TANDA-TANDA AUREL HAMIL

Aurel dari awal juga tak mau melibatkan hati untuk pernikahan ini. Aurel tak mau hamil karena dia juga tak mau ribet, ada anaknya, nanti kalau dia cerai bagaimana dengan dirinya dan juga anaknya ketika ditinggal Jake. Tapi takdir berkata lain. Aurel setelah pernikahan malah tidak pernah lagi berhubungan dengan Jake. Sudah empat Minggu lebih sejak pernikahannya dengan Jake. Aurel merasa badannya sering lemah. Tapi dia tak bilang Jake. Dia mencoba kuat di depan semua orang.

Hari ini Aurel mau berangkat ke kantor seperti biasa, dan semua orang sudah tahu kalau Jake punya cafe. Dia seorang chef. Jake juga berhasil membuka beberapa restoran dengan modal uang gajinya kerja dengan Aurel. Menjadi suami kontrak Aurel.

"Sayang, kenapa?"

Jake menyiapkan makanan pagi ini. Sudah biasa bagi Jake untuk akhir-akhir ini. Aurel duduk di kursi di ruang makan. Tempat biasa dia duduk. Aurel tak sengaja menunduk. Kepalanya sedikit berat. Ada om juga tantenya disana. Lucas baru turun dari lantai dua.

"Emm, gak apa-apa. Kepalanya berat aja dikit. Kayaknya kebanyakan begadang baca laporan kantor semalam."

Padahal Aurel tak melakukan itu. Jake yang berdiri di belakang Aurel memijak pundak Aurel dari belakang. Dia sedikit memberikan pijatan di kepala Aurel dan mencium kepala Aurel dari belakang. Selama empat Minggu lebih pernikahan mereka, Aurel tak tahu kenapa, dia suka diperlakukan manis oleh Jake.

"Gak usah ke kantor kalau sakit."

Tante Aurel yang mengatakannya. Tapi Aurel menggeleng. Dia banyak meeting penting. Aurel kembali menegakkan badannya.

"Sudah lebih baik?"

Jake duduk di samping Aurel. Dia mengambilkan makanan untuk Aurel. Lucas yang sedang asik sarapan tak sengaja berceletuk.

"Jangan-jangan hamil kak. Kapan nih denger kakak hamilnya, nanti aku bantu jagain anak kakak, ajakin dia main. Cewek atau cowok, gak masalah lah buat aku."

Aurel yang sedang makan langsung terbatuk. Jake membantu mengambilkan minuman untuk Aurel. Dia membantu Aurel minum air putihnya.

"Mau Tante periksa gak? Atau tanggal datang bulan kamu gimana? Masih normal? Gak telat kamu rel?"

"Hemm, enggak Tante. Ini juga lagi Dateng bulan. Mungkin karena lagi Dateng bulan Tante, jadi sedikit pusing kepalanya."

Aurel mencoba mengingat ucapan Tantenya. Dia baru sadar kalau dia hampir satu bulan setelah menikah belum datang bulan. Sebelum menikah kan dia pernah berhubungan dengan Jake. Apa jangan-jangan jadi, dia benar-benar hamil.

"Gak usah ke kantor kalau sakit, capek. Istirahat aja."

"Tapi om, banyak banget meeting penting."

"Aku anter. Aku tungguin di kantor ya? Aku worry sama kamu?"

Aurel dilarang omnya juga. Tapi Daras Aurel, worka holic. Dia tak bisa tak bekerja kecuali sakit parah dan sama sekali tak bisa berjalan atau berdiri mungkin.

"Itu, Tante lebih setuju."

"Ya masak di kantor ditungguin Jake sih Tante. Kan gak enak dilihat klient."

Tante Aurel menggeleng. Dia tak menerima penolakan. Kalau mau ke kantor harus dengan syarat diawasi Jake. Tante Aurel pamit ke rumah sakit sementara omnya Aurel juga berangkat kerja. Lucas ke kampus.

"Aku panasin mobilnya dulu."

"Nanti ditinggal saja. Kamu mau cek restoran kan? Jake, ingat ya kamu-"

"Jangan bikin aku gak nyman."

Aurel menghentikan ucapannya, dia ingin mengingatkan tempat Jake. Dia tak bisa memerintah Aurel. Aurel yang bisa memerintah dia. Jake pun mengangguk paham. Tapi dia akan tetap mengawasi, mungkin dari jauh, atau lewat sekertarisnya.

***

Aurel dan Jake sudah ada di dalam mobil. Aurel mencoba menutupinya, kepalanya setelah masuk ke dalam mobil malah jadi semakin berat di tambah Aurel mau muntah. Aurel jadi makin takut kalau dia beneran hamil. Setelah sampai di kantor, Aurel langsung keluar dari mobil. Dia berjalan masuk, dia mencari toilet terdekat di lantai satu.

Sekertarisnya ikut Aurel masuk ke kamar mandi. Menunggu diluar. Tak kama Aurel keluar dengan wajah yang pucat. Dia membenarkan make up dan menambah lisptiknya.

"Jangan bilang sama Jake ya kalau saya seperti ini. Atau saya pecat kamu."

"Iya nona."

Sekertaris Jake mengangguk. Aurel kembali ke ruang meeting. Tapi dia sama sekali tak bisa fokus dengan meeting. Aurel malah makin muak dan sakit kepala. Aurel yakin dia hamil. Dia refleks mengusap perutnya di bawah meja.

Apa dia harus menggugurkannya kalau dia nanti benar hamil? Apa dia akan Setega itu.

"Terima kasih Mrs. Aurel."

Meetingnya sudah selesai, walau pun Aurel paksa. Aurel berjabat tangan dengan kliennya.

"Sama-sama Mr."

Aurel mengantar sampai ke depan kantor. Setelah kliennya masuk ke dalam mobil dan pergi, Aurel tak tahan lagi. Dia muntah lagi. Aurel meminta sekertarisnya untuk ke apotik.

"Belikan saya tes pack. Tapi jangan bilang ke Jake atau Tante saya, jangan ada yang tahu ya?"

"Atau saya pecat."

Aurel selalu mengancam seperti itu. Sekertaris Aurel pun mengangguk. Dia keluar dari kantor menuju ke apotik. Membeli apa yang Aurel perintahkan.

***

Jake ada di restoran barunya yang dipusat kota. Cukup ramai. Jake ingin ke kantor Aurel dan mengecek keadaan Aurel, tapi dia malah sibuk di restoran. Jake mencoba menelpon sekertaris Aurel.

"Halo, bagaimana nona Aurel?"

Mendengar Aurel baik-baik saja jake lebih tenang. Tapi perasaannya ada yang mengganjal saja. Entah apa. Jake ke apotik untuk membelikan tes pack untuk Aurel. Dia akan meminta Aurel memakainya. Tidak, tapi dia sedang datang bulan.

***

"Nona. Ini."

Sekertaris Aurel kembali. Aurel bergegas ke kamar mandi dan memakainya.

"Tiga menit. Tunggu tiga menit yang tertulis di bungkusnya."

Aurel masih di dalam kamar mandi. Dia menunggu tiga menit. Melihat jam ponselnya.

"Sudah tiga menit."

Sampai tiga menit, akhirnya Aurel pun membuka alat tes kehamilan yang sejak tadi dia genggam. Aurel melihatnya perlahan. Dengan gugup dan ternyata hasilnya.

"Ahh. Kenapa harus gini? Aku gak mau bunuh dia dengan sengaja. Tapi aku juga gak mau ada dia."

Aurel menangis melihat hasilnya. Dia duduk di toilet dengan menggenggam alat tesnya yang menunjukkan garis dua. Dia hamil. Aurel menangis disana.

"Bagaimana ini? Kenapa kamu harus hadir sih? Saya jadi harus bunuh kamu kan?"

Aurel tak henti menangis di dalam kamar mandi. Sekertaris Aurel takut Aurel kenapa-napa. Dia ke kamar mandi untuk mengecek bosnya. Beberapa kali dia mengetuk pintu kamar mandi.

"Nona. Ada apa? Nona baik-baik saja di dalam."

Tapi Aurel tak juga menjawab pertanyaan sang sekertaris. Jake hanya ingin memastikan makan siang Aurel. Dia membawa makan siang yang sehat untuk Aurel. Sup untuk menghilangkan sakit perut Aurel yang sedang datang bulan.

"Nona, ada tuan Jake di depan."

Jake ke ruangan Aurel. Dia meminta sekertarisnya Aurel untuk memanggilkan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!