"Kak, kita lagi di bengkel tempat markasnya Kak Jhonny. Lu kesini."
Agnes mendapat kabar bahwa Rere dipindahkan ke tempat yang lebih aman. Setelah ia menyelesaikan urusannya, Wani menelepon Agnes untuk datang ke tempat bengkel dekat cafe xxn. Ketika sampai di bengkel yang dimaksud, Agnes bertemu dengan Jihan dan ia membawa Agnes masuk.
Dari depan memanglah bengkel biasa dan kecil, namun saat memasukinya akan terlihat luas. Agnes mendapati teman-temannya bersantai dan berbincang. Mingi yang juga habis dari luar, melihat Agnes dan mengantarnya ke sebuah kamar dimana Rere istirahat.
"Nes, syukurlah Rere belum kena cairan itu. Seandainya tadi dia kena meski sedikit, bisa gawat. Untungnya lu cepet tadi," ujar Shia.
"Hm, memangnya itu racun apa, kak?"
"Aconite," sahut Agnes. Shia mengangguk dan menjentikkan jarinya.
"Betul, karena racunnya selain mudah diserap juga tidak mudah dilacak. Lebih tepatnya tidak bisa," jelas Shia.
Mingi hanya melongo mendengarnya. Ia tak menyangka bahwa sahabatnya akan mendapatkan racun dari orang yang tak dikenal. "Kak, siapa yang melakukan ini?"
"Musuh terbesar orang tua kita, Bagas."
...----------------...
Disisi lain ...
PRAANNGGG
Suara pecahan kaca di sebuah ruangan membuat terkejut orang yang ada disana. Mereka menundukkan kepalanya dan terdiam ketika bos mereka sedang marah. Wajah pria dengan jas itu memerah marah dan nafasnya terengah-engah.
"GAK GUNA! GAK BECUS! KALIAN SEMUA BODOH! AKU SUDAH MENBUAT PEKERJAAN KALIAN LEBIH MUDAH! TAPI KALIAN TIDAK BERHASIL SATUPUN!!!!!"
"M-maafkan kami, bos."
"MAAF?! KALIAN LIHAT, BAHKAN REKAN KALIAN SAJA TIDAK TAHU DIMANA DIA SEKARANG! TIGA ORANG MENYAMAR SAMPAI SEKARANG BELUM KEMBALI!!!"
Pria itu berjalan mondar-mandir dan memikirkan langkah selanjutnya. Ia memanggil genk Red untuk datang ke tempat mereka. Namun, ia juga mengundang Genk Black dan Genk Lily untuk datang. Ia berniat untuk menjebak genk para mata-mata untuk ia habisi.
......................
Penjelasan singkat, mengenai nama genk. Genk Rose, merupakan Genk nya Hani, dkk. Mereka merupakan mata-mata dan berteman lama sedari kecil. Orang tua Agnes dan ayah dari para sahabatnya merupakan sahabat juga sedari mereka bujang. Jika Agnes dan sahabatnya merupakan mata-mata, maka orang tuanya juga seorang mata-mata, kecuali ayah Agnes. Sebelum bertemu dengan ibunya, ayahnya merupakan seorang intel.
Meninggal karena mereka dijebak oleh Bagas, yang merupakan seorang mafia, musuh terbesar orang tua mereka. Hani merupakan seorang ketua, Agnes, Shia gadis penggila obat dan racun, Wina si hacker, Jihan si badan kecil tapi petarung handal, Mingi petarung handal, Sean gadis paling kuat dan penembak jitu, dan Rere memiliki kemampuan yang sama dengan Agnes dan Harun. Yaitu firasat kuat.
Genk Evos, merupakan genk dari Bastian, dkk. Di dalamnya terdapat Sebastian sebagai ketua, Janu, Matteo, Dika, Vincent, Chandra, Gibran, dan Harun sepupu dari Agnes dan Rere. Mereka merupakan kelompok mata-mata dan mantan dari mafia Genk TNine yang diketua oleh Nana. Bagas merupakan ayah dari Nana, yang putrinya kini sedang dipenjara karena kasus penculikan dan penganiayaan.
Genk Lily, merupakan mata-mata dari teman satu sekolah Hani. Mereka berteman namun jarang berkomunikasi karena beda kelas. Berisikan empat orang gadis, Jenny, Mawar, Jossi, dan yang paling muda adalah Lili.
Genk Black berisikan empat orang laki-laki dan berteman akrab dengan Genk Rose. Nevan si ketua, kemudian Angga, Rendi, dan yang paling muda adalah Sony.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Apa rencana selanjutnya?" tanya Vincent. Hani diam sejenak kemudian ia meminta teman-temannya untuk mendekat. Agnes rebahan dan menggunakan paha Hani sebagai bantal. Ia memainkan game di ponselnya dan mendengarkan Hani berbicara.
