Aurel mengajak Jake ke hotel tempatnya. Ada di lantai paling atas hotel itu. Itu adalah hotel milik keluarganya. Sesampainya di depan hotel Aurel, mobilnya berhenti. Jake keluar dari mobil. Dia membukakan pintu untuk Aurel dan mengulurkan tangannya.
"Silakan nona."
Aurel tak pernah benar-benar memandang mata Jake. Aurel meraih tangan Jake. Dengan perlahan Aurel turun dari mobil. Jake melindungi kepala Aurel agar tidak terpentok atap mobil.
Aurel menggandeng Jake jalan masuk ke hotelnya. Dia meminta kunci kamar hotel kepada resepsionis.
"Yang paling atas." Kata Aurel kepada penjaga hotelnya.
"Iya nona." Penjaga hotel perempuan itu memberikan kunci kepada Aurel.
Aurel menggandeng Jake dan masuk ke dalam lift. Di dalam lift hanya ada dia dan Aurel. Tapi Aurel sama sekali tak mau menatap dan memandang Jake. Jake bingung, biasanya kliennya selama ini selalu memandang dia.
Tak lama liftnya terbuka. Mereka sudah sampai di lantai paling atas. Aurel keluar lebih dulu setelah itu Jake. Dia berjalan di belakang Aurel. Aurel membuka salah satu kamar di sana. Jake pun ikut masuk. Aurel langsung menarik Jake ke kamar.
Dug!
Mendorong tubuh Jake jatuh ke atas ranjang hotel itu. Jake sampai terkejut. Aurel menindih tubuh kekar Jake.
"Lepas baju kamu." Kata Aurel kepada Jake.
"Nona tidak pakai pengaman?" Tanya Jake kepada Aurel.
Aurel menggeleng, "tidak."
Jake mencoba menyingkirkan badan Aurel yang lebih mungil darinya itu dari atas tubuhnya. "Maaf nona, tapi saya tidak bisa."
"Saya sudah membayar kamu." Aurel kembali ke atas badan Jake yang belum sempat bangun.
"Kamu butuh lebih berapa?" Tanya Aurel, mendekati wajah Jake. Aurel begitu dominan diatas Jake.
"Bukan masalah butuh nona. Tapi kalau nona hamil anak saya bagaimana? Saya tidak mau. Nona terlihat sehat. Apa nona tidak bisa hamil?"
"Bisa. Itu urusan saya. Saya mau kamu melakukannya tanpa pengaman."
"Maaf nona, saya tidak bisa. Saya akan mengatakan ini kepada madam. Saya dan madam sudah sepakat."
Jake kembali menyingkirkan tubuh Aurel dari atas badannya. Kali ini Jake segera bangkit. Tapi cepat-cepat Aurel menahan tangan Jake.
"Mau berapa juta? Saya butuh kamu setahun. Tapi jangan pernah layani wanita lain. Satu tahun kamu milik saya. Kita bicarakan harganya setelah main."
Jake menoleh dan menatap mata Aurel dengan bingung. Masih ada kesedihan yang dalam Dimata Aurel.
"Maksudnya, apa ini? Saya hanya melayani permalam saja. Kalau mau jalan, ok."
"Hanya selalu ada untuk saya. Berhubungan dengan saya kalau saya sedang stres saja."
Jake bukan mau yang Aurel. Uang yang selama ini dia dapat juga sudah cukup. Dia kasihan dan jatuh cinta kepada Aurel yang dulu menangis sesegukan di cafe. Jake juga sudah bosan dengan pekerjaan ini. Satu tahun hanya melayani satu wanita itu akan jauh lebih baik baginya.
Dug!
Jake langsung mendorong tubuh Aurel hingga Aurel berbaring di ranjang. Dia melepas baju Aurel sembari menciumi seluruh badan Aurel. Menikmati bibir merah Aurel. Aurel pun mulai mengikuti irama permainan Jake. Dia membantu Jake untuk melepaskan pakaiannya.
'sekalipun kamu hamil anak saya. Saya juga rela, nona.' batin Jake menatap Aurel yang liat di atas ranjang.
Aurel berganti diatas Jake setelah dia puas main dibawah. Sampai keduanya melakukan itu. Menyatukan milik masing-masing bersama. Aurel kelelahan dan tidur dipelukan Jake malam itu. Keduanya sama-sama tak memakai busana. Jake mencium kening Aurel.
***
Aurel bangun pagi. Dia ada meeting pagi ini, dia membuka matanya. Aurel hanya mengeryit dan diam menatap Jake yang masih tidur di samping dia. Dia bergegas turun. Aurel ke kamar mandi dan siap-siap ke kantor. Sampai Aurel selesai mandi, Jake terbangun.
"Nona mau ke kantor?" Tanya Jake kepada Aurel.
"Emm." Aurel hanya mengangguk di depan kaca sambil membenarkan pakainya.
"Kamu boleh melalukan aktivitas kamu seperti biasa. Saya akan menemui madam untuk kontrak kerja kita satu tahun. Nanti setelah meeting dulu. Saya harus meeting."
Aurel bergegas keluar dari hotel. Jake hanya mengangguk dan melihat Aurel pergi. Setelah Aurel pergi, Jake kembali tidur. Dia tersenyum mengingat hal semalam. Jake bergegas ke kamar mandi. Dia juga harus membuka cafe.
"Dia wanita yang kuat dan tangguh. Apa tidak sakit melalukannya pertama kali. Dia sangat candu. Sangat sempit berbeda dengan klien ku yang lain."
Jake bermain dengan fantasinya sendiri di kamar mandi. Sampai dia selesai mandi dan melihat ranjang. Bahkan sampai masih dia ingat setiap detailnya. Biasanya dia mabuk kalau mau melakukannya dengan seorang klien. Tapi ini tidak.
Jake bergegas ke cafenya. Dia keluar dari kamar hotel itu setelah mengenakan pakaiannya. Jake harus ke rumah dulu untuk melihat keadaan ibu dan adiknya.
"Tuan, ini mobil untuk tuan." Kata seorang pelayan menghampiri Jake ketika dia akan keluar.
"Mobil untuk saya dari?" Jake bingung mau menerima kuncinya.
"Nona Aurel. Katanya untuk transportasi pribadi. Mari saya antar ambil mobilnya."
"Tidak perlu. Saya bisa sendiri."
Jake mengambil kuncinya. Dia memencet tombol di kunci itu. Dia bisa kan melakukannya tanpa diantar pelayan. Dia akan menemukan mobil itu.
Jake ke parkiran. Dia terkejut dengan mobil yang diberikan Aurel. Lamborghini Gallardo yang memiliki kisaran harga Rp 5,6 miliar.
"Wow." Jake sampai kaget melihatnya.
Jake membawa mobil Aurel ke tempat madam. Dia menemui madam lebih dulu. Jake mengambil motornya. Dia tak mau ibu dan adiknya curiga.
"Madam, nona Aurel minta kontrak satu tahun dengan saya." Jake menemui madam lebih dulu di tempat.
Madan mengangguk. "Dia klien besar Jake. Jangan pernah kecewakan nona Aurel. Mobilnya keren sekali."
Jake memberikan kuncinya kepada madam. Jake meminta kunci motornya. Dia mengenakan helm dan menggunakan motornya. Menjalankan motornya menuju ke rumah.
Jake sengaja mampir ke supermarket miliknya sendiri untuk belanja. Dia jago masak. Jake ingin menyiapkan sarapan untuk ibu dan adiknya. Ini masih jam delapan pagi. Semoga adiknya belum berangkat ke kampus saja dan ibunya belum masak.
"Pagi ibu. Jangan masak, biar Jake yang teruskan. Ibu duduk dan lihat saja Jake masak."
Jake sampai di rumahnya. Dia masuk ke rumahnya begitu saja. Dia melihat ibunya yang ada di dapur. Sedang memasak. Jake langsung memeluk ibunya dari belakang. Dia menarik kursi untuk ibunya duduk dan bisa memperhatikan dia masak.
"Gak apa-apa..."
"Jake gak suka dibantah ya ibu." Kata Jake memotong ucapan ibunya. Padahal ibunya tak masalah, hanya sedikit makan.
"Morning kak." Jane keluar dari kamarnya.
Rumah Jake hanya berlantai satu. Jake tak mau terlalu mewah. Takut semuanya curiga.
"Hai, morning cantik. Tunggu sebentar ya, mau ke kampus kan? Jangan lupa sarapan."
Jake ingat Aurel. Apa dia sudah sarapan?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments