Aurel dan Jake ke rumah sakit. Jake yang menyetir mobil. Dia terlihat panik. Aurel terus meraih tangan Jake dan menggenggamnya erat. Aurel mencoba menenangkan Jake. Tak lama mereka sampai di rumah sakit. Jake dan Aurel bergegas ke kamar tempat ibunya dirawat. Jake tadinya mau lari, tapi dia ingat keadaan Aurel. Jake tak jadi lari.
"Maaf, aku nyusahin ya?"
"Gak. Jangan bilang gitu. Aku yakin ibu pasti kuat dan baik-baik saja. Ibu juga pasti senang dengar kalau dia akan punya cucu."
Aurel menyesal, dia tak bisa ikut lari. Jake pun tak jadi lari, dia menghambat Jake bukan.
"Kalau kamu mau lari, lari aja ke kamar ibu. Aku gak apa-apa jalan."
"Gak usah. Aku gak apa-apa."
Jake menuntun Aurel. Menggandeng Aurel. Mereka tak lama sampai di ruangan ibu. Jeni ada di dalam ruangan.
"Kak."
Jeni mendekati Jake yang datang. Dia memeluk Jake dan menangis dipelukan Jake.
"Gimana kata dokter?"
"Gak tahu, mau ketemu kakak katanya."
"Sayang, nitip jeni ya. Kamu disini saja. Aku mau ketemu dokter."
Jake menitipkan jeni kepada Aurel. Aurel mengangguk. Dia langsung memeluk jeni. Jeni menangis dipelukan Aurel.
"Sabar ya sayang. Ibu pasti baik-baik saja. Ibu, ibu bangun ya. Katanya ibu mau lihat cucu ibu. Dia sudah ada disini ibu. Ibu bangun ya, bertahan ya."
Jeni mendekati ibu mertuanya. Dia meraih tangan sang ibu mertua yang belum sadarkan diri. Jeni ikut kaget mendengar itu. Dia senang tapi juga sudah. Aurel mengarahkan tangan ibunya ke perut Aurel. Mengusapkan tangan sang ibu ke perut ratanya.
"Kakak hamil?"
"Iya."
Aurel berubah tak tega mau menghilangkan bayi diperutnya. Tante menanti bayi ini, ibu, omnya. Semuanya ingin bayi ini. Aurel pun mengangguk dengan pertanyaan jeni.
"Selamat ya kak. Aku ikut bahagia untuk kakak."
"Iya. Waktunya gak tepat ya?"
"Tepat kak. Kenapa bilang gitu."
Aurel memeluk dan mencium kening jeni. Jake menemui dokter ibunya. Dia sedang ada di dalam ruangan sang dokter. Dokter bilang kalau jantung mamanya sudah terlalu parah. Kalau ada donor jantung itu lebih baik.
"Donor jantung? Tapi bagaimana saya mencarinya dok?"
"Kita akan coba bantu dari rumah sakit. Tapi untuk mencari donor jantung yang cocok itu sangat susah. Lebih gampang kalau masih ada hubungan dengan pasien."
"Dok, saya bisa? Saya mau coba tes jantung saya cocok untuk ibu saya atau tidak?"
"Tuan, tapi maaf. Kita tidak bisa mengambil jantung sembarangan orang yang masih hidup."
"Hanya tes saja dokter. Saya mohon."
Jake sangat menyayangi ibunya. Dokter pun melalukan tes jantung Jake dengan ibunya. Cocok atau tidak.
"Hasilnya akan keluar dalam seminggu ini mungkin."
Jake sudah ada di luar ruangan dokter. Dia sudah selesai melakukan berbagai tes. Jake mengangguk. Dia berjabat tangan dan berterima kasih kepada dokter. Jake kembali ke ruangan ibunya. Jake berhenti di depan ruangan sang ibu. Dia menatap Aurel dan perutnya. Bagaimana dia bisa mengorbankan dirinya untuk mendonorkan jantungnya kepada sang ibu, sementara ada anaknya diperut Aurel.
"Nona. Lagi pula kontrak kerja kita akan berakhir setelah satu tahun kan. Maafkan saya. Saya harus melakukan ini. Tolong jaga anak saya dengan baik."
Jake berkata di depan. Dia mengusap air matanya akhirnya masuk. Jake menarik kursi untuk jeni. Dia menepuk pundak jeni. Jeni sejak tadi berdiri di sebelah Aurel yang duduk.
"Kak. Kak Aurel hamil."
Jeni menatap kakaknya dengan sangat bahagia. Jake mengangguk. Ibu Jake menggerakkan tangannya perlahan. Dia mulai sadar.
"Ibu, sayang ibu."
Aurel yang menyadari untuk pertama kalinya. Jake dan jeni melihat itu. Ibu mereka perlahan membuka mata.
"Ibu, ibu akan punya cucu dari kak Jake. Ibu harus bertahan ya, setidaknya untuk melihat cucu ibu lahir dan main dengan cucu ibu."
Jake mengusap kepala sang ibu. Ibunya tersenyum tipis. Dia menatap Aurel yang duduk di sebelah dia. Jake berdiri di belakang Aurel.
"Iya ibu. Ibu harus bertahan, kan ibu yang minta cucu sama aku. Kalau gak, aku akan marah sama ibu. Kalau ibu sakit, aku gak mau rawat cucu ibu diperut aku dengan baik."
"Jangan seperti itu. Selamat ya kalian akan segera menjadi orang tua."
Ibu berkata dengan sangat lirih kepada Aurel dan Jake. Aurel kembali berdiri dan membiarkan ibu mertuanya untuk mengusap perut Aurel. Mereka harus tidur disini malam ini untuk menjaga ibunya.
"Aku antar kamu pulang ya? Kamu istirahat di rumah Tante aja. Gak baik kamu istirahat disini."
"Gak mau. Mau sama kamu."
"Aurel."
Jake berdebat dengan Aurel. Jake akhirnya menelpon Tante. Tante dan om yang datang ke sini. Lucas juga. Jam jenguk hampir habis. Aurel ikut mereka pulang.
"Ibu, semoga cepat sembuh ya."
Om dan Tante Aurel menemui ibu Jake dulu. Lucas punya ide. Dia melirik jeni. Ini kesempatannya. Aurel keluar duluan. Dia marah karena disuruh pulang.
"Tante, Aurel marah ya sama aku? Tante Aurel hamil."
"Serius? Ya ampun. Tante senang banget, pantes moodnya parah. Gak apa-apa. Nanti Tante kasih penjelasan ke dia coba. Masak hamil muda mau tidur di rumah sakit. Tante juga gak akan izinin."
Jake dan Tante Aurel berdebat. Tante Aurel senang sekali mendengar Aurel hamil.
"Ma, aku aja yang jaga disini aku temenin jeni gimana? Boleh gak? Kak, dari pada nanti kak Aurel ngambeknya lama. Bujuknya setengah mati loh kak."
"Gak macem-macem kan tapi."
Jeni dengan galaknya menatap Lucas. Lucas mengangguk. Dia mengangkat kedua jarinya. Janji gak akan macem-macem.
"Kak, kakak pulang aja deh. Kasihan kak Aurel juga. Aku bisa kok sama dia."
"Ya sudah. Ibu, gak apa-apa. Menantu ibu ngambekan. Kalau ngambek susah bujuk."
Ibunya tersenyum. Dia mengangguk. Jake ke depan dan membujuk Aurel. Dia memeluk Aurel dari belakang. Aurel malah menepis tangan Jake.
"Gak usah peluk-peluk."
Aurel dengan ketusnya melarang Jake. Jake malam memeluk dan mencium leher Aurel lagi.
"Aku pulang sama kamu. Lucas yang disini nemenin jeni. Kamu gak mau pamit sama ibu?"
"Mau."
Aurel yang sejak tadi cemberut langsung tersenyum mendengar itu. Aurel masuk ke ruangan ibu. Dia menemui ibu, mencium tangan ibu dan pamit. Dia juga memeluk jeni.
"Ngambekan. Udah tua, udah mau jadi mama juga masih ngambekan. Gak habis pikir."
Lucas menggoda Aurel. Aurel langsung memukul adik sepupunya itu.
"Cowok mana tahu perasaannya gak enak. Orang lagi hamil juga, kan bisa tiba-tiba sedih, marah."
"Iya emang ma? Kak Aurel aja sih manja sama kak Jake."
Lucas melirik mamanya. Tante Aurel tentu memihak kepada Aurel. Dia meminta Lucas untuk berhenti menggoda kakaknya yang sedang hamil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
Nur Adam
lnjut
2023-07-07
0
Khayati Khayati
next
2023-03-24
0
Asyraf Khairul
wooww
2023-01-30
0