XII. COINVOLTI

Sudah dua minggu Agnes dirumah semenjak ia bebas. Ia merasa bahwa sekarang waktunya ia benar-benar mengistirahatkan diri. Mulai merawat diri, dan tidur dengan waktu yang cukup lama. Dirinya merasakan kebebasan setelah ia mengalami itu semua selama bertahun-tahun. Tak ada dendam, meretas sana sini, memukul orang, berurusan dengan para penjahat, dan banyak lagi.

Hari menjelang siang dan Agnes baru bangun dari mimpinya. Seperti biasa ia akan bangun dan mandi kemudian sarapan di siang hari. Seorang wanita datang dari arah pintu belakang sambil membawa sebuah baskom berisikan tomat segar.

"Non, hari ini bibi mau ambil cuti lebih awal, boleh?" tanyanya pada Agnes yang kini menyuapkan nasi ke mulutnya.

"Ada masalah, bi?" tanya Agnes.

Raut wajah wanita itu berubah menjadi agak sedih dan khawatir. Ia mengatakan bahwa putrinya masuk rumah sakit karena terjatuh. Pihak sekolah baru saja menghubunginya, Agnes yang mengerti meminta alamat rumah sakit kemudian meminta supir untuk mengatarkannya.

"Terima kasih banyak, Non. Sesegera mungkin saya akan kembali," ujarnya setelah itu ia pergi. Ia mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Saya ingin tau pasien atas nama Sarah."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Sudah ku katakan untuk tidak ikut, pak. Kau sombong sekali."

Pria itu hanya terbaring menatap langit-langit diruangan yang bernuansa putih. Wanita yang dari tadi hanya diam menatap arah luar dari jendela, mulai menatap Agnes ketika ia tiba.

"Hei, kau. Bocah yang bersama mereka saat di mall kan?" tanyanya pada Agnes.

Agnes duduk dan membuka bungkus permennya. Ia memasukkan permen tersebut ke dalam mulutnya dan mengangguk mengiyakan pertanyaannya. Wanita itu tersenyum remeh dan tangannya ia lipat didepan dadanya.

"Wah, hah, bagaimana bisa aku tertangkap oleh gadis labil sepertimu."

Seorang pria datang dan raut wajah wanita itu pun berubah. Ketika ia berjalan keluar ruangan, Rendra menahan tangannya dan wanita itu menepis tangannya kasar. "Aku tidak melarikan diri, kau mengerti?" ujarnya.

Kini hanya mereka bertiga dan pria itu merasa kesal. "Apa kau merekrut kami untuk berakhir sekarat seperti ini? Aku sudah menduga bahwa aku akan bekerjasama dengan para penjahat. Dan kau tahu, Jun tidak ada di gereja. Bahkan aku pun tidak bisa menghubunginya-"

"Dia pakai gelang elektronik. Lacak saja," sahut Agnes.

"Tidak bisakah kau diam?! Jika aku menangkapnya dan kau berbaring disini, apa yang harus ku lakukan?!"

"Hei-"

"Agnes, keluarlah. Aku baik-baik saja," ujar Johan ketika Agnes bangkit dari duduknya. Agnes mengangguk dan meminta izin untuk pamit pulang. Ia keluar dari ruangan tersebut dan menepuk pundak wanita tadi.

"Alessandro, pria asal Italia. Jangan meninggalkan korban, atau dia akan mati," ujar Agnes kemudian pergi begitu saja. Wanita itu kebingungan dan memiliki pertanyaan untuk diajukan pada Agnes.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Mobil hitam terparkir apik di area sekolah SMA. Kemudian keluarlah gadis dan berjalan menuju sebuah ruangan kepala sekolah. Ia mendapati seorang wanita yang kini menyembutnya dengan baik dan memeluknya erat.

"AAAA AGNEEESSS! Akhirnya kau benar-benar keluar dari sana, nak. Apa kau tak bosan berada di sel tahanan berkali-kali hah?"

"Ck! Bibi, bagaimana pun itu juga tempat tinggal gratis. Lupakan saja, bagaimana kabar bibi? Apa mereka masih sering bolos?" tanya Agnes sembari menyeruput teh hangan yang disediakan disana.

"Akhir-akhir mereka sudah tidak pernah masuk bk lagi. Sshh apa kau melakukan sesuatu?" tanyanya. Wanita itu merasa heran ketika sahabat keponakannya itu tidak masuk ke bk akhir-akhir. Karena biasanya mereka adalah langganan disana.

"Gue ancem," sahut Agnes. Wanita itu tertawa mendengar jawaban ponkannya. Mereka berbincang hingga tak terasa bahwa jam sudah menunjukkan pukul 3 sore. Agnes pamit dan berjalan menuju parkiran.

Agnes melihat segerombolan anak SMA yang merupakan musuhnya. Ia tersenyum miring. Agnes melepas kuncir rambutnya dan melepas topi, juga memakai kacamata hitam. Ia berjalan menuju siswa SMA itu dan menabrakkan dirinya pada mereka.

"Hei! Mata lu picek ya?"

"Ah- M-maaf, saya buru-buru. Saya tidak melihat kalian," ujar Agnes sambil membungkukkan badannya. Ia berjalan menjauh dari gerombolan musuhnya dan tersenyum miring.

......................

"Dengar, Rere adalah kartu as mereka. Karena dia adalah putri dari Jalal bersaudara. Selama kalian bisa memisahkan Rere dari mereka, semakin mudah kalian menghabisi mereka."

Agnes hanya tersenyum ketika ia mendengarkan percakapan tersebut lewat earphonenya. Wani memasuki kamarnya dan melihat Agnes tersenyum sendiri di depan laptopnya.

"Lagi nonton apa kak?" tanyanya.

"Hm? Tidak ada."

"Kak, gue lagi bikin ini. Gue bingung ini gimana," ujarnya sambil memberikan sebuah alat kecil yang berisikan sebuah kamera kecil didalamnya. Agnes tertawa kecil dan tersenyum bangga pada sahabatnya.

"Lu pengen bikin ini? Gue suka desain luarnya. Gue ajarin, habis itu lu lakuin sendiri, ok?"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Kakinya menuju sebuah lokasi yang kini banyak sekali polisi disana. Pemadam kebakaran pun datang dan mulai memadamkan api. Gereja yang selalu mereka huni sebagai markas, terbakar. Agnes terdiam dan memasukkan tangannya dalam saku jaketnya. "Ulah siapa kali ini?"

Johan menatapnya dan tersenyum miring. Terlihat Jun dan yang lainnya berjalan menuju dengan keadaan kotor. "Jun, kau sudah terlalu dewasa untuk melakukan ini, kau yang membakarnya?" tanya Agnes.

"Hei, tikus. Bukan aku pelakunya. Justru akulah pelaku pertama dalam mengambil ciuman pertama seseorang."

"Kapten, anda bisa keluar seperti ini?" tanya Shella.

"Kalian membuatku khawatir. Pikirkan diri kalian," ujar Johan.

"Mereka membawa kabur dengan petunjuk itu. Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tany Rendra. Pria tua datang menghampiri mereka dan memberikan sebuah buku pada Jun.

"Seperti yang kau katakan, ada satu tempat yang terasa janggal. Pergilah, aku akan mengurus surat perintah penangkapannya.

"Ow? Apakah anda disuap oleh Jun untuk mendapatkan sebuah pujian?" tanya Agnes dengan senyum remeh.

"Seorang gengster tahu apa yang dipikirkan oleh gengster lain? Hanya itu?" tanya Johan sambil melihat isi buku yang berisikan foto sebuah bangunan yang banyak sekali mobil masuk dalam bangunan tersebut.

......................

"Aku tahu, maka dari itu aku memanggil kaki maut."

"Siapa kaki maut?" tanya Shella pada Jun.

"Orang yang pernah bekerja sama denganku dulu. Kapten dan Agnes, kalian mengenalnya," ujar Jun.

"Kita harus meminta bantuannya," ujar Johan sambil melihat foto.

Rendra bertanya-tanya dan ia merasa bingung. "Mengapa kau menyebutnya Kaki Maut?"

"Ahh, karena tendangannya sangat cepat," ujar Jun dan membuat mereka tertawa kecil.

"Dasar preman dewasa."

Mobil menjadi sunyi dan jalanan mulai sepi. Gerbang pun terbuka saat mereka sampai dan memasuki bangunan tersebut. Terlihat seorang pria yang malu telah menganggukkan kepalanya ketika Johan bersapa padanya.

"Lama tak berjumpa," ujar Johan.

"Hei, kau melakukannya dengan baik," sahut Jun sambil tersenyum. Mereka mulai keluar dari mobil dan memasuki kawasan bangunan semacam pabrik.

"Hei, tikus. Kau tidak memanggil anak buahmu kan?" tanya Jun dan Agnes memutar bola matanya malas. Johan mengisi peluru pada pistolnya dan Shella mengeluarkan semacam tongkat.

"Kapten? Kau berjanji akan mengurangi masa hukuman jika aku menangkap kepala mereka kan?" tanya Shella.

"Ck! Aku tidak memiliki waktu jika kau dihajar oleh mereka nanti," sahut Jun.

"Kalian siap?"

......................

Mereka berjalan melewati pintu bangunan tersebut dan bertemu dengan anak buah disana. "Hei! Siapa kalian? Bagaimana kalian berada disini?" tanya pada salah satu dari mereka.

"Dengan menggunakan GPS, bodoh," ujar Jun sambil mengerutkan alisnya.

"Apa yang dia katakan?"

Jun berjalan menuju kabel dan merusak kabel yang ada disana. Kabel tersebut merupakan jalur keluar masuk area pabrik ini. "Sekarang kalian tidak bisa keluar karena aku memiliki urusan disini."

......................

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!