Demi Istri Nyawa pun Jadi Korban

...DEMI ISTRI NYAWA PUN JADI KORBAN...

...Penulis : David Khanz...

"Berangkat kerjanya agak siangan saja, Pak. Sekalian antar aku ke tempat kerjaan," kata Minah suatu pagi melihat Iday, suaminya, sudah bersiap-siap dengan setelan pakaian kerja.

"Lah, kalo bareng kamu, aku bisa telat masuk kerja, Bu," balas Iday tercekat. "Lagian kamu masuk kerjanya 'kan jam delapan. Aku jam tujuh. Belum lagi waktu tempuh jalan ke kantor hampir dua jam. Masa aku harus masuk jam sepuluh?"

Minah melotot galak. "Sekali-kali nganterin aku kenapa sih, Pak? Gak minta tiap hari ini. Lagian kamu juga pulangnya seminggu sekali. Gak bisa apa sehari doang minta dispensasi dari kantor?"

"Dispensasi? Kamu pikir aku ini pejabat penting kantor? Bisa seenaknya ngurangin waktu kerja?" Iday mulai kesal. "Aku ini malu, Bu. Tiap hari Senin datang telat melulu. Pake alasan bohong segala. Kamu mau, aku sering bohong sama orang kantor? Gak malu suami kamu jadi bahan omongan jelek orang kantor? Tempat kerjaku juga punya aturan sendiri, Bu."

"Kamu ini dibilangin gak ngerti-ngerti ya, Pak?" Minah tetap bersikeras. "Setidaknya lumayan 'kan kalo aku bareng sama kamu, bisa ngehemat ongkos."

"Ongkos tibang lima rebu aja, Bu. Kenapa jadi itungan sih?"

"Pokoknya aku gak mau tahu! Kamu harus nganterin aku kerja! Gak usah banyak omong deh! Capek ngeladenin kamu! Egois!"

Iday mengelus dada. Jika sudah begini, mau tidak mau harus kembali mengalah. Mengorbankan waktu kerjanya demi istri. Alasan klasik yang sering dia utarakan ketika merasa terpojok adalah kalimat, 'Kenapa kamu gak milih wiraswasta aja sih? Tiap hari ada di rumah. Bisa kumpul keluarga. Jadi kalo aku ada perlu kemana-mana, gak usah keluar biaya. Selama ini aku ikut nyari duit juga, buat nutupin kebutuhan keluarga. Gaji yang kamu kasih, cuma cukup buat makan doangan, Pak! Gak mikir kalo aku tiap hari pusing ngatur-ngatur keuangan.'

Minah tidak pernah mau memahami. Pekerjaan yang sedang Iday lakoni sekarang pun, harus berjuang keras mendapatkannya. Belum lagi usia yang sudah terbilang tidak produktif untuk ukuran kerja lapangan. Wiraswasta? Modal dari mana? Dulu saja pernah kerja sampingan dengan berjualan pulsa, Minah malah mengejek, "Hahaha. Jualan pulsa? Paling untungnya cuma serebu. Kayak aku dong. Bisnis MLM. Labanya bisa puluhan ribu, Pak."

Minah tidak pernah berpikir. Ketika berbelanja pesanan dagangannya dulu, selalu diantar Iday. Berbekal sepeda motor tua dan boros. Bahan bakar selalu mengandalkan isi kantong laki-laki tersebut dari hasil keuntungan jualan pulsanya. Minah tidak ingin tahu dan tidak ingin mengenal alasan apa pun, saat minta diantar haruslah dilakukan. Jika tidak, maka akan mengungkit-ungkit kepemilikan motor yang mereka miliki. "Motor itu punyaku! Yang beli aku! Yang bayar aku! Semua atas nama aku!" Namun di satu sisi, dia tidak pernah memikirkan biaya perawatan maupun pajak tahunan. Kalau saja mau ditelaah kembali, untuk membayar angsuran motornya dulu adalah mengandalkan uang gaji dari Iday. Bahkan tidak jarang, modal usaha sampingan laki-laki itu yang digunakan. Sampai kemudian, jatuh bangkrut.

Senin ini, entah alasan apalagi yang akan dikemukakan pada atasan terkait keterlambatannya masuk kerja. Iday hanya bisa memendam gemuruh amarah di dalam dada. Pasrah akan apa yang akan didapatkannya kelak.

Pukul delapan baru bisa memacu kendaraan roda duanya. Kencang menembus tamparan angin jalanan. Waktu tempuh dua jam harus bisa dipersingkat agar tiba di kantor nanti tidak terlalu siang. Berbekal rasa kesal dan khawatir mendapatkan teguran, Iday menarik pedal gas sekencang mungkin. Sampai kemudian, kejadian tak diinginkan pun membelah hari. Laki-laki itu mengalami kecelakaan fatal. Nyawanya tak tertolong dengan kondisi kendaraan hancur berkeping-keping.

Kini Minah hanya bisa terdiam. Berusaha menerima nasib menjadi janda dengan beberapa orang anak yang masih kecil-kecil. Mulutnya tidak bisa lagi berceloteh tajam, karena pendengar setianya sudah berpindah alam.

"Bapak kerjanya kok gak pulang-pulang, Bu?" tanya si kecil suatu ketika.

Minah tersenyum. Hanya bisa tersenyum. Itu pun kemudian berubah jadi tawa menggidikan tiada henti tak mengenal waktu.

Wassalaam

INTISARI :

Janganlah bersikap berlebihan. Percayakan atas usaha yang sedang dilakukan oleh suami, walaupun masih dirasa kurang. Rejeki bukan hanya berupa uang. Tekan ego masing-masing, karena alasan yang dikemukakan seringkali sama yaitu DEMI KELUARGA. Dalam rumah tangga, tidak ada istilah kepemilikan barang, terkecuali untuk jenis pakaian. Harta yang ada adalah milik bersama (suami, istri, dan anak).

Menutupi kekurangan pasangan dengan kelebihan masing-masing adalah kunci pertahanan rumah tangga. Hindari jumawa, agar sesal tidak menemui di kemudian hari.

Semoga kisah inspirasi hidup ini ada sisi positif yang bisa dipelajari. Ambil hikmahnya dan syukuri yang tengah dijalani.

------- o0o -------

TETANGGA SOMBONG

Penulis : David Khanz

Menjelang sore, sebuah kendaraan besar berhenti di depan rumah. Tepatnya hunian kosong bekas kediaman tetanggaku dulu. Penasaran, kuintip melalui jendela kaca. 'Siapa, ya?' tanyaku bingung. 'Pemilik baru rumah itukah?'

Sebentar kemudian, beberapa sosok lelaki sibuk membongkar muatan, lalu satu per satu membawa barang-barang di atas bak kendaraan ke dalam rumah. 'Benar, seseorang pindahan ke rumah depan itu,' kataku kembali.

Masih tetap berdiri di depan jendela, kuperhatikan perabotan yang mereka bawa. Lumayan banyak. Termasuk sebuah pesawat televisi berlayar lebar dan besar. Barang elektronik mewah dan mahal yang selama ini kuidamkan. 'Sepertinya tetangga baruku itu orang berada. Hhmmm ….'

Seorang laki-laki sibuk mengatur dan memberi perintah di sana. Masih terlihat rupawan, walaupun rambutnya sudah dipenuhi uban. Didampingi oleh seorang wanita berambut panjang bergelombang, hanya berdiam mematung memperhatikan. Kupikir, mereka berdua pasti pasangan suami-istri. Usianya, mungkin tidak jauh berbeda.

Ah, aku tidak peduli. Belum mengenal sama sekali. Apakah mereka akan jadi tetangga baik atau tidak. Biarlah, itu urusan nanti. Sekarang, aku harus bersiap-siap untuk beraktivitas kembali. Karena waktu sudah mulai tampak mengelam.

Hal yang kuharapkan untuk bisa segera berkenalan dan bertegur sapa dengan tetangga baru itu, kelihatannya masih jauh api dari panggang. Mereka masih betah di dalam rumah. Berbenah. Itu sudah pasti. Bahkan hingga pagi tiba sekalipun. Padahal, sengaja aku keluar-masuk rumah untuk mengecek keadaan.

Sampai kemudian, suara deru mesin menggaung, menghentakku dari lamunan. Itu pasti berasal dari kendaraan mereka yang terparkir di depan rumah. Benar saja, laki-laki beruban itu tengah asyik mengutak-atik interior mobil.

"Ehemmm …." Aku mendeham. Mencoba menarik perhatiannya. Berharap dia menoleh, menghampiri, dan menyapaku. Lalu kami pun … ah, bahkan sampai suara ini serak, laki-laki itu hanya menoleh sekali.

"Pah, makan dulu!" seru istri laki-laki tersebut, muncul tiba-tiba di balik pagar rumah.

"Iya," sahut si Rambut Beruban itu lalu menoleh sejenak ke arahku. Juga istrinya, turut menatapku heran.

"Ada apa, Pah?"

"Ah, enggak. Yuk, kita makan."

Huh! Sepatah kata pun tak terucap menyapa. Benar-benar sombong mereka. Mentang-mentang punya mobil. Sementara aku hanya perempuan single miskin dengan rumah kecil dan tampak kumuh. Begitu hinakah aku di mata mereka?

Seketika aku ingin menangis. Berlari ke dalam rumah dan menangis sendiri di sana. Perih sekali hati ini. Sekian lama diperlakukan sama oleh tetangga yang pernah menghuni rumah tersebut. Termasuk mereka.

Andai kondisiku tidak seperti ini, mungkin akan sama terhormatnya laksana manusia-manusia berharta itu. Hidup disegani dan dihargai. Tapi mau bagaimana lagi? Tuhan sudah menggariskan takdirku demikian.

"Papah, ngapain di sana?" Satu suara bertanya. Berasal dari luar, depan rumahku. Pasti istri si Uban itu. Aku pun segera berlari menghampiri jendela. Mengintip mereka.

Benar saja. Laki-laki itu tengah berdiri memandangi rumahku.

"Gak apa-apa, Mah. Cuma lihat-lihat aja."

Jujur, sebenarnya ingin sekali kuhampiri mereka. Namun, takut sekali hati ini akan kembali kecewa atas kesombongan mereka. Seperti tadi. Diacuhkan begitu saja. Kemudian, perlakuan buruk lainnya pun lebih parah terjadi. Beberapa kali melewatiku saat berada di luar, tidak terucap kata permisi maupun tegur sapa. Dengan angkuh pasangan suami itu melenggang bebas tanpa merasa bersalah. Benar-benar manusia sombong!

Baik! Tunggu pembalasanku nanti!

Waktu yang kunanti pun tiba. Menjelang tiba saat beristirahat malam, laki-laki beruban serta istrinya itu sedang asyik menikmati udara alam. Duduk berdua minum teh sambil berbincang di teras rumah.

Aku bergegas ke luar. Bermaksud melabrak mereka, mencacinya, atau bila perlu melempari rumah tetangga itu dengan batu kerikil. Biar semua tahu, bahwa aku pun bisa marah dan murka.

Begitu derit pintu pagar kudorong, mereka serentak menoleh ke arahku dengan bias kejut di wajah masing-masing. Aku tidak peduli. Terus melangkah menghampiri pasangan tersebut.

"Pah!" teriak wanita itu. Disusul jerit keras dari mulut suaminya, "Ya, Tuhan!" Kedua tetanggaku itu pun berlari masuk ke rumah. Mengunci pintu rapat-rapat dan menutup tirai jendela.

"Pengecut!" seruku masih belum puas memaki mereka. "Keluar kalau kalian berani manusia-manusia sombong!"

Tak ada jawaban. Suasana tetap hening seperti sedia kala. Bahkan hingga keesokan harinya. Sampai kemudian kudengar suara-suara ribut di luar. Tetangga itu.

"Hari ini juga kita pindah kontrakan, Pah. Mamah takut."

"Iya, Mah. Rumah kosong di depan itu ada penghuninya!"

Syukurlah, akhirnya mereka kini sudah mengenalku tanpa harus bersusah payah datang ke sana saling lempar sapa. Yang pasti, siang ini aku akan bisa tidur nyenyak hingga jelang petang nanti. Menjalankan aktivitas malam seperti biasa. "Hihihihi …."

...WASSALAAM...

Terpopuler

Comments

Mami Mara

Mami Mara

jiahhhh,,,, neng kunti baper 😂

2022-12-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!