V. HANCURKAN PASARNYA

BRRAAAKKKK

Dara membanting meja dihadapan Johan. Johan adalah senior dari Inspektur Mi. Dia lah yang meminta kepada para pidana untuk menyelesaikan masalah ini. Wajah Dara kini memerah marah. Ia menarik kerah pria itu dan berteriak didepannya. Inspektur Mi yang terkejut hanya terdiam dan menyaksikan apa yang ada dihadapannya.

"INI ULAHMU KAN?! KAU YANG MENGGUNAKAN DIA SEBAGAI UMPAN BUKAN?! JAWAB AKU!!!"

"Dengar, dik. Jangan berteriak," ujarnya. Pria itu melepaskan tangan Dara dari kerahnya. Ia merapikan kerahnya dan menatap tajam si Dara.

"Kau memiliki bukti, hm? KAU MEMILIKINYA?! Rawat dia dengan baik. Kunjungi dia. Sampaikan salamku padanya," ujarnya sambil pergi meninggalkan Dara sendirian yang kini memukul tembok hingga tangannya mengeluarkan darah.

...----------------...

"Aku masih dibutakan oleh amarah. Aku masih melakukan apapun seenakku meski kalian memberikan kami beberapa larangan. Jangan membuatku membunuh orang, akan lebih baik jika lepaskan aku dan kembalikan aku dalam sel."

Inspektur Mi hanya diam dan menatap Agnes yang kini hanya menatap jendela luar. Selama ini ia selalu salah bahwa pidana ini akan kabur ketika dalam bertugas. Jika mereka setuju karena dibutakan oleh pengurangan masa tahanan, maka tidak dengan Agnes. Dari awal ia sudah menolak namun Inspektur tidak bisa berkutik karena seniornya sudah menggigit hukum.

Inspektur Mi hanya mendengus nafasnya, ia berjalan dengan membawa dokumen berisikan identitas korban.

"Kau lihat, kau sudah membaca ini kan?" tanya sambil tersenyum. "Sudah kukatakan dari awal aku tidak pernah menyetujui hal ini. Bahkan aku meragukanmu. Tapi aku tidak berdaya, atasanku adalah sahabat karib seniorku. Agnes, Tuhan tau yang terbaik. Jika aku membicarakan mengenai keluarga, apa kau tetap akan berhenti?"

...----------------...

"AAKKHHH YAK!!! SAKIT WOI!!!"

"YA LU, NGAPAIN LU GANGGU GUE?! GARA-GARA LU FILE GUE HILANG!"

PRAAANNNGGGG

"Hm, jika kau marah jangan memecahkan barang. Itu mahal," ujar Agnes sambil menyeruput teh hangat.

"HEH! LU BERDUA KALAU BERTENGKAR LAGI GUE GOROK SATU-SATU!"

2 gadis itu menunduk ketika si paling tua berteriak memarahinya. Mereka tinggal bertujuh dalam satu atap. Orang tua mereka merupakan seorang mata-mata yang juga memiliki hubungan yang baik lebih dari sahabat. Dan hal itu menurun pada anak-anaknya. Agnes tinggal bersama sahabatnya setelah ia mendapatkan izin. Meski begitu, Agnes masih dipantau dari jauh.

Hani, merupakan orang tertua sebelum Agnes. Ia adalah ketua sekaligus teman dan kakak bagi para sahabatnya. Hubungan mereka begitu baik bahkan setelah orang tua mereka pergi mendahului mereka. Meski Agnes selalu membuat ulah sebelum ia masuk ke dalam sel, mereka tetap menerimanya karena mereka tau bahwa Agnes memiliki alasan tersendiri.

"Sudahlah, Han. Ada update an apa mengenai mafia generasi pemula?"

"Hah ... Masih belum ada pergerakan. Lagian mereka sibuk ngurus pacar mereka masing-masing, Nes."

"Tahun depan gue bakalan kuliah di Universitas Elang. Gue milih disana karena lebih dekat dengan markas. Dan setelah masuk, lu sama Shia harus siap-siap. Karena gue yakin, para mafia amatir itu bakalan kuliah disana juga. Dan gue mau, dalangnya ditangkap."

"Maksud lu?"

"Nanti lu bakalan tau, jika mereka tidak melakukan apapun, jangan melakukan apapun juga. Karena dalangnya masih dipenjara, hahaha."

"Lu bener, Nes. Dalangnya aja masih dipenjara gimana mau nyetir anak-anaknya. Ahahaha," sahut Shia yang baru saja tiba.

Mereka berbincang sedangkan 2 gadis yang kena marah sedang membersihkan kaca yang tadi dipecahkan oleh Hani.

"Lu si ah! Rese!"

"Kok gue? Gue kan-"

"Yang bersih ya, adik-adik~"

Agnes hanya terkekeh geli dan hatinya merasa terharu. Sudah sekitar 8 tahun ia merindukan hal ini. Hatinya menghangat ketika 2 sahabatnya yang muda bertengkar kecil. Ia sungguh merindukan momen ini, seandainya dia bisa bersama mereka seterusnya.

Sudah tiga hari Agnes tidak mendapatkan kabar mengenai tugas baru. Ia tidak mendapatkan pesan apapun dan memilih untuk menenangkan pikirannya sejenak.

"Kak, lu udah dengar kabar hari ini?"

...----------------...

"Bagaimana istirahat kalian? Sudah bukan waktunya kita bersantai. Aku yakin kalian sudah mendengar kabar hari ini."

Johan, orang yang bertanggung jawab atas mereka mengambil sebuah tongkat. Ia menggeser papan yang terdapat foto-foto orang yang tertempel disana. Ia mengarahkan tongkat itu ke foto tersebut.

"Foto yang kalian lihat ini adalah foto para manusia buruk. Mereka aktif dan kurasa memang itulah pekerjaan mereka karena bayarannya cukup mahal, haha," ujarnya sambil tertawa.

"Ya, mereka aktif dalam perdagangan organ manusia. Kurasa ini bukan satu dua kali, tapi yang ini sangat-sangat besar. Mereka berkelompok, dimana-dimana. Tapi, bos mereka adalah bos yang sama," lanjutnya.

"Polisi tahu dimana mereka dan siapa mereka. Tapi, tidak ada satupun dari mereka yang masuk sel. Kalian tahu kenapa?"

"Bukti."

"Gotcha! Bukti, tidak ada satupun bukti yang ditemukan. Mereka melakukan pekerjaan kotor namun tak ada yang bisa menangkap mereka. Hah ... Punggung tua ini perlu merasakan kasur yang empuk."

Agnes menatap tajam 3 foto yang terlihat kenal. Ia seperti mengenal mereka disuatu tempat. "Aku rasa tiga orang yang kau beri kotak merah itu adalah penerima? Aku benar?"

"Hm, tidak salah. Mereka bertiga, aku yakin kalian mengenalnya. Mereka adalah orang yang menerima barang dari produsen yang bawah ini. Yah anggap saja mereka adalah distributornya."

Jun yang dari tadi hanya diam kemudian angkat bicara. "Lalu, apakah kita akan menangkap mereka dalam satu kali serangan?"

"Strategi yang bagus, Jun. Kita akan melakukannya dalam satu kali serangan," sambung Sam Nam.

"Artinya kita akan menangkap si distributor ini kan?" tanya Denara.

"Benar, aku akan menghubungi anak buahku untuk memungut kotoran ini kesini. Kalian cukup tangkap tiga setan itu," ucap Agnes yang langsung menghubungi anak buahnya untuk datang. Johan yang hanya memperhatikan tersenyum penuh arti.

Mereka mulai bertindak. Agnes ikut dengan Sam Nam menuju sebuah apartmen. Mereka berjalan melewati gang dan orang tak dikenal menghadang mereka. Agnes menghajar dan menyuruh Sam Nam untuk masuk. Sam Nam berjalan santai hingga menemukan 8 orang yang sedang berjaga. Sam Nam memasuki ruangan tempat daging diawetkan. 8 orang itu melihat Sam Nam dan mengejarnya hingga ikut masuk dalam ruangan itu. Sam Nama tersenyum dan menutup pintu ruangan yang sangat dingin. Temperaturenya ia rubah agar menjadi sangat dingin, hingga beberapa menit kemudian Sam Nam membuka pintunya, mereka sudah kaku seperti es batu.

Bersamaan dengan itu D'twins melakukan aksinya. Denara menemukan sang distributor sedang lari ketika melihat Denara. Denara hanya jalan santai sambil meminum culanya. Karena panik, maka pria yang melakukan perdagangan itu masuk ruangan dan mengunci ruangan itu. Ia loncat dari jendela dan jatuh.

"Hai! Kau merindukanku?" tanya Dara. Saat itu juga Dara menendang kepalanya hingga ia pingsan.

Jun menampar seluruh orang yang menghalanginya ketika masuk. Ia bertanya dimanakah sang pengedar. Memukul mereka hingga restorannya kacau. "Wah wah, sepertinya daging disini mahal ya? Bakso mana yang bagiannya adalah lambung hah?!"

Jun mengacak seluruh tempat yang ia lewati dan menemukan sang distributor ketakutan sembunyi dibawah meja. "Kau! Berdiri cepat!"

"Buat pasar mereka menjadi kacau."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!