BERTENGKAR DI MAKAM MALAM KELUARGA

"iya ibu."

Aurel hanya mengangguk.  Dia diam saja.  Jake menyetir, tapi pandangan dia beberapa kali melirik Aurel.  Sampai mereka ada di rumah Aurel.  Rumah yang sangat besar dan berlantai dua.  Aurel masuk ke rumah begitu saja.  Jake baru membukakan pintu untuk ibu dan adiknya.

"Aurel kenapa? Dia gak suka sama ibu?" Tanya ibu kepada Jake. 

"Gak. Dia lagi marah sama aku aja ibu.  Aku yang salah sih.  Nanti aku tanya dulu ke dia, gak tahu kenapa ngambek. Mungkin siang tadi aku paksa makan."

Tante Aurel, omnya Aurel keluar dan mempersilakan mereka masuk.  Makan malam sudah disiapkan.  Mereka mengajak ibunya Jake dan jeni ke ruang makan. 

"Jake, Aurel kenapa? Dia marah ya? Masuk gitu aja ke kamar." Tanya Tante Aurel kepada Jake. 

"Iya Tante.  Kayaknya soal siang tadi, aku paksa makan.  Tadinya gak mau, mau minum vitamin aja.  Aku boleh ke kamarnya gak Tante?"

"Boleh.  Diatas, di depan pintu kamarnya, ada namanya Aurel kok.  Ke sana aja."

Jake mengangguk.  Dia meminta izin ibunya.  Tante dan om Aurel membicarakan tentang pernikahannya.  Mereka akan mengurus semuanya.  Tapi ibu Jake yang sedikit tak terima.  Seperti merasa direndahkan. 

Tok

Tok

"Nona."

Jake ada di depan kamar Aurel.  Dia mengetuk pintu kamar Aurel beberapa kali.  Aurel mandi, dia membasahi rambutnya.  Dia mengabaikan ucapan ibunya di mobil.

"Ada apa?"  Aurel membuka pintu kamarnya.  "Masuk, saya mau keringkan rambut."

Jake melihat rambut Aurel yang basah.  Dia sudah mengganti pakaiannya.  Jake refleks mengecek kening aurel.

"Kan tadi demam.  Dibilang ibu jangan mandi malam."  Kata Jake khawatir kepada Aurel. 

"Gak apa-apa.  Saya sudah biasa kok. Jangan ribet deh." Aurel menepis tangan Jake.  Di mengambil pengering rambut.  Duduk di depan kaca rias dan mengeringkan rambutnya.

"Nona, tapi nona pikirkan perasaan ibu saya tidak."

Aurel menoleh dengan kesal.  "Kan saya sudah bilang, jangan libatkan ibu kamu yang sebenarnya."

Aurel keluar setelah mengeringkan rambut.  Jake cerita soal apa yang dia katakan.  Dia bilang Aurel marah karena dia memaksanya makan siang tadi di kantor.  Padahal, banyak sekali yang membuat Aurel marah.  Semua tak sesuai rencana dia.  Dia tak mau melibatkan ibunya Jake.  Dia maunya Jake itu dilihat kaya oleh Tante dan omnya.  Tapi Jake malah cerita soal mobil.

"Ibu, maaf ya.  Tadi masuk gitu aja." Aurel menemui ibu Jake.  Dia mencium tangan ibu Jake.

"Kamu mandi nak?" Tanya ibu Jake kepada Aurel. 

"Iya ibu.  Gak enak kalau gak mandi, kan mau makan malam bareng-bareng.  Gak apa-apa kok.  Nanti tinggal minum obat."

Aurel duduk di samping kursi ibunya Jake.  Jake duduk di depan dia, di samping omnya.  Mereka makan malam bersama. 

"Lucas mana Tante?" Tanya Aurel kepada tantenya.

"Katanya mau pulang nanti, soalnya sedang mengerjakan tugas. Nah itu-" baru dibicarakan, lucasnya datang. 

"Malam semuanya. Maaf saya telat." Kata Lucas kepada semua orang di ruang makan. 

Lucas memperkenalkan diri dan mencium tangan ibunya Jake.  Juga memeluk ibunya dan papanya.  Dia duduk di sebelah Jake.  Di depan jeni.  Lucas juga berkenalan dengan jeni. 

"Lucas, adiknya kak Aurel.  Adik sepupu."

"Jeni, adiknya kak Jake."

"Emm, anak kampus depan bukan sih? Aku jurusan hukum. Kamu kedokteran ya, kayak pernah lihat." Kata Lucas kepada jeni. Kampus mereka berhadapan.  Jeni mengangguk.

"Lagi makan.  Jangan ngobrol, nanti setelah makan saja ngobrolnya." Mamanya Lucas memotong obrolan sang anak. 

"Iya ma.  Maaf."

Aurel hanya diam saja.  Biasanya dia akan menggoda Lucas kalau di ruang makan.  Tapi ini tidak.  Aurel mengambil bubuk capai dan dia taburkan di piringnya. Sangat banyak. Aurel paling suka makan pedas kalau sedang sunyi, setres dan merasa hidupnya hancur saja.

Jake berdiri dan mengambil piring Aurel. Dia mengganti dengan piringnya. Aurel menatap Jake dengan kesal.

"Apaan sih. Itu piring makan aku, balikin sini. Aku mau makan itu." Aurel meminta kembali piringnya. Semua jadi menatap mereka. Aurel berbicara dengan keras dan terdengar kesal kepada Jake.

"Gak pakai pedas. Kamu baru kemarin keluar dari rumah sakit sayang."

"Kita batal nikah. Tante, om, aku gak mau nikah sama dia." Aurel membanting garpu yang dia pegang. Aurel pergi begitu saja dari meja makan.

"Aurel." Jake menaruh piring yang dia rebut dari Aurel. Jake menyusul Aurel yang lari.

"Aurel. Tuh anak ya bener-bener." Tantenya sampai pusing. Lucas juga diam menatap kakaknya. Kakaknya tak pernah marah seperti itu.

"Ibu, maaf ya. Saya jelaskan semuanya." Tantenya Aurel menjelaskan semuanya kepada ibunya Jake.

Aurel paling gak suka dilarang-larang. Keras kepala juga iya. Tapi Tante dan omnya suka Jake. Cuma Jake yang sabar menghadapi Aurel.

"Jadi tolong jangan batalkan pernikahannya. Saya lihat Jake sangat sayang dengan Aurel." Tante Aurel masih membujuk ibunya Jake.

Ibu Jake hanya diam saja melihat anaknya mengejar Aurel. Jake berhasil menahan tangan Aurel. Aurel mencoba melepaskan tangan Jake yang menggenggam erat pergelangan tangannya. Semua di meja makan diam melihat itu.

"Cuma makanan sayang. Masak kamu marah segitunya."

"Aku suka makanannya. Kamu yang dari siang maksa makan, giliran ini, aku mau makan banyak, kamu gak bolehin. Kamu maunya apa?"

"Gak makan pedas."

"Kamu juga seenaknya. Aku bilang mobil itu punya kamu. Kenapa kamu bilang ke Tante mobil itu dari aku. Kamu pinjem dari aku."

"Masalah mobil?"

"Sama ibu kamu. Kenapa kamu harus libatin ibu kamu. Kalau ibu kamu kenapa-napa gimana? Kamu gak tahu sih kehilangan seorang ibu." Kali ini Aurel memelankan suaranya. Dia mendekatkan wajahnya dan mendongak berbicara tanpa suara di depan wajah Jake.

"Kita batal nikah!" Aurel mendorong tubuh Jake menjauh dari hadapan dia. "Saya urus surat kontraknya dengan madam nanti." Lirih Aurel kepada Jake. Jake bingung harus bagaimana. Dia melepas tangan Aurel begitu saja. Dia lupa, dia terlalu mendalami peran kah.

"Aurel. Tante gak setuju. Tante mau kamu menikah dengan Jake. Tante lihat Jake perhatian ke kamu." Tante Aurel akhirnya turun tangan.

"Soal mobil." Tante Aurel dan yang lainnya mendengar soal mobil. Tapi tidak soal ibunya Jake dan pembatalan surat kontrak dengan madam. Tante Aurel menahan tangan keponakannya itu.

"Tante dan om gak masalah, Jake mau naik motor atau apa. Asala dia memperlakukan kamu dengan baik Aurel."

"Tapi aku gak mau nikah sama dia Tante. Aku gak boleh makan makanan yang aku suka Tante."

"Itu bukan alasan. Itu karena Jake sayang sama kamu. Kamu kan baru sakit, kamu juga selalu Tante larang makan pedas, tapi kamu selalu ngumpet dan makan itu kan. Jake bisa awasin kamu. Kamu gak inget kalau datang bulan kamu sakitnya gimana kan? Tante setuju sama Jake."

"Om juga. Om ada dipihak Jake." Omnya aurel ikut maju.

"Apaan sih. Kenapa jadi mihak Jake semuanya. Aku yang sudah lama tinggal sama kalian."

Aurel terus memberontak. Dia mau pergi dari sana. Jake menarik tangan Aurel. Dia memeluk Aurel dan mencium kening Aurel begitu saja. Membuat Aurel seketika dia.

"Aku minta maaf. Tapi plis, demi kesehatan kamu aja. Kalau sudah sembuh boleh makan tapi gak kayak tadi."

Jantung Aurel berdebat kencang. Pelukan Jake kenapa sangat hangat dan menenangkan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!