra masuk dalam lift tersebut, kemudian Jun mendorong Agnes untuk masuk.
"Hei! Apa yang kau lakukan?!"
"Kalian tidak masuk?" tanya Johan.
"Kalian duluan, masih ada yang harus ku urus."
Setelah memencet tombol, lift bergerak menuju lantai tiga. Agnes menghubungi seseorang untuk mulai melakukan pekerjaannya dengan membantu para rekannya yang sedang berusaha menghabisi anak buah gengster tersebut.
"Kau menelepon siapa?" tanya Rendra.
"Anak buah gue," ujar Agnes singkat.
Lift pun sampai di tempat mereka berhenti. Rendra berjalan dan berlari kecil ketika ada segerombolan orang memegang tongkat baseball ditangannya. Agnes meminta Johan untuk berada di belakangnya mengingat kondisinya masih kurang stabil. Ia dan Rendra menghajar gengster tersebut yang mulai menyerang.
DOR!!
Johan menembakkan kaca dan membuat para gengster merasa terkejut. Merasa teralihkan, Agnes mengambil kesempatan tersebut dan dengan cepat ia menghajar orang didepannya. Semakin lama mereka semakin habis dan terlihat seseorang muncul dihadapan mereka.
"Itu orangnya," ujar Agnes.
Pria bertopi dengan beberapa orang yang mengawalinya pergi ke arah kanan. Dan menyisakan seorang pria bertato di leher yang kini mulai mendekati mereka. Pria itu meyerang Johan dan membuat Johan terkulai. Ketika Agnes akan maju, Rendra menahannya.
"Dia mangsaku kejar bos mereka," ujar Rendra.
Agnes berlari menuju tangga dan berpapasan dengan Jun. Ia meminta Jun untuk naik bersamanya dan menangkap bos para gengster. Mereka berlari menaiki tangga dan sampailah mereka dilantai paling atas.
"Jun, dobrak."
Jun mendobrak pintu dan menemukan mereka sedang berada disana. Agnes melihat sebuah helikopter datang dan kemudian ia menembakkan tepat pada helikopter tersebut. Bersamaan dengan itu, pengawal yang bersama bos gengster itu mengeluarkan senjata untuk menghabisi mereka.
"Jun, tangkap bos nya. Kita tidak ada waktu, sisanya gue yang urus!" ujar Agnes. Agnes mengeluarkan pisau andalannya dan mulai melawan mereka.
"Kembalilah, kau pikir kau akan pergi kemana?" tanya Jun pada bos gengster yang berdiri menatap mereka. Agnes terengah-engah ketika lawannya sudah ia bereskan. Bajunya basah karena darah akibat terkena sayatan pisau. Agnes menatap Jun yang kini mulai mendekati bos gengster itu.
"Sudah sejak lama tak merasakan ini, darahku terasa mendidih (bahasa Italia)," ujar Alessandro, si bos gengster.
"Tolong tanpa bawang (bahasa Italia)," ujar Jun dan membuat Agnes menggelengkan kepalanya. Bos itu marah dan ia maju untuk menyerang Jun.
"Mungkin aku salah mengatakannya," ujar Jun ketika bos itu mau menyerangnya. Agnes duduk di atas tumpukan tubuh lawannya yang kini terkulai tak berdaya. Ia menyaksikan pertarungan antara mantan bos gengster dan bos gengster. Mereka mulai melawan satu sama lain.
"Auch!" ujar Agnes ketika melihat Jun di pukul oleh bos tersebut dengan keling yang dipakai ditangannya.
"2 pukulan lagi." Agnes merasakan amarah Jun mulai mendidih ketika ia berkata demikian. Sebuah dendam yang ada dalam dirinya karena 2 kawannya terbunuh karena gangster ini. Pertarungan selesai dan Alessandro terkulai tak berdaya.
Kemudian mereka turun dan membantu Rendra memapah Johan yang terluka. Saat keluar, pintu itupun terbuka dan menampilkan banyak polisi yang siap dengan senjatanya. Agnes menatap datar dan berdecih kesal.
"Apa yang kalian lihat? Masuk dan tangkap mereka," ujarnya sambil pergi.
"Dasar anak itu. HEI! YANG SOPAN SAMA ORANG TUA!" teriak Shella dan mengejar Agnes. Ia menjitak kepala Agnes dan merangkul bahunya. Mereka berdua berjalan menuju mobil untuk makan dan mengistirahatkan diri sejenak.
......................
"Kau jadi begini karena si sialan itu."
"Aku dengar kau memilki pendonor. Apa kau yakin tidak ingin di operasi?"
"Negara ini sudah kacau," potongnya. "Setidaknya dari buku ini, kau memiliki alasan untuk hidup lagi kan?"
"Kau ini polisi macam apa yang membiarkan negaranya kacau?"
"Hei, tikus. Lebih baik kau diam saja."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"ASTAGA NES! LU HABIS DARI MANA BABAK BELUR GITU HAH?!" teriak Hani ketika ia mendapati Agnes berjalan memasuki rumah. Hani terlihat kaget dan khawatir kemudian meminta Rere untuk mengambilkan kotak P3K.
"Astaga, Nes. Lu kenapa bonyok gini? Badan lu, astaga," ujar Shia. Ia membantu Hani yang mulai membersihkan lukanya. Kawannya yang lain juga terkejut ketika melihat keadaannya.
"Apaan lu pada, gue udah biasa gini. Gak usah kaget, bentar lagi juga sembuh kok."
"Mulut lu enteng banget, gue pukul juga pake panci nih. Habis ini lu dirumah bae gak usah keluar. Gak tau lagi gue sama pemikiran lu," ujar Hani, Agnes tertawa dan membiarkan kedua kawannya mengobati lukanya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments