Jagdkommando

“*Tanganku berlumuran darah. Aku mencucinya berkali-kali hingga tidak ada noda yang tersisa, tapi kenapa bau amisnya masih tercium? Aku bahkan berhalusinasi tentang wajah-wajah ketakutan orang-orang itu di akhir hayat mereka. Mengerikan*!"

...~•~...

“Aku membaca keinginan kamu untuk bunuh diri yang kamu tulis di buku itu,” lirih Tama.

“Catatan Bunuh Diri?” Victor memastikan. “Kamu perlu belajar etika untuk tidak sembarangan menyentuh barang orang lain tanpa izin.”

“Kamu selalu menatap dengan sinis padaku. Saat berbicara dengan Ray, matamu terlihat kosong. Ketika berada di panti asuhan, kamu jadi seperti orang paling bahagia. Kamu juga menjadi sangat ramah.”

Apa pun yang ingin disampaikan Tama, Victor yakin dia tidak akan suka. Gadis itu selalu sok tahu.

“Tadinya aku pikir kamu seperti Will. Ahli berpura-pura menjadi pria baik hati, padahal sebenarnya tidak punya hati.” Pikiran Tama melayang jauh untuk mengingat. “Tapi, mengingat catatan itu, aku mengerti. Kamu hanya ingin menyembunyikan lukamu di depan orang yayasan.”

“Kamu terlalu berbelit-belit,” keluh Victor.

“Tapi, kamu tidak bisa berpura-pura di depan orang yang memiliki keinginan sama seperti kamu, yaitu bunuh diri. Dan tidak ada gunanya berpura-pura di depan orang yang kamu benci,” jelas Tama. “Bagaimana pun, aku senang telah diizinkan melihat sisimu yang sebenarnya.”

“Kamu terlalu percaya diri.” Victor tersenyum miring. “Tidak ada yang mengatakan teorimu itu benar.”

“Itu benar, dan aku mempercayainya.” Tama bersikeras. “Kamu tidak menyelesaikan catatan itu. Kenapa?”

“Bukan urusanmu.”

“Beritahu aku, kenapa kamu ingin bunuh diri?” pinta Tama.

Victor menghembuskan nafas kasar, lalu menatap pisau aneh yang terletak di antara dia dan Tama. “Menurutmu, kenapa seseorang ingin bunuh diri?”

“Tidak tahu, aku tidak pernah ingin bunuh diri.”

Pasti begitu. Orang dengan semangat hidup sekuat Tama, tidak mungkin pernah ingin bunuh diri. Victor merasa konyol dengan pertanyaannya sendiri.

Kenapa seseorang bisa memiliki keinginan untuk bunuh diri? Ada banyak alasannya. Jika diperlukan, Victor bisa mengurutkan satu per satu. Putus cinta, keluarga berantakan, lingkungan pertemanan buruk, dan yang paling banyak karena lelah untuk berbagai alasan.

Victor menunjuk pisau anehnya dengan sudut mata. “Pemilik pisau itu contohnya,” ucapnya.

Pisau mematikan dengan tiga mata yang berpilin. Mampu memberi luka serius yang sulit ditangani bahkan dengan membawa sekompi dokter bedah. Kemungkinan matinya, nyaris 100%.

Victor melihat saat Tama menelan ludahnya susah payah. “Singkatnya, jika tadi kamu mendorong pisau itu, aku pasti mati.” Dan Victor akan sangat berterima kasih mengenai itu.

“Jangan menakutiku.”

“Kamu tidak melakukan apa-apa, kenapa takut?” Victor mengangkat kedua bahunya.

Pencipta pisau itu menamainya Jagdkommando. Diambil dari nama sebuah pasukan yang gagah dan berani. Kemudian, seorang pembunuh bayaran menggunakan nama yang sama sebagai code name untuk menunjukkan keperkasaannya dalam membunuh.

“Jagdkommando?” ulang Tama dengan wajah pucat.

Gadis muda itu mendengar percakapan Victor dan Joe di panti asuhan. Mereka juga membahas jagdkommando tadi. Pembunuh bayaran yang dimaksud itu pastilah Joe.

Memang benar. Joe adalah seorang pembunuh bayaran. Setidaknya dulu, sekitar lebih dari setengah tahun yang lalu. Paling kejam dan paling kuat pada masanya.

Pertemuan pertama Victor dan Joe masih teringat jelas. Joe sedang duduk di atas tempat sampah besi, di sebuah area kumuh hingga Victor menemukannya.

Ketika menjalani rutinitasnya berjalan tanpa arah, Victor tidak sengaja berakhir di pemukiman kumuh itu. Menyaksikan Joe yang asyik memperhatikan setiap bagian kecil dari pistol di tangannya.

“Apa yang kau lihat? Jika tidak ingin peluru bersarang di kepalamu, pergilah dengan tenang,” katanya.

Mendengar ancaman kematian membuat Victor bersemangat. Akan sangat bagus jika dia mati lebih cepat. Victor menginginkan itu, jadi dia memutuskan untuk menentang dan bersandar ke dinding di seberang Joe.

“Kamu cukup berani. Siapa yang mengirimmu?” Mata tajam milik Joe meneliti, mencari senjata rahasia yang mungkin disembunyikan Victor.

“Aku tidak perlu orang lain untuk mengatur apa yang ingin kulakukan,” jawab Victor santai.

Tiba-tiba saja pria berwajah sangar itu telah menempelkan Jagdkommando di perut Victor. Jantung Victor berhenti sejenak karena terkejut, lalu berdebar-debar membayangkan kematiannya yang sudah dekat. Tolong, Victor tidak bisa menahan senyumnya.

“Jangan meremehkanku,” ancam Joe. “Sekali pisau ini menembus kulitmu, aku pastikan kamu akan mati dengan menyakitkan.”

Apa yang dilakukan pria itu? Melihat pembawaannya saja, Victor yakin Joe sudah membunuh banyak orang. Apa biasanya pembunuh veteran selalu basa basi sebelum membunuh?

“Cepatlah,” suruh Victor dalam hatinya.

“Kau tidak takut mati, ya?” Joe mendorong bahu Victor, kemudian kembali duduk di atas tempat sampah.

Mustahil Victor salah menilai orang. Tapi, bagaimana mungkin dia dilepaskan begitu saja? Jelas-jelas sikapnya sudah cukup kasar untuk memprovokasi pria itu.

“Sedang tidak mood membunuh, heh,” sindir Victor, melirik pistol yang kembali menjadi pusat perhatian Joe. “Kalau ingin bunuh diri kenapa tidak membunuhku lebih dulu?”

Joe refleks mengarahkan pistolnya pada Victor. “Bagaimana kamu tahu?”

“Kalau kamu menyimpan keinginan bunuh diri cukup lama, kamu pasti sensitif pada orang yang berkeinginan sama.” Victor bersedekap.

“Pantas kamu tidak kabur saat ada kesempatan,” dengus Joe. “Jadi kenapa kamu tidak bunuh diri saja daripada meminta orang lain membunuhmu?”

“Kalau aku berani, aku sudah jadi tanah sekarang.”

Joe tertawa. “Kematian memang menakutkan. Sangat-sangat menakutkan. Dan aku mendatangkan kematian yang menyakitkan pada ratusan orang.”

"Ada yang bilang, ketakutan terhadap kematian lebih menyiksa daripada kematian itu sendiri." Victor menatap langit cerah di atas kepalanya. “Apa kamu menyesal?”

“...” Joe diam cukup lama. “Benar. Sepertinya aku menyesal. Aku tidak bisa tidur belakangan ini. Sekalinya kesadaranku memudar, mereka akan datang. Dengan organ dalam bertaburan, menuntut balas dendam.”

“Aku tidak bisa minum atau mengonsumsi obat-obatan. Ada terlalu banyak musuh yang menunggu kesempatan itu,” lanjut Joe. “Sekarang, dalam keadaan sadar pun aku bisa melihat darah yang mengotori tanganku."

“Terlalu kotor untuk dianggap manusia? Lebih seperti ...” Victor menunjuk tempat sampah yang diduduki Joe. “...sampah?”

“Jika kita bertemu lebih awal, aku yakin kamu sudah tewas dengan mulut yang sobek sekarang ini.” Joe tersenyum, membuat wajahnya semakin mengerikan. “Tapi, sepertinya memang karena itu aku duduk di sini.”

Victor mengangguk-angguk. “Apa yang akan kamu lakukan sekarang? Mati?”

“Aku melihat banyak wajah yang tersiksa saat menuju kematiannya. Dengan dosa-dosaku, pasti lebih ...” Kengerian membayang di wajah Joe.

“Kamu tidak ingin membunuh lagi?”

“Dulu, membunuh adalah kesenangan bagiku. Sekarang, kata itu saja sudah membuatku takut. Kamu bisa sewa orang lain untuk membunuhmu,” tegas Joe. “Aku hanya berharap menjadi sampah yang dapat didaur ulang.”

“Ya sudah, tinggal daur ulang. Apa susahnya?” ucap Victor dengan entengnya.

“Mendaur ulang manusia? Kamu pikir aku bodoh mau percaya pada hal seperti itu?” Joe menautkan kedua alisnya, menunjukkan harapan yang ia tahan.

“Menjadi lebih berguna. Bukankah begitu konsep daur ulang?" Victor diam sejenak. "Kenapa tidak melakukan hal-hal baik di sisa hidupmu? Orang bilang, melakukan hal baik bisa membersihkan dosa.”

Tubuh Joe melemas. “Memangnya wajahku ini cocok melakukan kebaikan apa? Melihatku lewat saja akan membuat orang waspada.”

“Mau bekerja di panti asuhan kami?”

...~•~...

Terpopuler

Comments

Auraliv

Auraliv

ya ampun kok aku malah ngakak liat victor senyum2 karna gak sabar pengen dibunuh😂

2023-01-18

1

Auraliv

Auraliv

itulah kehidupan. the best banget ini novel... bagus banget thor. ini harusnya jenis novel cetak sih. gk cocok ditulis di sini🤧

2023-01-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!