"Gue habis dari sana dan ketemu sama Genk Lily dan Black. Lu tau kan mereka siapa? Nah, mereka akan jadi rekan kita. Mereka akan kesini sebentar lagi. Waktu disana kita membahas mengenai pengedar narkoba. Si Tua itu sepertinya lagi ambis, jadi dia ingin kita nangkap pengedar narkoba itu," ujar Hani yang diangguki oleh Rere.
"Terus?" tanya Matteo.
"Sabar, bego!" ketus Wina.
"Dua minggu lagi kita akan ke Korea. Jadi gunakan dua minggu untuk melatih kemampuan kita. Untuk senjata kan sudah disiapin sama Kak Jhonny, jadi kita hanya perlu latihan. Tidak hanya kita, tapi akan ada genknya Jenny dan Nevan," ujar Rere. Agnes mengangguk dan ia pun bangkit dari rebahannya.
"Dan lu gak boleh kemana-mana."
"Gak janji," ujar Agnes sambil pergi ke kamarnya untuk tidur.
......................
Mereka sibuk melatih diri mereka masing-masing. Beberapa ada yang berlatih membidik dengan senjata mereka, ada yang melatih kemampuan bela diri mereka. Agnes melihat Sea sedang marah-marah karena Juan dan Matteo sangat sulit diajarkan membidik dengan benar. Terlihat wajahnya sangat memerah karena kesal. Mingi yang berada disana meminta Sean untuk melatih dirinya saja, dan membiarkan Mingi yang mengambil alih.
"Itu salah megangnya, jelas Sean marah-marah. Caranya gini," ujar Mingi mengajari Juan dengan lembut. Agnes tertawa kecil melihatnya.
"Kak, ajarin gue. Lu nganggur kan?" tanya Dika tiba-tiba. Agnes menghela nafasnya dan mengangguk.
Dika mengambil snipper jarak jauh dan Agnes melihat cara memegangnya. Dika mulai fokus pada titik merah yang ada di depan dan ia menembaknya. Meleset. Agnes mengambil snipper yang sama dan menembaknya juga, ia tepat sasaran. "Coba perhatiin gue nembak, lu salah di bagian mana?"
Dika terdiam dan memperhatikan Agnes menembak. Ia mengamati kaki dan posisi senjata yang ia pegang. Karena tidak menemukan jawaban, Dika mencoba mengikuti gaya Agnes, namun masih salah sasaran. " Cara pegangnya salah, cara pegangnya bukan gitu," ujar Agnes sambil membetulkan tangan Dika.
Jarak dia dan Dika terlalu dekat hingga tanpa sadar Agnes membuat wajah seseorang memerah. "Kagumnya nanti, sekarang coba tembak."
Dika merasa salah tingkah dan ia mencoba fokus kembali. Kini bidikannya tepat sasaran. "Wah, makasih, kak."
Agnes mengangguk dan berjalan menuju ruang latihan. Kini Jihan berhadapan dengannya, Jihan menyerangnya dan Agnes menghindari serangannya. Hingga kegiatan mereka terhenti karena Lili dan Rere mulai melukai satu sama lain. Lili memukul wajah Rere dan membuat sudut bibirnya terluka. Rere pun tidak mau kalah dan menendang perutnya hingga Lili terjatuh.
Melihat kejadian ini Chandra hendak membantu Lili berdiri, namun di tahan oleh Agnes. "Kenapa berhenti?" tanya Agnes.
Rere terdiam ketika Agnes bertanya. Ia tak berani menatapnya dan memilih untuk menundukkan kepalanya. "Lili bangun! Pukul Rere," tegas Agnes.
Mendengar suara Agnes, mereka berkumpul dan melihat apa yang terjadi. Terlihat Rere dan lukanya, sedangkan Lili terjatuh sambil memegangi perutnya. "BANGUN! BUNUH RERE! AYO BUNUH!" teriak Agnes. Agnes merasa marah dan ingin memukulnya namun tidak bisa.
"Hanya karena 1 orang, kalian ingin saling membunuh? Ayo bunuh. Bunuh Lili, Re. Ayo, setelah salah satu terbunuh tidak ada penghalang kan?"
Agnes mengusap wajahnya kasar. Ia memanggil Shia dan Mawar untuk mengobati mereka berdua. "Setelah ini kalian akan satu kamar. Tidak ada yang boleh masuk kamar mereka dan kalian tidak boleh keluar kamar kecuali ada sesuatu yang penting."
"Kak-"
"Jangan membantah!"
Agnes mengambil jaketnya dan keluar. Ia mengambil motornya dan pergi tanpa mengatakan apa-apa lagi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments