"Nes, lu sebenarnya habis dari mana? Kenapa setiap lu balik selalu babak belur gini, hah?!" tanya Hani. Ia begitu kesal karena Agnes tak pernah memberitahunya kemana ia pergi dan apa yang terjadi padanya.
"Gue cuman mau ngembaliin mood gue doang," ujarnya sambil merintih ketika Shia membantunya membersihkan luka.
"Lu masih berhubungan sama detektif atau apalah itu ya?" tanya Shia. Agnes mengendikkan bahunya dan mengatakan bahwa ia hanya membantunya. Hani menatapnya datar kemudian menjitak kepalanya. Selama Shia mengobati lukanya, Hani terus mengoceh. Agnes terkekeh mendengarnya.
Hiburan mak-mak, batinnya.
......................
Rere sudah diperbolehkan pulang karena kondisinya sudah cukup membaik. Namun, dalam kondisinya ia mengenakan kursi roda karena masih lemah. Mereka membawanya ke sebuah gedung yang cukup besar, Rere dan Agnes saling berpandangan.
"Kenapa kita kesini?" tanya Agnes.
"Wah, selamat datang. Senang bertemu dengan kalian disini. Mari masuk," ujar seorang pria dengan jas berwarna abu. Ia menyambut kedatangan mereka dan mengantarkan mereka masuk.
"Aku tau, ini pasti sulit untuk kalian. Tapi, aku minta maaf mengenai apa yang terjadi orang tua kalian. Aku merasa bersalah dan merasa bahwa memang aku harus dihukum. Kalian tau? Saat di penjara aku benar-benar merenungi kesalahanku," ujarnya sambil menampakkan raut wajahnya sedih.
Rere membuang muka dan ia merasa muak melihatnya. Agnes langsung tersenyum dan menatap pria tersebut. "Tuan Bagas, kau bahkan tidak bisa menyembunyikan kentut di negara yang kecil ini."
......................
Setelah perbincangan singkat selesai, mereka membawa Rere ke sebuah ruangan. Mereka kini berkumpul di sana dan Agnes menutup pintu san menguncinya. Ia mengeluarkan pistol dan menembakkan pistolnya ke arah CCTV. Rere bangkit kemudian ia marah kepada kawannya.
"Kenapa kalian menerima tawarannya?! Dia itu nipu lu pada!" ujarnya sedikit berteriak.
Mereka tertawa dan Jihan menjawab pertanyaannya. "Re, lu apa-apaan sih. Lagian dia udah bukan mafia lagi."
"Kenapa lu pada gak bilang ke gue atau Kak Agnes? Lu pada pasti udah berunding kan?! Dan lu Harun!! Harusnya lu pake kemampuan lu yang payah itu!"
"G-gue," ujar Harun sedikit bingung menjawab pertanyaannya.
"Re, cukup. Percuma lu marah ke mereka. Gak akan ada gunanya. Sekarang gue antar lu istirahat, kondisi lu masih lemah," ujar Agnes menengahinya.
"Cih, bahkan kalau gue mati pun lu pada gak akan peduli kan?!" ujarnya sambil berjalan keluar. Agnes menuntun Rere menuju ruangan sebelahnya dan membantunya membaringkan tubuhnya ke kasur. Ia memasangkan infus dan membiarkan Rere tidur.
"Kakak, gue dari kecil berteman dengannya. Dan gue tau dia kaya gimana, tapi baru kali ini perasaan gue gak tenang setelah dia bilang mati," ujar Jihan yang datang dan menunjukkan raut wajah khawatir.
Agnes menghela nafas dan mengusap wajahnya. Ia juga sedikit khawatir dan memikirkan sebuah rencana. Agnes meminta Jihan untuk menjaganya secara gantian dengan yang lain. Ia pamit keluar untuk membeli sesuatu.
Ketika ia berjalan keluar, seseorang memanggilnya. Itu Harun, Harun berjalan menuju dirinya dan ia ingin berbicara dengannya. "Kenapa lu gak bilang kalau lu sepupu gue?" tanyanya.
"Emang gue sepupu lu?" tanya Agnes balik.
"Iya! Bapak lu paman gue. Kok lu gak bilang?"
"Lah gue mana tau," jawab Agnes. Seseorang melihat mereka berdua dan Harun merasa ada yang aneh dengannya. Agnes yang menyadari ia mengikuti ekor mata Harun dan terlihat seorang pria berdiri tak jauh dari mereka. Agnes tersenyum, Harun mengatakan kepada Agnes bahwa ia ingin mengikuti orang itu.
"Ikuti saja, dia bukan orang jahat."
......................
BRAAKK
"Siapa yang nyuruh lu?!"
Agnes memukulnya dan keributan tersebut terdengar keras hingga kawan-kawannya berlari menuju suara kegaduhan. Suster dihadapannya kini babak belur dibuat Agnes, ia merebut jarum suntikan yang dipegang. Agnes melihat cairan hijau dalam suntikan itu dan hendak memukul suster tersebut dengan sebuah palu.
"Ingat kalau lu sama gue, sama-sama wanita. Jadi, kalau lu mati, sebagai sesama wanita gue bakalan ngirim lu ke jalan sepanjang."
Agnes memukulkan palu tersebut ke kakinya. Suster itu berteriak kesakitan, tulang keringnya retak karena pukulan yang diberikan oleh Agnes. Shia mendekatinya dan melihat jarum suntikan itu. Ia mencium cairan itu dan terkejut.
"Ini racun!"
"Sudah gue duga. Mau menikmati rasanya mati, atau langsung gue kirim?" tanya Agnes sambil mencekik leher suster tersebut. Suster itu berusaha melepaskan cengkraman tangan Agnes di lehernya, tak lama kemudian ia tak sadarkan diri.
"Jaga Rere, gue mau bawa dia," ujar Agnes sambil pergi dan menyeret suster tersebut. Ia membawanya ke sebuah rumah tempat markas anak buahnya berada. Agnes mengikatnya di kursi dan menampar pipi wanita itu dengan keras.
"Hadiah dariku karena kau menyentuh adikku."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments