Jake mengambil mobilnya di tempat madam. Siangnya dia langsung ke rumah ibu. Jake juga menjemput jenis yang pulang siang. Dia izin dan mau melihat pemeriksaan ibunya.
"Wih, mobil siapa kak? Beli? Bagus banget." Jeni keluar dari kampus. Dia kaget melihat mobil sang kakak.
"Teman. Pinjam, buat antar ibu. Masuk." Jake membuka pintunya dari dalam.
"Punya kak Aurel?" Tanya jeni kepada Jake. Jake mengerut kaget.
"Kok tahu?"
"Ya asal bicara aja. Aku penasaran banget ketemu kak Aurel, mana baik lagi mau pinjemin mobil buat antar ibu ke rumah sakit."
"Rumah sakitnya punya Tante kak aurel."
"Wahh hebat. Kaya banget kak."
"Kakak yang agak minder sih jen."
"Gak apa-apa kak. Kan kakak juga gak mau morotin kak Aurel kan? Pokoknya sayangi kak Aurel yang bener kak."
"Iya pasti."
Jeni duduk di samping Jake. Sepanjang jalan Jake membicarakan tentang Aurel. Jake juga ingin menyayangi Aurel dengan baik diluar dari pekerjaan dia sebagai laki-laki kupu-kupu malamnya Aurel. Khusus selama satu tahun ini.
Tak lama mereka sampai di rumah. Jeni dan Jake langsung masuk. Mereka menghampiri ibu. Jeni membantu ibu siap-siap. Ibu juga kaget melihat Jake yang bawa mobil mewah.
"Mobil siapa?" Tanya ibu Jake, tak mau masuk.
"Mobil Aurel ibu. Pacar Jake, Jake pinjem. Masuk, nanti kita telat."
Jake membukakan pintu untuk ibunya. Ibunya duduk di belakang. Jeni kembali duduk di depan. Jake menjalankan mobilnya menuju rumah sakit.
Kalau dulu, di rumah sakit ini, tempat ibunya operasi, dia tak kenal siapa pun. Tapi kali ini dia tau, pemilik rumah sakitnya adalah bisa dibilang calon mertuanya sebagai ganti mama dan papa Aurel yang sudah tiada.
"Jake, ini siapa?" Tanya Tante Aurel yang tak sengaja berpapasan dengan mereka.
"Ini ibu saya Tante, ini jeni. Adik saya, masih kuliah." Jake mengenalkan ibunya.
Jake tahu pasti akan bertemu atau tidak. Kalau bertemu pun tak apa. "Halo ibu, saya tantenya Aurel. Ibu sakit? Sakit apa? Mau cek up atau mau?" Tanya Tante Aurel kepada ibunya Jake. Berjabat tangan dengan Jake.
"Ibu mau cek up jantung Tante." Jeni yang menjawab.
"Jantung. Masuk-masuk. Saya yang periksa sendiri ya. Saya cek dengan pengawasan saya."
Jake ingin ibunya dirawat dengan baik. Makannya dia melakukan ini. Sengaja mungkin bertemu dengan Tantenya Aurel. Ibunya ikut ke ruangan Tante Aurel. Tante Aurel memeriksanya dan mengawasinya sendiri, dia juga melihat laporan kesehatan ibunya Jake.
"Baru Opera pasang ring jantung?" Tanya Tante Aurel kepada Jake. Ibunya sudah selesai di periksa. Mereka ada di ruang dokter, menunggu hasil pemeriksaan.
"Iya Tante. Gimana Tante keadaan ibu." Tanya Jake kepada tantenya Aurel.
"Baik. Semuanya dalam keadaan baik dan normal. Jangan makan terlalu banyak gorengan, lemak, jangan kecapean." Tante Aurel memberikan laporannya kepada Jake.
"Aurel makan siang kan tadi, beneran sampai habis tidak?" Tanya Tante Aurel kepada Jake.
"Iya Tante. Beneran sampai habis kok. Aku ancam." Ujar Jake kepada tantenya Aurel.
"Tuh anak, susah banget kalau disuruh makan. Nanti malam sekalian, ibu sama Jeno ke rumah ya? Buat makan malam, kita mau bicarakan pernikahan Aurel dan Jake. Jake sudah bawa Aurel menemui ibu?"
Ibunya menggeleng. Jake tersenyum getir. "Aurelnya gak mau Tante. Katanya belum siap." Jake terpaksa mengatakan itu.
"Tapi kak Jake sudah banyak cerita ke kita soal kak Jeno kok Tante." Jeni membela kakaknya.
"Emang dia rada keras kepala. Keras kepala banget, kamu yang sabar ya ngadepin Aurel."
"Iya Tante."
Selesai pemeriksaan mereka pulang. Tante Aurel mengantar sampai ke depan rumah sakit. Jake juga cerita soal mobil yang Aurel pinjamkan. Tante Aurel tak masalah itu.
"Tante, saya pamit dulu ya." Jake pamit kepada tantenya Aurel.
"Tante." Jeni juga mencium tangan tantenya Aurel.
"Ibu. Hati-hati ya . Ditunggu nanti malam." Ujar Tante Aurel berjabat tangan dengan ibunya Jake.
"Iya dokter." Ibu Jake hanya mengangguk dan tersenyum.
Di dalam mobil, ibu Jake masih bingung. Dia tak henti bertanya kepada jake. Kenapa tak bicara dulu kalau mereka mau menikah.
"Ibu gak suka sikap Aurel?" Tanya Jake kepada ibunya di belakang.
"Sedikit. Dia keras kepala? Tidak mau dikenalkan dengan ibu, kenapa?"
"Ibu, jangan gitu. Kak Aurel itu baik, pinjemin mobil ini buat kak Jake, buat antar ibu ke rumah sakit."
Ibu Jake langsung diam. Jake mengantar ke rumah. Setelah itu dia ke cafe. Melihat cafe sebentar dan sorenya ke kantor Aurel lagi.
"Nona, maaf, ibu ketemu Tante. Tante ajak ibu makan malam nanti."
"Terserah. Saya pusing. Tante sudah cerita banyak. Saya sudah memperingatkan kamu ya, ini riskan buat ibu kamu yang sakit jantung."
Aurel masuk ke mobil dan duduk duduk di mobilnya. Dia memijat kepalanya yang sakit. Aurel bersandar di punggung kursi mobil. Sepanjang jalan Aurel hanya diam.
Tak lama mereka sampai di tempat madam. Aurel langsung menandatangani surat perjanjiannya. Jake menunggu diluar.
"Kamu mau jemput ibu sama adik kamu dulu atau gimana?" Tanya Aurel yang kembali masuk ke mobil. Duduk di samping Jake.
"Ke rumah bentar ya nona. Aku jemput ibu dan jeni."
"Jeni?" Aurel tak terlalu ingin tahu kehidupan Jake. Tapi setidaknya dia harus tahu supaya tak ketahuan.
"Adik saya. Masih kuliah, jurusan kedokteran."
"Oh bagus. Jurusan kedokteran. Pantes kamu butuh uang banyak."
Jake hanya diam mendengarkannya. Mereka sampai di rumah Jake. Jake turun dan membukakan pintu.
"Saya disini saja, cepet ya. Saya mau mandi." Ujar Aurel. Kenapa dia jadi menyebalkan.
Jake pun masuk ke dalam rumah. Dia menjemput jeni dan ibunya. Hari sudah mulai gelap. Jeni dan ibunya sudah siap-siap sejak tadi.
"Kak jeni?" Tanya jeni yang baru mau masuk ke mobil. Jeni mencoba ramah, dia membuka matanya yang sejak tadi dia penjamkan.
"Hai. Aurel." Aurel kenalan di mobil dengan jeni.
Ibu Jake masuk dan duduk di samping jeni. Aurel kenalan dan cium tangan ibunya Jake.
"Kamu demam ya?" Tanya ibu Jake memeriksa kening Aurel.
"Gak ibu. Biasa kok gini." Ujar Aurel kembali duduk dan menghadap ke depan. Dia duduk bersandar.
"Demam lagi?" Jake masuk ke mobil dan langsung memeriksa kening Aurel.
"Enggak. Cepet, aku mau mandi. Gerah seharian di kantor." Jeni menepis tangan Jake.
Jake menjalankan mobilnya. Sepanjang jalan didalam mobil, Aurel hanya diam, duduk bersandar. Jeni dan ibunya saling melirik dan menatap Aurel yang duduk di depan.
Terlihat sombong, keras kepala sekali. Ibunya Jake sedikit tak suka. Ditambah dia wanita yang kaya. Ibunya tahu semua dari jeni.
"Jangan mandi ya nak. Nanti demamnya makin tinggi." Kata ibu Jake di belakang. Aurel langsung menoleh ke belakang. Dia sudah lama tak diperhatikan seorang ibu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments