IX. TERTANGKAP

"Tidak ... Aku tidak bisa memberitahukan pada kalian. Atau aku akan mati."

"Dengar, pak. Katakan selagi aku berbicara baik padamu," ujar Agnes.

"Kau pikir kami bodoh sehingga akan memelukmu dengan erat dan memberikan perhargaan karena aktingmu? Katakan yang sebenarnya!"

"Dengar, orang sepertimu tidak akan bisa mengalahkan mereka. Akan lebih baik, jika kalian lari sekarang."

Dara melangkahkan kakinya dan Jun menyingkir. Dara menatap dengan wajahnya yang datar kemudian memukul kaki pria tersebut menggunakan palu dengan keras. "AAARRRRGGHHHHH!!!!"

"Aku mengerti orang seperti apa dirimu. Kau tidak akan mengatakan bagaimanapun kondisinya. Baiklah, kalau begitu kita tidak akan membuang-buang waktu lagi dan membunuhmu."

Dara mengarahkan palunya ke wajah Kelvin dan ia akan memukulnya kembali. Kelvin berteriak, "AKU AKAN BICARA!"

Kelvin akhirnya pasrah dan mulai menceritakan apa yang terjadi. "Mayor Do merupakan tentara yang memiliki pengaruh besar dalam dunia politik. Dia, memiliki banyak orang yang berpengaruh dalam bidang apapun. Saat itu, ia meminta seorang jaksa untuk menangani kasus kematian putraku."

"Putramu dibunuh oleh pembunuh asal kota sebelah 3 tahun yang lalu," sahut Johan.

"Iya, itu benar. Kami memiliki nasib yang sama. Orang yang paling bernilai dalam hidup kami dibunuh oleh orang yang sama, maka dari itu ia melakukan ini. Aku akan persingkat. Hasil test Sam Nam mengatakan bahwa ia adalah psikopat. Dengan nilai begitu, meyakini bahwa ia benar-benar psikopat. Mayor Do mengetahui hal ini dan kemudian ia mengunjungi tempatku bekerja dan membawa seseorang bersamanya."

Sam Nam menatap Dokter Kelvin dengan wajah yang tegang. "Apakah itu aku?"

Kelvin mengangguk dan wajahnya mulai sedih. "Ia membawa Sam Nam dan aku memberikan ia suntikan. Suntikan ini membuat ia terhipnotis dan tak sadar apa yang telah ia lakukan. Kami melakukan itu hingga kau masuk dalam penjara, tapi tak terduga bahwa kau hanya mendapatkan masa selama 2 tahun saja."

"Lalu, setelah disuntik, apa yang aku lakukan? Membunuh mereka?"

Johan terlihat terkejut dan raut wajahnya sedih. Ia mulai menangis, Jun muak dan memukul pria tersebut. "Jadi kau bekerjasama dengan bocah laki-laki itu kan? BISA KAU LANGSUNG BICARAKAN PADA INTINYA?!"

"Ak- setelah menyuntikkannya ak-aku meminta ia membunuh orang yang ada di foto. Aku memberitahukan foto dan alamat padanya. Tapi alam bawah sadar Sam Nam menolak untuk membunuhnya. Ia hanya datang, namun tidak membunuhnya. Jadi, bawahan Mayor Do yang melakukannya."

Dokter itu menundukkan kepalanya dan menangis. Ia merasa bersalah karena melakukan hal kotor hanya karena ia takut.

"Jadi, hanya karena aku psikopat?" tanya Sam Nam. Sam Nam tak bisa membendung air matanya dan akhirnya ia mengeluarkannya. Agnes hanya diam dan tak berkutik sama sekali. Ia hanya mendengarkan dan tidak melakukan apapun karena ia tidak memiliki masalah apapun pada dokter yang kini berada dihadapannya. Karena Agnes sadar, bahwa urusannya hanya sampai disini.

"Maaf," ujar si Kelvin. Sam Nam merasa marah dan ia mengambil sebuah pecahan kaca yang ada disana. Ia berdiri dan berjalan menuju si dokter dengan mengangkat tangannya hendak melukainya. Jun menghalanginya karena ia tau bahwa Sam Nam akan hilang kendali.

"Hei, nak. Tunggu."

"LEPASKAN AKU!!!!!!! KENAPA HARUS AKU, SIALAN!!!!! LEPAS!!!!!!! LEPASKAN AKU!!!!"

"Jun, ayo keluar," ujar Agnes. Jun menyeret Sam Nam dan membawanya keluar, diikuti oleh Agnes. Denara dan Dara tak lama juga ikut keluar karena Johan dan dokter itu memiliki urusan untuk dibicarakan berdua.

......................

"Kau pikir dia akan mempercayai kita?"

