RENCANA PERNIKAHAN PALSU

"iya om."

Aurel yang menjawab.  Dia mengangguk kepada om dan tantenya.  Jam jenguk sudah habis, ketiganya harus segera pulang.

"Kita tinggal ya sayang.  Jake, jagain yang bener.  Awas gak bener.  Saya suntik mati kamu." Tante Aurel mengancam Jake. 

"Saya masih mau hidup Tante. Jadi saya akan menjaga Aurel dengan baik." Kata Jake yang membuat semuanya Tertawa. 

Omnya Aurel juga menepuk pundak Jake.  Lucas juga.  Mereka pergi dari ruangan Aurel.  Tinggal Jake dan Aurel di sana.

"Nona, saya mau mengatakan sesuatu." Jake menarik kursi dan duduk di samping Aurel. 

"Apa? Ponsel saya mana?" Pinta Aurel kepada Jake.  Jake memberikannya. 

"Ibu saya mau melihat saya menikah.  Kata ibu, sebelum dia mungkin waktunya habis.  Jadi apa boleh, dengan ibu kandung saya saja dan adik saya saja?"

Aurel menaruh ponselnya, "kamu tahu resiko kedepannya?" Aurel menatap Jake dengan serius. 

"Nona, bisakah di depan ibu saya juga nona berpura-pura seperti saya di depan om dan Tante nona?"

"Saya yang membayar kamu.  Saya yang seharusnya memerintah kamu.  Bukan kamu yang memerintah saya.  Saya tidak mau ambil resiko soal ibu kamu itu.  Saya mau menggunakan orang lain saja."

"Saya janji, saya ambil resiko apa pun nona.  Tapi izinkan ibu saya datang ke pernikahan dan tahunya kita benar-benar menikah sungguhan."

"Terserah kamu.  Saya mau tidur.  Resiko kamu tanggung sendiri."

Aurel capek berdebat dengan Jake.  Dia memilih berbaring.  Tidur tanpa menarik selimutnya.  Aurel memutar musik dan menaruh ponselnya di meja.  Jake hanya memperhatikan dari jauh.  Dia kembali duduk di sofa.   Memastikan Aurel sudah tidur, Jake mematikan ponsel Aurel.  Ponselnya tak dikunci.  Jake tak sengaja memencet dan melihat-lihat isi ponselnya.  Masih ada foto mantannya.  Jake yakin, Aurel wanita yang setia.  Dia tersenyum melihat Aurel yang tidur dengan nyenyak.  Jake menarik selimut dan menyelimuti Aurel.  Jake mengambil selimut di lemari. Dia berbaring di sofa.  Aurel membuka matanya dan melirik Jake yang tidur di sofa. 

***

Aurel bangun pagi. Dia menelpon sekertarisnya, meminta sekertarisnya untuk datang ke rumah sakit dan membawakan pakaian.  Aurel mandi dan mengganti pakaiannya. 

"Nona, tuan ini mau dibangunkan atau bagiamana?" Tanya sekertaris Aurel. 

Aurel menggeleng.  "Biarkan saja. Sepertinya dia sangat lelah. Nanti kalau dia bangun dia juga pasti menelpon saya.  Ayo."

Aurel hanya menghabiskan infonya semalam.  Paginya dia bergegas pulang.  Bahkan sebelum Tantenya datang ke rumah sakit dan juga memeriksa dia. 

Aurel ke lobi rumah sakit.  Dia menuju ke parkiran.  Masuk ke dalam mobilnya.  Sudah ada supirnya yang dia telepon untuk membawa mobilnya tadi.  Aurel tak melihat mobil jake.  Dia tak memakainya?

Aurel masuk ke mobil begitu saja. 

"Semuanya sudah siap untuk meeting kan?" Tanya Aurel yang duduk di belakang dengan sang sekertaris wanita. 

"Iya nona.  Seperti yang sudah saya kirim ke email nona." Kata sang sekertaris. 

"Oh ok.  Semuanya sudah saya baca kok.  Bagus, tidak ada revisi." Aurel mengangguk. 

Aurel diam saja melirik ponsel yang sejak tadi dia pegang.  Belum ada pesan dari Jake.  Apa dia belum juga bangun.   Sampai Aurel di kantor, Jake belum juga memberi kabar.  Aurel pun yang mengirim pesan kepada Jake.  Tapi dia tak jadi mengirimnya, dia malah menghapusnya.

"Nona."

Aurel melamun melihat ponselnya.  Sekertaris Aurel sudah membuka pintu ruang meeting, tapi dia tak juga masuk. 

"Ahh, iya."

Aurel menyimpan ponselnya.  Dia masuk ke ruangan meeting.  Aurel mematikan ponselnya.  Dia memulai meetingnya. 

***

Jake baru saja bangun.  Dia kaget melihat Aurel yang tak ada di ruangannya.  Jake mencoba menelpon ponsel Aurel.  Tapi tak juga diangkat.

"Apa telelpon ke kantor saja ya?" Jake mencoba menelpon kantor Aurel. Orang kantor yang menerimanya. Dia memberitahu kalau Aurel datang ke kantor dan sedang meeting. 

"Dasar.  Keras kepala nona Aurel itu. Baru saja sembuh langsung ke kantor. Biarlah."  Jake pun meninggalkan ruangan itu. 

Dia memilih pulang ke rumah untuk melihat keadaan ini dan adiknya.  "Mau berangkat ke kampus?" Tanya Jake yang yang sudah sampai di rumah dan menyapa ibu juga adiknya yang sedang makan. 

Dia mengusap kepala sang adik dan mencium tangan ibunya. 

"Mau sarapan dulu, atau?" Tanya ibunya Jake. 

"Mandi dulu. Masih lama gak masuk kampusnya? Sekalian kakak antar pakai motor mau gak?" Tanya Jake kepada jeni. 

"Boleh kak.  Masih lama kok.  Mandinya gak lama kan kakak?" Tanya jeni kepada sang kakak. 

"Enggak lah. Emang kamu, cewek, mandinya setahun."

"Gak ada.  Paling lama satu jam."

"Sama aja lama."

Keduanya malah berdebat.  Jake pun masuk ke kamarnya.  Bergegas mandi.  Tak lama Jake sudah selesai mandi.  Dia makan sebentar.

"Ibu, kita pamit ya."

Jeni dan Jake pamit setelah selesai makan.  Mereka mencium tangan ibunya.  Ada satu pembantu juga yang bekerja di sana, yang menemani ibu mereka di rumah juga suster yang khusus Jake pekerjakan untuk menjaga ibunya.

"Pakai helmnya."

Jake mengambil helm di kamarnya.  Dia bahkan memakaikan helmnya kepada sang adik.  Jeni menatap Jake. 

"Kapan dikenalin ceweknya kak?" Tanya jeni kepada Jake.  .

"Nanti aku tanya ya.  Dia lagi sibuk." Jake membenarkan helm jeni. 

"Namanya siapa kak?" Jeni naik ke belakang motor Jake.  Tapi mulutnya tak henti bertanya. 

"Aurel." Ujar Jake kepada jeni.  Jeni tersenyum di belakang.  Dia berpegangan di jaket sang kakak. 

Setelah mengantar Jeni ke kampus dia ke cafe untuk membuka cafe.  Jake melihat ponselnya. Aurel belum juga mengirim pesan.  Dia akhirnya mengirim banyak pesan kepada Aurel. 

Nona, kenapa pulang begitu saja? Tidak membangunkan saya? Apa nona benar-benar sudah baik sampai ke kantor dan kembali bekerja? Bagaimana dengan tantenya nona kalau tahu ini?"

"Tidak memikirkan perasaan Tante nona? Atau nanti Tante Nona dan yang lainnya curiga?

***

Aurel baru selesai meeting.  Dia menghidupkan teleponnya.  Aurel mendapat banyak pesan dari Jake.  Aurel tak sadar tersenyum membaca pesan dari Jake. 

Hemmm, saya baik saja.  Sudah ada di kantor.  Paling kamu yang dimarahi Tante.  Siap-siap saja.  Tunggu saya kirim pesan dari Tante ke kamu.

Aurel membalas pesan Jake.  Tantenya minta Jake datang ke rumah malam ini, untuk makan malam dan juga membicarakan pernikahan. 

Ahh, nanti jemput ke kantor ya.  Kamu tidak bawa mobil dari saya ya? Kamu naik apa? Motor?

Aurel malah sibuk kirim pesan dengan Jake.  Jake di cafe pun duduk dan menunggu Aurel yang dilihat dari wa-nya sedang mengetik. 

Iya.  Nanti ibu saya tanya macam-macam soal mobilnya.  Mau dijemput naik mobil atau motor, nona?

Motor tidak apa-apa.  Kalau tidak dipakai harusnya bilang ke saya. Tapi saya beli mobil itu untuk kamu.  Supaya om dan Tante lihat kamu bawa mobil ke rumah.  Nanti ambil mobil dulu.  Sekalian mau TTD kontrak dengan madam.

Ok nona. Jangan kecapean nona. 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!