VII. PERDAGANGAN

"Aku tidak membunuhnya, kalian menangkap orang yang salah."

Agnes tidak merasa terkejut ketika para detektif datang menangkap mereka. Jun muak dan memukul wajah Pak Johan, "Kau bercanda dengan melakukan ini kepada kami?"

Mereka membawa pidana ini pergi termasuk Agnes. Agnes memukul wajahnya ketika mereka menyentuh tangannya. "Dengar, aku bisa membunuh meski kau seorang detektif sekalipun. Aku bisa sendiri tanpa harus kau sentuh!"

Denara menggandeng Agnes dan mengikuti yang lain dengan kanan kiri dijaga tanpa menyentuh para perempuan.

......................

"Kau kemari setelah memasukkan kami kesini?"

"Tepati janjimu. Semua akan keluar jadi berhentilah berbicara."

Agnes mendecih dan tersenyum remeh pria dihadapannya. "Kau, adalah manusia paling bodoh yang pernah aku temui, pak. Kau terpaku oleh satu orang hingga kau melibatkan banyak orang. Tanpa sadar, kau pun membunuh orang yang sebenarnya tidak melibatkan putrimu."

"Apa yang sebenarnya kau pikirkan?"

"Aku tau Jun marah ketika kau mengatakan itu. Tikus akan kabur ketika melihat manusia, karena dia tau manusia itu kejam dan melakukan dengan mengikuti dendam dan amarah. Dukamu itulah yang membawa kami terlibat hingga orang terdekat kami pun terlibat."

Kata-kata Agnes membuat Johan menundukkan pandangannya. Ia mengingat kembali dimasa ia bersama putrinya. Melihat Agnes ia teringat pada putrinya. Karena mereka berdua tumbuh di umur yang sama. Seandainya putrinya masih hidup, mungkin dia tidak melibatkan pidana ini sampai kesini.

"Aku yakin mereka akan datang. 100% akan datang."

"Bagaimana kau tau mereka akan datang? Apabila tidak datang kita akan merekrut siapa lagi?"

"Mereka akan datang, karena mereka memiliki harapan. Tapi tidak dengan gadis itu. Bahkan jika harus diberikan seluruh kekayaan didunia ini pun dia tidak akan datang. Namun aku yakin dia akan datang karena sahabatnya."

Hari ini cuaca sangat cerah. Kini mereka pergi ke sebuah apartmen yang tidak jauh dari kota. Mereka berjalan dan Sam Nam melihat ada cctv disana. Inspektur Mi menjelaskan mengenai kasus kali ini dan memasuki sebuah apartmen milik korban. Ketika masuk, Dara menemukan sebuah ponsel jatuh didekat pintu. Ia memungutnya dan memasukkannya ke dalam saku jaketnya.

"Ada yang aneh?" tanya Sam Nam.

"Ada. Ruangan ini terlalu sempit," ujar Agnes.

"Pembunuh mengurung korban, kemudian dia tau kalau korban melapor polisi. Bukankah tempat ini cukup mempersempit pelaku," ujar Sam Nam.

"Dia panik tentu saja," jawab Inspektur Mi

"Seandainya korban tidak melapor polisi, mungkin dia tidak akan memutilasinya. Dia merasa terancam sehingga membunuhnya, bukankah ini tidak masuk akal?" tanya Dara.

Denara merasa pucat, entah kenapa ia merasa mual berada di dekat kulkas. Ia kemudian pindah berada disebelah Agnes yang duduk dekat jendela. Pak Johan masuk dan menjelaskan,

"Benar, ini tidak masuk akal. Jean memang menculik korban, kemudian membawanya keruangan dan memukulinya. Ketika korban pingsan ia membiarkannya dan mengurungnya. Disini ada kemungkinan korban masih hidup, tim investigasi baru saja menghubungiku, namun ini masih akurat."

Pak Johan menjelaskan dan mereka hanya mendengarkan. Agnes yang merasa akan ada sesuatu yang membuatnya mual ia keluar. Dan benar, selesai penjelasan Johan melihat kebawah. Terdapat bekas dibawah sana sehingga membuat ia yakin ada sesuatu dibelakang kulkas ini.

"Benar, inilah kesimpulannya."

Johan mengalihkan kulkas dan terdapat berankas besar disana. Ia membukanya dan terdapat potongan daging dan bau menyengat ke seluruh ruangan. Denara seketika itu langsung mual ketika bau itu tercium dan ia keluar menyusul Agnes.

"Ini merupakan perdagangan manusia. Tangkap Jean sebelum banyak korban!"

......................

"Halo? Hm, kau telat. Aku sudah sampai disini lebih dulu."

Telepon terputus dan Agnes bertemu dengan Sam Nam dengan topi baseball yang ia pakai. Agnes melihat seseorang keluar dari rumahnya menggunakan topi dan ia berjalan sambil menelepon seseorang. Sam Nam dan Agnes diam-diam mengikuti pria tersebut dan segera menyekik pria itu.

"Tahan dia, Sam. Dimana Alea sekarang. Cepat jawab," ujar Agnes sambil menodongkan pisaunya dilehernya.

Agnes melajukan mobilnya ketika mendapatkan alamat korban disekap. Ia menghentikan mobilnya dan berjalan menuju tempat dimana tidak ada satupun rumah disana. Dari jauh, ia melihat seseorang menggendong seorang wanita dan membawanya ke sebuah tempat. Diluar tempat itu terdapat tong-tong dan ketika Agnes mengendap masuk ada banyak jenis pisau yang berada disana.

Plastik berlumuran darah terpasang disekitaran tembok. Gadis itu dibaringkan dan dua orang pria sedang mencari nadi gadis itu. Ia menyiapkan suntik namun gadis itu terbangun dari pingsan. Ia berteriak dan Agnes mengambil sebuah tang yang berada didekatnya.

"Hei kau! Diam jangan berteriak!" ujar Agnes.

"Siapa kau?!" tanya Jean ketika akan memukul gadis itu.

"Aku? Ini jawabannya."

Agnes memukul Jean dengan tang tepat dibagian kepala hingga berdarah. Ia menghajar dua orang lagi yang tadinya akan memutilasi gadis itu. Ia menghajarnya dan rekannya bersama dengan Johan datang. Agnes melirik mereka dan melepaskan ikatan gadis itu.

"Ck! Kalian selalu lama! Setidaknya jangan bergantung pada satu jika ingin cepat menyelamatkan orang!" ujar Agnes sambil melempar tang itu tepat pada kepala Jean dan keluar dari tempat itu.

"Dasar, aku merasa terhina akan kata-kata gadis itu."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Kasus selesai dan Agnes kini tidur di kasur empuknya. Seharian ini Agnes tidak melakukan apapun. Hanya makan, minum, dan buang air besar. Ia sendirian dirumah, karena sahabatnya belum pulang. Namun, ia membuka laptopnya dan mulai melacak sesuatu.

"Pergerakan mereka benar-benar tidak ada. Peduli amat, yang mafia satu ini akan bebas dalam waktu dekat," ujar Agnes kemudian mengambil ponselnya. Ia mengetikkan nomor dan mulai menelepon seseorang.

"Halo, Re. Bagaimana kabarmu?"

"...."

"Oh? Kau akan kemari? Baguslah, anak buahku akan mengurus passpor untukmu. Ketika kau sampai, anak buahku akan menjemputmu di bandara. Untuk pendidikan aku akan mengurusnya. Cukup datang membawa badan dan barang-barang yang kau perlukan."

"...."

"Aku menunggumu manis."

Agnes memutuskan sambungan teleponnya dan menghubungi salah satu anak buahnya yang satu negara dengan seseorang.

"Halo, bos."

"Aku punya pekerjaan untukmu."

......................

Kini Agnes berada disekolah bersama dengan seseorang. Ia tidak sendirian melainkan bersama murid baru. Kali ini bukanlah kelas 2, namun kelas 1. Agnes tersenyum dan mengetuk pintu ketika akan memasuki kelas. Agnes berbincang sebentar kepada pengajar untuk meminta izin mengambil alih perhatian muridnya.

"Selamat pagi, adik-adik."

"Pagi, kak."

"Kalian kedatangan murid baru hari ini. Silahkan perkenalkan dirimu, dengan benar," ujar Agnes sambil menatap tajam murid disebelahnya. Yang ditatap sangat mendengus malas tanpa melepaskan permennya dari mulutnya.

"Rere." Singkat, padat, jelas. Agnes hanya menggelengkan kepalanya dan mempersilahkan Rere untuk duduk. Setelah itu Agnes pamit undur diri dan mulai melepas jas yang ia pakai. Ia melepas kacamatanya dan menuju mobil. Melajukan mobil keluar sekolah setelah kakeknya meneleponnya untuk datang.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Pria tua itu menatap ke arah luar jendela dan tersenyum. Meski rambutnya memutih, tubuhnya masih tetap kuat dan gagah. Ia menyambut kedatangan cucunya yang kini berjalan menuju sofa.

"Bagaimana kabarmu, nak?"

"Baik, kakek."

"Ada yang ingin kakek bahas denganmu."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!