..."Sungguh, aku belum sepenuhnya bebas, kakek. Aku hanya diberikan tugas saja. Namun berbeda dengan rekanku, aku diberikan kesempatan untuk tinggal bersama sahabatku, aku tak bisa sembarangan kesana kemari. Jadi aku tak bisa memenuhi permintaanmu."...
..."Lalu kenapa kau berada di sekolah saat ini? Mengapa kau disana?"...
..."Aku memantau mereka. Aku khawatir pada sahabatku, karena itulah aku disana. Tapi aku akan mengundurkan diri karena sudah ada Rere. Bukankah sudah ada paman yang melakukannya? Lalu gunanya aku dimana?"...
..."Haish anak ini, kau pikir pamanmu akan memukul seorang perempuan? Tapi kakek memang sudah mencarikan pamanmu rekan. Tapi, cucuku, ada baiknya jika cepat selesai kan?"...
...Gadis itu hanya terdiam dan mengkerutkan dahinya. Ia mengatakan akan setuju apabila ia sudah dibebaskan....
..."Siapa dia?"...
...Gadis itu hanya mendengus, "Pak Johan."...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Agnes berjalan ditaman kota. Ia memasang airphone ditelinganya dan berlari-lari kecil disana. Inspektur Mi datang dan duduk sambil menunggu Agnes menyelesaikan kegiatannya. Agnes duduk disebelah Inspektur Mi dan meminum air karena lelah.
"Inspektur, jika kau masih meragukan seniormu, kau harus segera menemukan pelakunya. Instingku mengatakan bahwa pembunuh dari putri Pak Johan, bukanlah pelaku yang selama ini kita tangkap."
"Aku tidak tau apakah aku harus mempercayai pidana seperti kalian ini atau malah harus mencurigai kalian. Kalian melakukan banyak hal dalam kasus yang selama ini pelakunya kalian tangkap. Jadi, maksudmu Pak Johan melakukan ini karena putrinya?"
Agnes tersenyum miring. Ia berdiri sambil mengenakan topiny kembali. "Kau akan tau nanti, ada seseorang yang akan menemuimu. Jangan termakan omongannya," ujar Agnes kemudian pergi.
Terakhir setelah menyelesaikan kasus, masih belum ada panggilan lagi. Agnes merebahkan dirinya dikasurnya dan menghubungi Denara. "Halo, Nes?"
"Sudah tiga hari tidak ada panggilan, semua baik-baik saja?"
"Oh, apa mungkin Inspektur belum memberitahukanmu? Seminggu akan diliburkan sementara dan kita boleh mengunjungi orang siapapun itu selama tidak melepas jammya."
"Hah ... baiklah, terima kasih, Nar."
Agnes turun dan berjalan menuju dapur. Ia menyiapkan sarapan untuk sahabatnya. Gadis manis mengucek matanya dan turun. Ia melihat Agnes bergelut didapur dan ia duduk di meja makan.
"Oh, Sen, bisa tolong bangunkan mereka? Setelah mandi dan sarapan," ujar Agnes dengan lembut kepada sahabatnya yang paling muda. Sena hanya menggerang dan beranjak naik untuk membangunkan sahabatnya yang lain.
"WOI BANGUUUUUNNNNNNNN!!!!!! UDAH JAM DELAPAAANNNN!!!!!" teriaknya. Agnes mendengus dan menyajikannya dimeja makan.
Kini mereka sarapan bersama. Hani yang daritadi diam saja kini menatap Agnes dan mulai mengintimidasinya. "Lu ngapain disekolah? Pake segala nyamar jadi BK lu."
"Kepo lu. Habis ini gue ngundurin diri juga."
"Ck! Pasti ada alasannya kan?"
"Emang."
"Kak, ada yang mau gue omongin. Tapi keknya nanti malem aja deh. Tapi nanti videonya gue kirim ke Kak Agnes buat nyelidiki benar gaknya," ujar Wani sambil menatap Agnes. Agnes menatap wajah Wani yang entah kenapa seperti terlihat bingung.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hujan turun dengan deras. Kali ini Agnes pergi ke markas untuk istirahat disana. Namun ia tidak menemukan satu orang pun disana. Bangku terlihat berantakan sehingga membuat ia bingung. Jun si tukang tidur tidak terlihat batang hidungnya. Hingga Agnes menyadari satu hal, ada yang terjadi diantara mereka. Agnes menghubungi rekannya, tak ada satupun dari mereka yang menjawab panggilannya.
Agnes mulai melacak lokasi mereka saat ini. "Gotcha! Ketemu kalian!"
......................
