"Anggap saja ini adalah simulasi, tangkap pelakunya. Seperti yang kalian lihat, akhir-akhir banyak kasus pembunuhan. Dan korbannya adalah seorang wanita. Siapa yang mendapatkannya dahulu, maka masa kalian akan berkurang 5 tahun."
Gadis itu terpejam, menghembuskan nafasnya kesal dan mulai mengecek ponselnya. "Non, tehnya," ujar seorang wanita paruh baya sambil menghidangkan secangkir teh hangat.
Agnes mengangguk, ia mengambil teh yang sudah dihidangnya dan mulai meminumnya. Hangat, batinnya. Bersamaan dengan itu, seorang gadis dengan rambut panjang dan menggunakan piyama datang ke arahnya. Ia membawa laptop kemudian menujukkannya pada Agnes. "Bantuin gue, kak. Gue bingung, kalau gini kodenya apa," ujarnya.
"Sini, gue ajarin."
"Nes, lu udah lihat beritanya? Gila ya ni orang, bisa-bisanya dia ngebunuh cewe doang. Gangguan jiwa deh kayaknya. Lu pada, hati-hati. Terutama lu Win, lu meski cungkring tapi lu cakep. Awas lu," ujarnya tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya.
...----------------...
Mayat seorang wanita itu dibungkus rapi oleh petugas polisi. Korban kali ini seorang wanita yang usianya masih muda. Dikabarkan bahwa ia meninggal pada pukul 3 pagi. Itulah yang dikatakan oleh polisi ketika menjelaskan mengenai kasus ini. Tkp penuh dengan orang yang penasaran akan apa yang terjadi. Mereka berbisik dan menebak penyebab kematian wanita itu. Agnes berjalan memasuki TKP, melewati garis kuning dan menunjukkan kartu identitas kepada polisi.
Ia memasang wajah datar dan menarik resliting untuk melihat korban. Mayat terlihat pucat dan basah karena hujan serta terdapat luka tusuk di perutnya. Ia menutup dan berdiri, berjalan menuju tempat dimana korban terkapar. Garis putih menandakan bahwa korban mati dalam posisi duduk.
Denara datang dengan membawa beberapa foto korban. Ia juga membawa dokumen yang berisikan mengenai identitas korban. "Ini adalah korban yang ke 20, hanya luka fisik yang diterima. Beberapa bagian ditikam dengan pisau dapur, pisau berkarat. Ah, tidak! Kurasa bukan hanya benda tajam tapi ada benda yang lain, mungkin batu? Dilihat dari lukanya di bagian kepala, ia dipukul dari belakang dengan benda tumpul. Dara bilang ada bau besi ketika ia berada disekitar sini. Ah! Karena hujan hidung gue jadi tersumbat,” ujar Denara panjang lebar.
“Dimana Inspektur Mi?”
"Jangan tanya gue. Para jantan juga kaga tau mereka dimana," ujarnya sambil bicara dengan polisi.
Ia membaca identitas korban. Semua korban terlihat masih muda dengan latar belakang baik. Inspektur Mi sempat memberitahukan informasi mengenai korban, sempat adanya perlawanan sehingga lukanya tidak satu daerah saja. Gadis itu mengernyitkan dahinya ketika melihat foto para korban. Luka yang diterima para korban kebanyakan membuat tulang menjadi patah, atau lebih dari satu tusukan maupun luka. Tapi ada satu foto korban yang hanya menerima satu luka.
Agnes tersenyum miring, ia mulai mengeluarkan ponselnya dan menekan tombol untuk menghubungi seseorang yang cukup berpengaruh dalam bidang ini. "Halo, paman. Senang mendengar suaramu, kau masih mengingatku?"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Apa kabarmu, keponakanku sudah datang rupanya," ujar pria itu sambil memeluk tubuh gadis yang kini berdiri diambang pintu. Ia menyambut hangat dan menunjukkan wajahnya yang ceria. Gadis itu menghela nafasnya dan duduk di sofa ruang tamu.
"Paman, apa yang kau lakukan? Aku dengar kau terlibat dalam polisi, aku benar? Tidak, aku memang benar. Kenapa kau melibatkannya. Kau tidak akan mendapatkan apapun ketika kau sudah terjun ke sana."
"Yah, aku memiliki bukti, dan dia juga memiliki bukti yang cukup membuatku masuk penjara. Bukankah kita harus melakukan simbosis mutulisme?"
"Mutualisme, paman."
"Ah iya itu! Hah, sudah lama aku tidak belajar IPA, jadi lupa."
"Paman, apakah kakek meminta Paman Indra untuk menuntaskan kasus bullying?"
"Kau sudah dengar rupanya. Hah, laki-laki peyot itu, aku juga bingung. Entahlah, lagipun hanya besan saja tak perlu pusing. Kau sudah menemui kakek peyot itu?"
"Lusa aku akan menemuinya, selama itu berhentilah berbuat konyol, paman. Hei, awasi paman," ujar gadis itu kepada seorang pria yang diketahui bahwa dia adalah anak buah dari pamannya. Pria itu menghela nafasnya ketika keponakannya mengatakan demikian.
"Dasar wanita! Gak kecil gak besar sama-sama mengesalkan! Hei nak, kau akan ku pukul kalau mematuhi perintah keponakanku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments