MASAK BERSAMA

Jake yang menyetir mobil.  Aurel duduk di samping Jake.  Jake melirik Aurel yang masih terlihat murung. 

"Mau beli Ice cream?"

"Hah, buat apa? Kayak anak kecil aja."

Aurel kaget, dia melirik Jake.  Jake malah menghentikan mobilnya di depan sebuah warung. Disana ada lemari pendingin. Jake yakin ada ice cream disana. 

"Suka strawberry, coklat, atau apa?"

"Strawberry coklat."

Awalnya Aurel bingung Jake tiba-tiba melepas sabuk pengamannya, dia tiba-tiba turun.  Sudah terlanjur berhenti kan sayang. 

"Ok.  Tunggu. Mau ciki juga? Snack?"

"Boleh."

Jake bertanya lagi sebelum tadinya dia mau pergi, tapi ke mobil lagi.  Aurel pun mengangguk.  Jake ke warung.  Dia membeli beberapa ice cream.  Terlihat mengambil beberapa ice cream dan juga Snack.  Tak lama dia kembali ke mobil. 

"Ini."

Dia memberikan kantong plastik yang isinya banyak sekali kepada Aurel.  Aurel tersenyum menerima itu.  Dia seperti anak kecil.  Tapi, lucu juga diperlakukan seperti ini oleh Jake.  Dia hampir tak pernah diperlakukan seperti ini oleh siapa pun.  Bahkan oleh kekasihnya yang sangat dia cintai dulu.  Aurel lebih terlihat kuat dan tegas setiap di kantor atau di manapun.

"Makannya pelan-pelan."

Aurel sibuk membuka ice creamnya di mobil.  Jake beberapa kali melirik dan memperingati dia.  Aurel hanya mengangguk. 

"Aak."

Aurel malah menyuapi Jake ice creamnya.  Jake sempat kaget dan bingung.  Tapi akhirnya dia membuka mulutnya.  Terakhir kali, kemarin malam Aurel ngamuk karena dia jujur dan menolak mobil itu kan. 

Tak lama mereka sampai di rumah Jake.  Aurel turun dan meninggalnya bingkisan juga kotak ice cream yang masih sisa itu.  Jake turun lebih dulu, setelah itu menggandeng Aurel. 

"Ibu."

Jake memanggil ibunya.  Dari dalam rumah ibunya keluar.  Aurel langsung mencium  tangan ibunya Jake, memeluk dan cipika-cipiki dengan ibunya Jake. 

"Ibu, maaf ya. Kemarin malam aku Betek banget sama anak ibu."

"Masuk dulu."

Ibu Jake mengajak Aurel masuk.  Aurel pun masuk dan duduk di ruang tamu dengan ibunya Jake.   Jake yang ke dapur dan membuatkan minum untuk keduanya.  Tadinya ibunya Jake yang ingin membuatkan minum untuk Jake.  Tapi Jake melarangnya.  Dia tak mau ibunya cape. 

"Adik sudah berangkat ke kampus Bu?"

Jake kembali.  Dia juga membawa minuman ke ruang tamu.  Jake menaruhnya di meja.  Aurel membantu Jake menaruhnya.  Jake duduk di depan ibunya dan Aurel yang duduk bersampingan dengan ibunya. 

"Iya sudah berangkat."

"Naik apa? Sama ojek langganan kan?"

"Iya."

Aurel diam mendengarkan mereka yang sedang bertugas cerita.  Jeni naik ojek.  Dia tak punya mobil sendiri atau motor. 

"Mau aku beliin motor atau mobil gak ibu jeninya? Dari pada naik ojek terus? Kalau mau kemana-mana nanti susah gak?"

"Tuh kan. Mulai Bu, gimana aku gak balikin mobil dia coba Bu.  Tapi dia malah ngamuk di rumah."

"Ngamuknya gak usah dibahas kenapa sih."

Aurel kesal dengan Jake.  Dia mengambil bantal dan melemparkannya kearah Jake. Jake dengan sigap menangkapnya. Dia menaruh kembali bantalnya di sebelah dia. 

"Sudah jake.  Nak Aurel, jangan dibelikan motor, ibu yang khawatir, mobil juga.  Biar jeni nanti beli barang itu hasil kerja keras dia sendiri.  Gak usah ya."

"Ibu tahu maksud kamu baik, sama Jake juga.  Tapi kita bukannya gimana-mana.  Ibu gak mau nanti dikira Tante kamu kita manfaatin kamu yang punya uang banyak."

"Enggak ibu.  Tante gak gitu kok.  Aku yang salah.  Aku minta maaf ya ibu. Tapi ibu, ini disuruh Tante bilang."

Aurel melirik Jake.  Jake menggeleng.  Takut ibunya kalau tahu jadi serangan jantung. 

"Kenapa?"

"Ibu, Tante minta Jake nikahin aku besok.  Gak apa-apa ya ibu.  Soalnya dulu aku mau nikah, udah lama rencananya, gak jadi, karena liat pacar aku selingkuh . Aku putusin dia. Hampir tiga apa lima tahun ini deh. Baru ketemu Jake. Boleh gak ibu?"

Ibu Jake syok. Dia memegang dadanya.  Jake jadi ikut khawatir.  Dia mendekati ibunya. 

"Ibu kenapa? Sakit dadanya? Sakit jantungnya? Mau ke rumah sakit?"

"Gak perlu.  Ibu terlalu senang saja.  Tapi dengan syarat ibu minta cucu boleh ya.  Jangan KB dulu."

Aurel hanya tertawa.  Dia terpaksa mengangguk kepada ibu.  Tantenya juga sama. Mau lihat anak bayinya Aurel nanti.  Pasti lucu. 

"Makasih ya sayang.  Kayaknya ini doa ibu kemarin, cepet banget dikabulin.  Ibu itu doa, takut gak sampai kan usia ibu, ibu mau lihat Jake cepat nikah dan punya cucu."

"Ibu jangan bilang gitu dong. Kalau ibu mau punya cucu takut habis waktu ibu, aku gak mau kasih ibu cucu.  Sekalian sama Tante."

Aurel melepas pelukannya kepada ibu Jake.  Dia nyaman sekali dipeluk ibu Jake.  Jake tadinya ingin melarang ibunya berbicara seperti itu, tapi sudah terwakilkan oleh Aurel.  Dia kelihatan sayang sekali dengan Aurel. 

"Mau makan siang di rumah? Mau aku yang masakin gak?"

Aurel menoleh langsung mendengar ucapan Jake.  Memang Jake bisa memasak.  Dia tanya ke ibunya Jake. 

"Jake itu jago sekali."

"Wah.  Aku penasaran enak apa enggak masakannya."

"Kalau enak mau kasih apa?"

Jake malau menantang balik Aurel.  Aurel menatap ibunya Jake.  Dia menggeleng. 

"Gak mau kasih apa-apa."

"Curang. Harus kasih sesuatu dong Bu ya?"

Jake meminta bantuan ibunya.  Dia mengedipkan mata untuk bekerja sama.  Ibunya pun sepakat untuk membantu Jake.  Dia menganggukkan kepala. 

"Ibu. Ibu kok Belian Jake."

"Kan yang anak ibu aku."

"Ihh."

Jake puas sekali menggoda Aurel.  Untuk makan siang Jake melihat isi kulkasnya.  Karena hanya sedikit isi bahan makanannya, Jake dan Aurel pun memutuskan untuk belanja dulu.  Sekalian mereka ke kampus untuk menjemput jeni. Jeni kebetulan pulang siang. 

"Loh, bener.  Ini, disana kampusnya Lucas."

Mereka sudah sampai di depan kampus jeni.  Aurel dan Jake keluar dari mobil. Aurel ingat benar kalau depan lurus lagi itu kampusnya Lucas. 

"Iya itu depan jurusan hukum sih.  Mau ajak Lucas sekalian makan siang di rumah aku? Tante sama om biasanya pulang gak kalau siang?"

Aurel menggeleng. 

"Gak perlu.  Jangan ajak Lucas lah. Males, berisik.  Ribet dia.  Paling dia juga makan di resto atau cafe atau bar sama teman-temannya."

"Kata siapa?"

Aurel kaget.  Lucas tiba-tiba bicara dibelakang dia.  Aurel menoleh dan langsung memukul tiang listrik itu.  Bahkan Lucas lebih tinggi sedikit dari Jake.  Hanya beberapa centi saja. 

"Ngapain kamu kesini? Mau jemput siapa? Gebetan, cewek, atau mau caper sama cewek disini?"

"Mau caper sama jeni?"

Lucas garuk kepala dan tertawa. Dia melirik Jake. Aurel tahu sekali tipe cewek Lucas.

"Wah, beneran?"

"Boleh kak Jake?"

"Gak! Saya masih mau fokus kuliah.  Saya sudah janji sama ibu dan kakak saya."

Jeninya datang dan langsung menjawab. Aurel puas sekali. Setahu dia Lucas tak pernah ditolak.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!