"Kau tau kenapa kue orang lain lebih enak? Sederhana, karena itu bukan milikmu. Selicik apapun orang, jika ada hal yang menjadi ketakutannya, maka ia akan percaya. Dan informasi yang akan ia terima baik itu bohong atau tidak ia akan percaya."

"Pak Johan benar, ketika Pak Johan dan Inspektur Mi berbicara di telepon. Mereka akan mengetahuinya karena ponsel Inspektur Mi akan disadap."

Kini mereka berada di dekat pelabuhan. Sam Nam mulai menjelaskan apa yang akan ia lakukan dan apa yang harus mereka lakukan.

"Kalau begitu, aku akan bersama Jun pergi ke Timur, D'twins kalian pergilah ke Barat. Pak Johan dan Sam Nam, anak buahku akan mengawalimu sampai berada di lokasi," ujar Agnes.

Johan mengangguk dan mempercayai rencananya kepada para pidana. Ia mulai menghubungi Inspektur Mi untuk memintanya memasang kamera agar pengakuan Mayor Do terungkap.

"Hei tikus, tidak bisakah kau menghajar mereka tanpa melibatkan anak buahmu? Kau lemah sekali," ejek Jun.

Agnes memukul kepalanya dan Jun mengaduh kesakitan. Melihat hal ini, membuat Johan tersenyum dan ada rasa bersalah dalam dirinya. Agnes yang memahami, ia langsung mengatakan bahwa posisi mereka akan datang sebelum petang tiba.

Disinilah Agnes berada. Johan mulai menjelaskan rencananya dan membawa mereka diatas kapal. "Kenapa harus disini?"

"Karena disinilah kalian bisa meeting dengan mereka."

......................

Hari mulai gelap dan mereka menjalankan aksinya. Kini Agnes bersama dengan Jun mulai menghajar anak buah Mayor Do. Sedangkan Dara melawan tangan kanannya dan Denara menghalangi anak buah Do agar Dara tidak terganggu.

"Gue menunggu ini. Hei pecundang! Pwit, kalian melawan wanita dengan benda itu? Ahahaha, pecundang memanglah pecundang," ejek Denara. Denara melawan mereka dan merebut kayu yang mereka pegang.

Kini, Agnes pun merebut baseball yang ada ditangan mereka. Memukul bagian dagu, paha, bahkan membuat rusuk mereka menjadi patah. Agnes menjauh dari Jun agar ia bisa leluasa menghajar mereka. Sedikit demi sedikit anak buah musuh mereka mulai tak berdaya.

"Hei, bocah. Kenapa tidak ada satupun wajahmu terluka, hm?"

"Hei, Om. Kau tidak terlihat begitu baik," ujar Agnes dan Jun pun tertawa.

Mereka berdua berjalan keluar dari kapal. Agnes mendapati Sam Nam dan Johan sedang berjalan dibelakang Mayor Do. Banyak wartawan datang untuk mewawancarai mereka. Agnes muak dan mengeluarkan pistolnya, menembakkan ke langit dan mengarah pada wartawan.

"Minggir," ujar Agnes.

"Apa kita akan kembali?" tanya Denara pada Inspektur Mi.

Disinilah Agnes berada. Berada di satu sel dengan Citra, si penjual organ. Citra, wanita tua itu merasa Agnes selalu menganggunya dan membuatnya tidak nyaman.

"HEI! TIDAK BISAKAH AKU BERADA DI SEL LAIN? DIMANAPUN SELAMA TIDAK DENGAN GADIS INI! HEEEIIIII!!!!!!"

"Berisik! Diam!!!"

Agnes tertawa dan menghampirinya. Merangkul pundaknya dan tersenyum, " Nenek peyot, kau menganggu mereka. Mending kau kuganggu."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Pria itu duduk disofa dengan ruangan nuansa merah hati. Ia menatap wine merah dan meminumnya. Wajahnya begitu santai dan merasa senang karena akhirnya ia berada di tempat yang seharusnya.

"Papa?! Papa sudah kembali?!" ujar seorang gadis dengan seragam SMA nya. Wajahnya ceria ketika ia mendapati seseorang yang sudah lama tak ia jumpai. Pria itu bangkit dan merentangkan tangannya. Gadis itu lari kearahnya dan memeluknya erat.

"Bagaimana kabarmu, sayang?" tanyanya.

"Tidak baik, Pa. Papa tau? Aku menunggumu untuk membalaskan dendamku pada mereka. Setelah aku lulus dari SMA ini, aku akan melakukan sesuatu pada mereka."

"Bukankah itu terlalu lama? Butuh 1 tahun bukan?"

"Karena setelah lulus, tetua mereka tidak akan bersama mereka, papa. Jadi akan lebih mudah," ujarnya sambil tersenyum miring.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!