"JUN STOP!!!" teriak Agnes. Agnes menemukan Jun memukul Sam Nam hingga bibirnya berdarah. Pakaian Jun tidak seperti biasanya, ia mengenakan pakaian formal dan terlihat raut wajah Jun begitu marah bercampur resah. Tangan Jun menarik kerah Sam Nam yang kini pasrah sembari menunjukkan wajah sedihnya.
"Bukan Sam Nam pelakunya," ujar Agnes menenangkan Jun. Jun melepaskan tangannya dari kerah Sam Nam dan Agnes berlari menuju gang lain.
Ia mendapati Dara menodongkan pistolnya kearah Johan. Johan begitu pasrah dan wajahnya penuh luka. Agnes berlari dan menendang pistol yang dipegang Dara.
"Sudah kukatakan dari awal, kau adalah orang yang paling bodoh yang pernah kutemui! Kini, orang yang kau perintahkan menjadi boomerang untuk dirimu sendiri, Tuan Johan. Sekarang apa yang akan kau lakukan hah?!" ujar Agnes.
"Dan lagi, Dar. Bukan Pak Johan yang melibatkan orang yang menurut kalian berharga. Itu ulah petinggi yang akan berulah setelah ini."
Mereka menaiki mobil, didalam hanya keheningan yang menemani mereka. Tak ada satupun yang berbicara. Terdengar suara panggilan masuk kemudian Johan mengangkat teleponnya. Dari raut wajahnya ia sangat bingung dan kemudian ia berteriak.
"Agnes, lacak tempat dari nomor ini."
......................
Disinilah mereka berada sekarang. Sebuah tempat yang biasa digunakan untuk memancing ikan. Jauh dari daerah perkotaan dan akan sangat nyaman menjadi penenang pikiran. Namun, Johan lari begitu melihat seseorang yang duduk tanpa nafas. Ia merasa terkejut ketika melihat perut pria yang duduk itu berdarah.
Kemudian banyak mobil datang dan satu persatu orang keluar dari mobil mereka. Seseorang datang dengan pakaian tentara, dan menghampiri Johan. "Apa yang kau lakukan padanya, Kepala Johan?"
"Apa maksudmu, kami tidak membunuhnya," sahut Jun.
"Omong kosong apa yang kau bicarakan. Mulai saat ini, kau dan kelima orang ini akan-" Pria dengan pakaian tentara itu menunjuk pada Johan, dan Johan menahan tangan pria tersebut.
Terlihat tangannya terdapat luka. Johan langsung memahami bahwa orang didepannya ini yang membunuh atasannya. "Jika kau akan menusuk seseorang dengan menggunakan banyak kekuatan, maka pisau itu akan tergelincir dan menyebabkan luka. Kau habis membunuh seseorang, Mayor Do?"
Mayor Do hanya tersenyum, kemudian wajahnya menjadi sangat serius. Ia membalikkan badannya dan menepuk pundak orang yang menggunakan jaket biru. Orang tersebut pun maju selangkah demi selangkah dan Dara menghalanginya. Agnes tersenyum dan Sam Nam menatap orang yang kini berhadapan Dara.
"Kau mengenalnya, Sam?" tanya Agnes. Sam Nam mengangguk dan Agnes mulai memberikan kode ketika Dara menendang pria yang berhadapan dengannya. Seluruh anak buah Agnes mengepung para suruhan Mayor Do, dan Agnes meminta rekannya untuk segera lari.
"Serahkan ini kepada kami, bos."
"Jangan lukai sedikitpun pemimpin mereka, jika sudah segera pergi. Jangan terlalu lama."
"Dimengerti!"
Mereka berlari dan menuju sebuah gedung yang sudah lama ditinggali.
......................
Agnes berjalan menggunakan topi andalannya dan masker untuk menutupi wajahnya. Tak lupa kacamata hitam dan rambut yang tergerai. Sepanjang perjalanan, ia menemukan poster mengenai dirinya dan para rekannya terpampang jelas di tembok. Agnes pun menghubungi seseorang," Kakek, aku perlu bantuanmu."
Kini, mereka berkumpul disebuah gedung lama yang tidak dihuni. Denara hanya diam semenjak Dara dan Pak Johan bertengkar. Ia merasa marah namun tidak bisa berbuat apapun, penghianatan baginya adalah hal yang paling ia benci meskipun ia seorang penjahat sebelumnya.
"Apa yang akan kita lakukan?" tanya Jun.
"Kita hanya cukup menangkap Dokter Kelvin. Karena hanya dia yang tau apa yang terjadi padaku. Karena setelah dia memberikanku obat, aku tidak mengingat apapun dan saat terbangun tanganku penuh darah."
"Kalian percaya pada mulut gulanya itu? Jika aku jadi kalian aku tidak akan percaya," ujar Johan yang tiba-tiba masuk.
Agnes hanya menatapnya datar dan menggelengkan kepalanya. "Jika kau tak percaya padaku, tidak masalah. Bukankah yang kau inginkan kami semua mati bersama?" ujar Sam Nam sambil menunjukkan senyuman miringnya.
Johan merasa marah dan mengangkat kursi yang ada disebelahnya. Dara menahannya dan menatapnya dengan dingin. "Apakah aku juga harus marah?"
"Sam, apakah ada yang kau ingat?" tanya Agnes.
Sam Nam terlihat diam dan berpikir. Ia kemudian menatap Agnes dan mengangguk.
"Ketika aku bangun, aku sudah terikat dikursi. Dan didepanku tidak hanya Dokter Kelvin, tapi ada banyak orang yang bersamanya. Aku tidak ingat siapa namanya, tapi-" potongnya. Sam terdiam berusaha mengingat sesuatu.
"Dia terlihat tidak asing. Ah, dia bersama dengan Mayor Do. Orang itu yang berhadapan dengan Dara semalam," lanjutnya.
"Jadi menurutmu mereka saling terikat? Mereka ada hubungannya dengan ini?" tanya Dara.
"Baiklah, mari kita akhiri ini sekarang juga. Untuk menangkap dokter itu, serahkan saja padaku. Aku akan mengurusnya. Malam ini juga, dia akan dibawa kehadapan kita," ujar Agnes.
"Dan kau!" potong Agnes dan menunjuk Johan dengan telunjuknya. "Siapkan permintaan maafmu itu."
Malam pun tiba, rencana Agnes mulai berjalan. Kini, ia menaiki mobil bersama anak buahnya ke sebuah perusahaan milik Mayor Do. Karena ia tahu, bahwa dokter itu berada dibawah pengawasan mereka. Ia melakukan aksinya dan mulai menelepon Inspektur Mi. "Lakukan."
...****************...
...FLASHBACK ON...
..."Sudah kukatakan bahwa jangan termakan oleh omongan orang. Sekarang kau lihat, orang yang sudah menganggap anda sebagai putri tidak berdaya dan hanya berbaring menunggu tanah terbuka untuknya."...
...Inspektur Mi hanya diam dan menangis. Ia tak kuasa menjawab ataupun membantah pernyataan Agnes. Rasa bersalah karena selama ini meragukannya membuat ia membenci Mayor Do karena telah menghianatinya....
..."Anda terlalu termakan oleh pangkat, hingga merelakan atasan anda. Sekarang anda ingin melakukan apa? Bukankah Mayor Do sudah membuang anda?"...
...Inspektur Mi mengusap air matanya dan berdiri menatap Agnes yang kini membuka permen dengan santai. Agnes melirik Inspektur Mi dan mengangkat alisnya. "Apa?"...
..."Apa rencana kalian?"...
..."Rencana kalian? Pft! Kenapa? Anda kembali setelah mengingat ucapan almarhum?"...
..."Aku ... tidak mempercayai karena kalian adalah seorang penjahat. Aku akui, namun saat Mayor Do berkata bahwa Ketua Johan melakukan ini karena putrinya, itu membuatku marah dan aku menghianatinya."...
..."Lalu? Itu doang? Yaelah, anak buah gue yang gak punya status juga bisa."...
..."Aku tau aku salah, tapi aku ingin menebusnya dengan membantu. Setidaknya aku akan melakukan apapun."...
..."Seperti yang kau tahu bahwa Mayor Do adalah pelaku pembunuhan dari atasan anda. Tapi, tak hanya itu, ia juga dalang dari pembunuhan putri Pak Johan. Inspektur, yang kau lakukan cukup satu. Telepon Dokter Kelvin dan yakinkan bahwa Sam Nam tau dimana ia berada saat ini dan akan membunuhnya. Katakan bahwa kau sudah mengirimkan seseorang untuk mengawalnya. Anda paham?"...
...FLASHBACK OFF...
......................
Agnes tersenyum ketika seorang pria datang padanya. Larinya pontang panting dan ia meminta anak buahnya untuk membuka pintu untuknya. Pria itu merasa lega ketika sudah berada didalam mobil. Anak buah Mayor Do menyadari bahwa Dokter Kelvin itu kabur, dan mulai mencarinya. Namun sebelum itu mobil Agnes sudah melajukannya.
"Terima kasih sudah menyelamatkan saya."
"Ikat dia!"
Segera anak buah Agnes menyekap pria itu hingga pingsan, kemudian mengikatnya dan menutup mata pria itu. Mereka menyumpal mulut dokter itu dan disinilah mereka sekarang. Dokter itu diikat dikursi dan tak lama ia mulai siuman. Jun memukul wajah pria itu.
"Jun, hentikan. Dengar, pak. Beritahukan kepada kami apa yang kau ketahui."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments