AUREL DROP KARENA BARU PERTAMA KALI BERHUBUNGAN

Aurel sudah sampai di kantor. Tapi sepanjang jalan menuju kantor, bahkan ketika bangun saja dia merasa badannya sakit-sakitan. Apalagi dibawahnya. Tapi Aurel mencoba menadah itu.

"Selamat pagi nona."

Mobil Aurel sampai di depan kantornya. Sang sekertaris dan beberapa pekerja menyambut Aurel. Dia membukakan pintu untuk Aurel.

"Pagi. Semua sudah siapkan untuk materi meeting?" Tanya Aurel kepada sekertarisnya yang berjalan dibelakang dia.

"Iya nona." Dia mengangguk.

Aurel berjalan cepat menuju ke lift. Tapi jalannya susah dan sakit. Sampai di dalam lift, Aurel memilih bersandar di belakang lift. Dia meringis sakit.

"Nona tidak apa-apa? Nona sakit?" Sekertaris Aurel menyadari itu. Aurel hanya menggeleng.

Tak lama liftnya terbuka. Aurel bergegas keluar dengan diikuti para pekerja yang lain. Mereka masuk ke ruang meeting. Badan Aurel entah kenapa jadi panas dingin. Dia mencoba menahannya. Aurel mendengarkan karyawannya yang sedang presentasi.

Satu jam meeting berakhir. Aurel harus meeting ke luar dengan klien lain lagi. Mereka sudah janji di salah satu restoran. Aurel dan sekertarisnya datang ke sana.

Bruk!

Baru Aurel mau masuk. Tapi dia jatuh pingsan. Muka Aurel pucat. Sekertaris Aurel panik dan membawa Aurel ke rumah sakit terdekat.

"Nona demam tinggi kata dokter. Nona harus dirawat dan diberikan suntikan vitamin, setidaknya untuk malam ini dan besok nona harus istirahat."

Aurel sadar. Dia sudah ada di salah satu ruangan rumah sakit. Di sampingnya ada sang sekertaris. Dia memberitahu semuanya.

"Kamu beritahu Tante saya tidak?" Tanya Aurel kepada sang sekertarisnya. Dia menggeleng.

Sekertaris Aurel tahu kalau dia tak memerintahkan jangan sampai dilakukan. Harus dengan izin dia dulu.

"Urus soal kantor. Maaf saya harus menunda semua pekerjaan. Kamu bisa meninggalkan saya. Akan ada yang merawat saya. Satu lagi, jangan bilang ke om dan Tante atau pun Lucas, kalau perlu mereka tahunya saya keluar kota."

"Baik nona."

Sekertaris Aurel pergi meninggalkan Aurel di ruangannya sendiri. Aurel diam dan melihat langit-langit ruangannya saja. Air matanya tiba-tiba saja menetes.

Aurel ingin ke kamar mandi. Dia mencoba bangun. Tapi baru saja duduk, kepala Aurel pusing. Ketika dia mau turun, dia sama sekali tak merasakan tenaga di kakinya. Kakinya lemas. Aurel tak mau ada yang lihat dia sakit. Tak mau ditolong oleh siapa pun. Kecuali satu, pekerjanya.

Jake.

Aurel mencoba mengambil ponselnya di meja. Dia mencari kontak Jake. Aurel mencoba menelpon Jake.

"Halo, ke rumah sakit ya."

Aurel mengirimkan lokasi rumah sakit dan ruangannya.

***

Jake baru selesai membuatkan sarapan untuk ibu dan adiknya. Dia ganti baju dan ke cafe. Baru saja mau membuka cafe, membersihkan meja, teleponnya berdering. Jake langsung meminta pelayan lain untuk membereskan pekerjaannya. Dia juga meminta penanggung jawab cafenya.

"Saya tinggal ya. Saya ada perlu." Kata Jake kepada bawahannya.

"Baik pak."

Dia hanya mengangguk. Jake pergi ke rumah sakit. Dia naik motor langsung. Kalau mengambil mobil di tempat madam, itu jauh memakan waktu.

Jake bergegas secepat mungkin.

Dia menuju ke ruangan Aurel. Aurel sejak tadi hanya duduk diam ditepi ranjang rumah sakit dengan menundukkan kepalanya. Memegang kepalanya yang sakit. Sakit karena banyak hal. Terutama dia yang masih memikirkan penghianat kekasihnya itu.

Tante dan om Aurel juga Lucas ingin mendatangi kekasih Aurel. Lucas bahkan ingin menghajar dia. Tapi Aurel yang tak mau melakukannya. Aurel tak mau berurusan dengan laki-laki yang tidak penting itu.

"Nona. Ada apa? Anda kenapa?" Jake mendekati Aurel. Memegang kedua pundak Aurel. Takut Aurel jatuh mungkin.

Aurel hanya menunjuk kamar mandi, "tolong papah saya kesana."

"Badan nona panas sekali." Jake menempelkan tangannya dikening Aurel.

Jake mengambil infusnya. Satu tangannya memegang infus dan satunya memapah Aurel ke kamar mandi. Sampai masuk ke dalam kamar mandi.

"Sudah cukup. Kamu bisa keluar. Saya bisa sendiri Samapi disini. Nanti saya panggil kamu kalau sudah selesai." Kata Aurel kepada Jake.

Jake mengangguk. Dia membantu Aurel duduk di toiletnya. Meninggalkan tiang infusnya di dekat Aurel lalu Jake keluar dari kamar mandi. Jake menutup pintunya. Dia berdiri di depan pintu.

"Apa dia sakit karena semalam?" Jake bertanya-tanya sendiri di dalam.

"Jake." Aurel memanggil Jake dari dalam.

"Iya nona." Jake bergegas menyahut. Dia membuka pintunya dan masuk ke dalam kamar mandi.

Jake membantu Aurel yang sudah selesai buang air kecil menuju ke ranjang lagi. Dia membantu Aurel untuk duduk diatas ranjang. Bahkan mengangkat tubuh Aurel yang cukup kesusahan untuk naik ke ranjang.

"Kamu disini saja. Maaf saya tidak bisa membiarkan kamu melakukan aktifitas kamu hari ini. Saya akan bayar lebih untuk ini." Kata Aurel kepada Jake. Jake hanya mengangguk.

Jake membantu menata bantal untuk Aurel duduk bersandar. Jake juga membantu Aurel bersandar, dia menyalakan televisi dan melihat buah di meja.

"Nona mau makan buahnya?" Tanya Jake kepada Aurel. Aurel mengangguk.

"Saya mau buah pir." Kata Aurel kepada Jake. Jake mengambil buah pirnya, memotong-motongkannya.

Jake hanya diam dan duduk di sofa, sembari main ponsel, mengontrol cafe lewat ponsel. Sesekali melirik Aurel yang asik makan dan menonton. Seperti suami yang sedang menunggui istrinya yang sakit.

"AUREL! Kamu gak bilang sama Tante kamu sakit." Tantenya datang dan memarahi Aurel. "Biar Tante periksa dulu. Kamu sama-"

Tante Aurel baru sadar ada orang lain disana. Dia melihat Jake. Jake berdiri dan menyapa Tante Aurel itu yang seorang dokter.

"Dia siapa?" Tanya Tante Aurel memukul lengan sang keponakan.

"Gak tahu. Tanya aja sendiri sama orangnya, dia siapa dan mau apa disini? Tadi dia bantu ke kamar mandi, dia bantu potongin buah, dia disini buat liatin aku aja." Tunjuk Aurel kepada Jake. Tapi matanya tetap di tv.

"Pacar kamu? Kamu pacar Aurel ya?" Tante Aurel bukannya memeriksa Aurel malah jadi berkenalan dengan Jake.

"Jake Tante." Jake memperkenalkan diri dan menjabat tangan tantenya Aurel.

"Siapanya Aurel?" Tanya Tante Aurel menepuk pundak punggung jake.

"Calon suaminya Tante. Tapi maaf, saya belum sempat bertemu dengan Tante dan om untuk membicarakan semuanya."

Aurel mengangguk menatap Jake. Jake sempat bingung harus bagaimana. Lagi pula dia juga ingin menjaga Aurel. Jadi suaminya juga tak masalah.

"Aurel, kamu gak bilang sama Tante. Kamu itu, kapan kalian mau nikah? Secepatnya harus pokoknya!"

"Tante. Sakit, ini lagi sakit kenapa main pukul aja sih Tante."

Aurel dipukul lagi lengannya. Aurel mengeluh sakit dan mengusap lengannya yang dua kali dipukul tantenya.

"Tunggu, tapi kamu gak akan kayak mantan Aurel kan? Yang kurang ajar, dia malah selingkuh dan tidur sama wanita lain?" Tanya Tante Aurel yang wajahnya berubah jadi serius.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!