..."Apa rencana selanjutnya? Rencana yang lu kasih gagal, payah!"...
..."Ck! Gue juga gak tau kalau mereka sehebat itu."...
..."Besok gue kerja kelompok, dan Sean satu kelompok sama gue. Nanti lu tangkap dia terus lu bawa dia ke gudang."...
..."Terus?"...
..."Kita pakai dia sebagai umpan. Sean, Mingi, dan Rere adalah anak paling muda diantara mereka. Kita akan menangkap salah satunya, pasti mereka bakalan melakukan apapun untuk menyelamatkan adik kesayangan mereka."...
..."Kalau begitu, bawa Sean kemari dan gue akan menyiapkan perangkap yang pas."...
Kini Agnes duduk di pojok cafe. Sean memesan beberapa makanan ringan dan minuman sembari menunggu teman kelompoknya. Setelah memesan, ia duduk diseberang meja dengan Agnes. Agnes memintanya untuk duduk disana agar ketika temannya sudah datang ia tak perlu pindah lagi.
"Sean, gue ke toilet dulu," ujar Agnes. Ia bangkit dan menuju toilet yang disediakan di cafe tersebut. Earphonenya masih ia pakai bahkan setelah memasuki toilet. Ia duduk diatas toilet itu dan membuka ponselnya. Tanpa Sean sadari, Agnes menaruh sebuah kamera kecil di kancing bajunya.
Terlihat bahwa teman kelompoknya sudah tiba dan mereka pun memesan sesuatu sebelum mulai mengerjakan tugas. Agnes melihat 2 orang yang ia kenal, mereka adalah bocil mafia yang bertugas untuk menangkap Sean.
"Heh, lu! Ngapain lu disini?!" tanya salah satu dari 2 gadis itu.
"Mata lu picek?! Gak lihat buku berserakan disini?! Gue disini mau berak, apa lu?!" ketus Sean membuat Agnes menggelengkan kepalanya. Mereka berdua merasa kesal dan menuju ke toilet.
"Jes, teman-teman Yuli udah datang duluan. Kalau kita tangkap sekarang yang ada kita ditangkap polisi," ujar seorang gadis dengan nada kesal.
"Mia bego! Yang ada cari mati. Kita seret dia kesini kali ya," sahut gadis satunya. Agnes merasa waktu yang pas untuk memberikan sedikit pelajaran. Ia menggunakan masker dan jaket, kemudian menggunakan kacamata dan keluar dari toilet.
Kedua gadis itu terkejut dan memegang pundaknya. "Kau mau kemana setelah mendengar percakapan kami, hm?"
Ia menepis tangannya dan mengunci pintu masuk toilet dari dalam."HEI, KAU MAU DIHAJAR YA?!" ujar Mia yang kini maju hendak memukulnya.
Namun pukulan itu meleset dan Agnes menjambak rambutnya menggunakan tangan kiri dan memukul wajahnya. Tangan kanannya yang menganggur kemudian memukul wajah Jessica dan menendang perutnya. Setelah menendang perutnya, ia mengambil sesuatu untuk mengikat mereka dan menyumpal mulut mereka. Memasukkan dalam bilik toilet dan menutupnya, ia pun melepas jaket dan kacamatanya.
" Seharusnya kalian tidak berurusan denganku," ujarnya kemudian keluar dari toilet.
Sean yang menyadari Agnes lama berada di toilet, ia bangkit dan mendapati Agnes sudah kembali. Saat ingin menanyakan sesuatu, Agnes memberikan instruksi untuk diam dan tidak bicara dengannya dulu, seakan mengerti Sean pun diam dan duduk kembali menlanjutkan kerja kelompoknya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"J9, pergi arah Selatan, gue ke arah Timur. Kita akan bertemu di bagian Barat tempat ini. Hati-hati," ujarnya sambil memasangkan sesuatu pada partnernya.
Ia berjalan dengan tubuh tegap percaya diri dan berjalan menuju sebuah pintu utama di sebuah gedung mewah. Orang-orang berlalu lalang dengan pakaiannya yang mewah. Para wanita mengenakan gaun cantik dan para lelaki mengenakan jas hitam. Ia mengenakan jas hitam dan mengenakan kacamata hitamnya. berjalan menuju sebuah pintu yang terdapat 2 orang pria laki-laki dengan tubuh yang besar dan berotot.
"Hei, bung. Dimana gudang penyimpanannya? Aku orang baru disini, bisa kau tunjukkan?" tanyanya. Mereka saling berpandangan, orang barunya wanita? batinnya.
"Tunjukkan identitasmu," ujar pria yang berkepala botak. Ia menunjukkan kartu identitas dan pria itu pun percaya. Ia menunjukkan jalan padanya. Menuntunnya pada ruangan kecil yang sepertinya adalah ruangan rahasia. Matanya terus mengawasi setiap jalan yang ada dan meninggalkan sebuah alat kecil disana.
"Lurus, dan kau akan menemukan ruangan dengan pintu berwarna merah. Untuk apa kau kesana?"
"Menurutmu? Aku orang baru, dan pasti aku diuji apakah aku layak atau tidak. Bukankah kau dulu juga, kawan?" tanyanya sambil mencubit lengan pria tersebut. Pria itu hanya menatapnya aneh, dan pergi begitu saja. Wajahnya yang tersenyum dan nada yang penuh canda menjadi wajah yang datar dan serius.
"Test, JFour, where are you? I'm done."
"Wait, 5 minutes, brother."
Ia menaruh 5 bom dan pergi dari sana. "Done, aku sedang menuju Barat, siapkan mobil."
"Anything for you."
......................
"Sebuah gedung tiba-tiba meledak dan menewaskan banyak korban jiwa. Kecelakaan ini merupakan sesuatu yang disengaja. Tim melapor bahwa seseorang meletakkan bom saat acara berlangsung-"
Agnes terdiam ketika mendengar berita tersebut. Ia mengambil ponselnya dan membaca berita tentang meledaknya gedung yang membuatnya cukup janggal. Ia menghembuskan nafasnya dan menepuk dahinya.
"Si bodoh itu, apa yang mereka lakukan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments