Harta Berharga

“Hanya itu yang ditinggalkannya untukku. Bagiku, itu lebih berharga dibanding nyawaku. Jika aku tidak dapat menjaganya dengan baik ... aku sungguh tidak berguna.”

...~•~...

“Joe itu payah sekali,” seru Victor. Kembali ke hari ini, dimana ia hampir membuat Tama membunuhnya. “Dia bahkan tidak ingat nama aslinya karena 20 tahun lebih tidak pernah memperkenalkan diri dengan benar.”

“Kamu menyelamatkannya,” lirih Tama.

“Itu bagian paling payahnya! Aku memberi hukuman, bukannya menyelamatkan Joe. Aku memberitahu, saat dia menjadi pengurus, maka artinya Jagdkommando telah meninggalkan dunia gelap itu.”

“Aku tidak mengerti, sama sekali tidak terdengar seperti hukuman,” sela Tama.

“Menghabiskan 20 tahun untuk membunuh, menurutmu berapa jumlah musuh yang diciptakan Joe? Dia tidak berani menyentuh minuman keras karena sekali ia tidak sadarkan diri, nyawanya melayang. Dia harus tetap berada di kegelapan untuk bertahan hidup."

“Yang terburuk adalah anak panti dan seluruh pengurus yayasan.” Victor tersenyum aneh. “Mereka akan menjadi target pengganti bagi orang yang tahu bahwa Joe tidak mungkin dikalahkan.”

“Melindungi diri sendiri mungkin mudah bagi Joe, tapi melindungi banyak orang yang perlahan menjadi bagian penting dari dirinya ... hehe, aku yakin dia sering terbangun sepanjang malam untuk memastikan tidak ada hal buruk yang terjadi.”

“Apa kamu sadar kamu sudah membahayakan nyawa orang-orang yang terkait dengan yayasan?” Tama sungguh tak percaya dengan yang dilakukan Victor.

“Siapa peduli? Pada akhirnya semua orang tetap akan mati-“ Victor tersentak. Rasanya kalimat itu tidak asing, seseorang pernah mengucapkan itu padanya. Siapa?

“Kamu hanya ingin menyelamatkan Joe agar tidak bunuh diri.” Tama menghela nafas.

“Aku menghukumnya,” tegas Victor. “Jika menyerahkan diri, dia pasti dihukum mati. Itu terlalu mudah sebagai hukuman. Tetap hidup dan menghadapi dampak dari dosa-dosanya jauh lebih menyiksa.”

“Terserah.” Tama memutar bola matanya. “Ceritamu tidak menjelaskan kenapa kamu ingin bunuh diri.”

“Kenapa seseorang ingin bunuh diri? Segala hal bisa menjadi penyebabnya. Dalam kasus Joe, terlalu banyak membunuh juga bisa membuat seseorang putus asa. Rasa bersalah dan hampa yang memicunya.”

Kegiatan yang dulunya membuat dia merasa bangga, sekarang dia membencinya. Membenci diri sendiri yang pernah melakukan itu. Hampir semua orang mengalami fase ini setidaknya sekali dalam seumur hidupnya.

“Kamu juga sama?” tanya Tama. “Karena itu kamu ingin bunuh diri?”

Victor melanjutkan bicaranya tanpa memedulikan pertanyaan Tama. Fase lelah? Jelas dia merasakannya. Lelah akan kehidupan. Tapi kenapa? Itu masalahnya. Victor tidak pernah tahu alasannya membenci kehidupan.

“Dalam contoh lain, Luna. Dia yang bicara padamu tadi.” Victor diam sejenak. “Dia kehilangan orang tuanya dalam kecelakaan. Pengurus panti yang paling dekat dengannya pun telah meninggal. Aku tahu dia dilanda kesedihan, tapi dia selalu terlihat tegar.”

“Aku bisa melihatnya-“

“Pengurus itu memberi sebuah gantungan kunci berbentuk boneka kecil padanya. Cukup imut.” Victor tidak memberi Tama kesempatan untuk bicara. “Dan dia pernah hampir bunuh diri hanya karena kehilangan itu.”

“Tidak mungkin!”

“Bukan hanya sekedar ancaman atau gertakan. Dia sungguh hampir kehilangan nyawa.” Victor meyakinkan. “Joe mengabarkan bahwa gadis itu hilang, lalu entah bagaimana aku menemukannya hampir melompat dari jembatan.”

Wajah Luna sangat kacau, dan orang yang lewat memperhatikannya dengan kasihan. Victor mengusir orang-orang itu dan tinggal untuk mendengarkan keluhan Luna.

“Kamu menyelamatkan nyawa seseorang lagi,” ucap Tama dengan suara pelan.

Apa kedengarannya begitu? Victor tidak merasa menyelamatkan siapa-siapa. Dia tidak mencari Luna dengan sengaja, mereka kebetulan saja bertemu. Dan mustahil Victor meninggalnya dalam keadaan seperti itu.

Victor mengesampingkan kekesalannya, lanjut menjelaskan kenapa seseorang ingin bunuh diri. Kehilangan seseorang mungkin memang menyakitkan, tapi kita tidak bisa mencegahnya.

Namun, benda mati adalah kasus yang berbeda. Kehilangan gantungan kunci itu membuat Luna merasa tak berguna. Ia tidak bisa menjaga hadiah itu dengan benar. Juga tidak bisa menemukannya kembali.

“Maksudku-“

“Aku mengerti maksudmu,” potong Tama tak sabaran. “Kamu ingin mengatakan, alasan apa saja bisa membuat orang bunuh diri. Tapi, itu tidak menjelaskan dirimu. Aku ingin mengerti tentang pikiranmu.”

“Padahal kamu mencegah banyak orang bunuh diri, kenapa kamu justru ingin mati,” lirih Tama. “Jika tidak ingin mengatakan langsung padaku, setidaknya tulis sampai selesai di catatan bunuh diri itu. Kenapa tidak menyelesaikannya?”

“Belum,” jawab Victor. Pertanyaan Tama seperti beban baginya. Ruang tamu yang tidak sampai tiga kali tiga meter itu terasa semakin sempit, meski hanya diisi satu lemari kecil. “Aku belum tahu lanjutannya. Siapa yang tahu kenapa seorang Victor begitu ingin mati?”

Tama membuka mulut untuk bicara, tapi ia kehabisan kata-kata. Ia ingin menganggap Victor berbohong, tapi mata itu ... tidak, Tama tidak siap menerima kenyataan. Dia harus menyanggah, menyangkal, atau sesuatu. Jangan biarkan hatinya percaya pada pengakuan Victor.

Terlambat. Keputusasaan yang ditunjukkan Victor tidak mungkin dibuat-buat. Tama tidak sanggup melihatnya. Hatinya perih, dan semakin sakit karena tidak bisa berbuat apa-apa.

“A-aku akan mencari makanan dulu. Jam makan siang sudah lewat sejak lama,” ucap Tama pada akhirnya. Gadis itu berjalan lesu sambil menahan air matanya.

Victor melamun. Otaknya masih berusaha menyusun kata-kata untuk menjawab pertanyaan Tama. Kenapa tidak menulis catatan bunuh diri sampai selesai? Bukannya dia tidak mau, hanya saja, dia tidak bisa.

Alasan yang ingin dia tulis belum terpikirkan sampai detik ini. Victor selalu percaya, saat dia berhasil melanjutkan catatan bunuh diri hingga selesai, dia pasti sudah tidak bernyawa di hari berikutnya.

Victor melirik lantai kosong yang ditinggalkan Tama, kemudian tersenyum miring. "Pencuri kecil," desisnya.

Tama diam-diam membawa kabur Jagdkommando bersamanya. Mungkin dia pikir dengan begitu ia berhasil menghilangkan benda yang dapat digunakan Victor untuk bunuh diri. Sayangnya, dia salah besar.

Pisau yang dilarang dalam perang itu adalah pilihan terakhir yang akan dipakai Victor untuk bunuh diri. Ia tidak ingin dirinya terlalu menderita di akhir hayatnya

Tanpa Tama ketahui, di dalam lemari kecil Victor terdapat benda yang lebih berbahaya. Tali tambang, beberapa cairan dalam botol kecil, obat-obatan, pistol dan beberapa benda lainnya berjejer rapi di sana.

Lemari itu penuh dengan benda istimewa yang dapat menyebabkan kematian. Koleksi alat bunuh diri yang paling berharga bagi Victor. Butuh waktu bertahun-tahun untuk mengumpulkan benda-benda ilegal itu.

“Jika dia melihat ini, mungkin aku akan mengalami pengalaman perampokan terbesar dalam hidupku.” Victor terkekeh. “Aku bisa bangkrut dalam semalam.”

Rasanya menggelikan saat Victor sadar dirinya mengkhawatirkan hal yang paling tidak penting. Tentu, koleksi alat bunuh dirinya memang penting, hanya saja- ada orang di jendela!

Adrenalin Victor membuncah saat melihat siluet di jendela rumahnya. Jika ini adalah perampokan, maka Victor akan dengan senang hati menyerahkan nyawanya. Pura-pura mempertahankan hartanya.

...~•~...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!