Kini mereka berada di mall, Agnes menatap sekitar dan ia berdiri di pusat baju-baju. Dari jauh terlihat Jojo sedang berdiri di depan sebuah toko baju dan seorang wanita memeluknya. Wajahnya terlihat gembira ketika ia bertemu dengan Jojo. Pria culun menurut Agnes, mengeluarkan sebuah passport dari saku jaketnya dan memberikan pada wanita itu. Terlihat ia memukul kepala Jojo dan Jun pun datang dari arah kanan.
Wajahnya tegang ketika melihat Jun dan Johan. Ia menjambak rambut Jojo dan mengarahkan pisaunya ke lehernya. Agnes membuka bungkus permen sambil melihat adegan didepannya. "Hah, dasar. Masih muda masih main pisau mainan?"
"Hei, bocah. Bagi permen," ujar Rendra. Agnes mengabaikannya dan berjalan ketika wanita itu berusaha melarikan diri. Ia menjatuhkan wanita itu dengan kakinya dan wanita itu pun terjatuh.
"Akh! Baiklah, oke fine, aku menyerahkan diri," ujarnya sambil berlutut dan mengangkat kedua tangannya.
"Pak, dia sudah menyerahkan diri. Jadi tugasku selesai," ujar Agnes sambil menatap Johan. Johan mengangguk dan membiarkan Agnes pergi.
"Kalau begitu jaga diri kalian. Terutama anda, bahkan aku sarankan kau tidak perlu ikut atau kau akan terbaring di rumah sakit dan menatap jendela kamarmu."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Hah, baru kemarin aku keluar dan kau masuk dalam kosan?"
Pria dewasa dihadapannya hanya tersenyum mendengar ucapan keponakannya. Ia menatap gadis didepannya yang kini melipatkan tangannya didada dan memberikan sebuah jam tangan.
"Paman, ini untukmu. Kau sudah seperti ayahku, bahkan jika bukan karenamu, bagaimana nasib sahabat-sahabatku. Paman, jam itu mungkin terlihat remeh didepanmu. Tapi itu bermakna buatku, setiap waktu yang kau habiskan selama ini, tidak akan setara dengan jam itu."
Pria dihadapannya itu hanya tersenyum dan menerima jam tangan yang diberikan oleh keponakannya. Ia menerimanya dan memakai ditangan kirinya.
"Waktu tidak sebanding dengan kekayaan yang aku miliki. Tapi kalian terlalu berharga, kalian sudah kuanggap seperti putri-putriku. Bagaimana pun, kakak-kakakku adalah seorang pecundang tanpa dendam. Berhentilah melakukan hal-hal mengerikan dan nikmati masa mudamu, nak."
"Paman, apa orang itu jadi samsak mu?"
"Hm? Tentu saja, kau harus jadi pidana dulu kalau mau lihat," ujar pria itu sambil terkekeh. Agnes memutar bola matanya dan mereka pun masih melanjutkan obrolannya.
Tak terasa bahwa waktu kunjung sudah usai, Agnes bangkit dan tersenyum pada pamannya. "Paman, aku pergi dulu. Setelah dari sini aku akan menemui kakek. Jaga dirimu baik-baik, dan jangan memukulnya," ujar Agnes.
......................
"Kakek, apakah kakek benar-benar melakukan ini demi paman?" tanya Agnes. Kini mereka berada disebuah pemakaman. Kakeknya menaruh bunga tepat diatas pemakaman orang tuanya dan juga calon bibinya.
"Kau pasti tahu bahwa kebanyakan anak muda meninggal karena ia dirundung oleh temannya, mendapatkan tekanan dari keluarga, dan tak bisa dimintai bantuan. Kakek mengirimmu untuk melakukan hal itu bersama pamanmu karena ini."
Agnes menatap nama batu nisan tepat di sampingnya. Seorang wanita yang dicintai oleh pria namun pria itu tak bisa melindunginya. Kemarahan, dendam bercampur jadi satu. Agnes menaruh bunga diatas batu nisan wanita itu dan menatap kakeknya.
Mereka berdiri dan berjalan meninggalkan makam. Kelopak bunga bertebaran, daun-daun berjatuhan seakan mengucapkan perpisahan kepada siapapun yang meninggalkan pemakaman.
"Kakek, dimana Kak Angel? Aku belum bertemu dengannya sejak kemarin."
"Dia ada di sekolah. Karena kau menolak tugas yang kakek berikan, jadi kakek memintanya untuk menggantikan sementara. Lagipun dia juga nganggur."
"Owh? Tumben sekali," ujar Agnes.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bau tanah setelah hujan membuat candu bagi siapapun. Hawa dingin mulai menyeliputi kota, tidak ada satupun bintang di langit. Agnes menyeruput tehnya, seluruh tubuhnya menghangat ketika meminumnya.
"Kak, lu udah ketemu sama Harun?"
"Belum, dia gak bakalan tau gue siapa, Re. Tapi nanti juga bakalan ketemu. Lu satu sekolah sama dia kan?" tanya Agnes.
Rere mengangguk dan ia menatap Agnes. "Kak, gue benci banget sama dia. Kalau bukan karena lu, gue gak bakalan mau sekolah disana," ujarnya sambil mengadahkan kepalanya ke langit.
Agnes menatapnya dan tersenyum lirih. "Justru itulah rencana gue, Re."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments