CALON SUAMI KONTRAK AUREL

"saya janji tidak akan pernah menyakiti dan membuat Aurel menangis Tante. Kalau saya melakukannya, Tante boleh memukuli saya."

Jake mendekati Tante Aurel dan memberikan KTPnya. Tante Aurel mengangguk. Dia menunjukkan ktp jake kepada Aurel.

"Sini Tante periksa dulu." Tante Aurel akhirnya memeriksa Aurel. "Gak apa-apa. Cuma demam, kalau demamnya sudah turun, kamu merasa lebih baik, bisa pulang."

Aurel mengangguk. Tante Aurel pamit. Dia harus segera kembali memeriksa pasien yang lain. Tante Aurel menepuk lengan Jake.

"Tolong jaga keponakan saya dengan baik ya." Kata Tante Aurel kepada jake.

"Iya Tante. Tenang saja."

Tante Aurel keluar dari ruangan itu. Jake mengangguk. Dia mendekati Aurel. Aurel melihat KTP Jake. Tapi Tante Aurel memberikannya kepada dia.

"Ini, KTP kamu." Jake menerima KTPnya. "Nanti hanya untuk formalitas saja kok. Kasihan Tante dan om saya. Tante saya sampai menangis waktu saya ceritakan soal mantan kekasih saya. Setelah beberapa bulan, atau satu tahun kita bisa mengakhiri pernikahan."

Jake hanya diam dan mendengarkan rencana Aurel. Jake mengangguk saja. Dia kembali menyimpan KTPnya. Ada suster yang datang dan membawa makanan dari rumah sakit. Jake menerimanya.

"Saya suapi." Kata Jake kepada Aurel.

"Hah?" Aurel sedikit canggung karena Jake.

Tapi dia mengangguk. Jake menyuapi makan siang Aurel dan membantu Aurel untuk minum obat dan vitaminnya.

"Nona, apa kita harus melibatkan keluarga saya atau?"

"Kamu sudah menunjukkan KTPnya. Ya harus."

"Tapi, ibu saya sakit jantung. Kalau ibu saya tahu semuanya, dia bisa makin patah jantungnya."

Aurel terdiam. "Ya sudah, sewa orang untuk menjadi ibu dan adik kamu yang palsu. Bagaimana?"

"Itu sedikit lebih baik."

"Ok."

Aurel menghabiskan buburnya. Dia tak sadar sampai habis. Jake juga mengusap ujung bibir Aurel yang masih ada sisa buburnya. Aurel tak sengaja menatap mata Jake. Dia merasa deg-degan.

"Malam ini, temani saya disini ya? Kamu mau pulang ke rumah menemui ibu dan adik kamu tidak?" Tanya Aurel kepada Jake yang menaruh mangkuknya di meja. Jake melirik Aurel.

"Mereka biasa saya tinggal kok nona. Saya hanya akan pulang sebentar, sekalian mandi dan melihat sebentar keadaan adik saya saja. Boleh kan nona?"

Aurel mengangguk. Sorenya Jake pulang sebentar. Dia ke rumah untuk mandi dan melihat keadaan adik dan juga mamanya.

"Makan malam mau makan apa? Kakak gak bisa ikut makan malam, gak bisa masakin. Kakak ada kerjaan lembur. Gak apa-apa ya?"

Jeni sedang ada didepan tv, setelah pulang kuliah dia mengerjakan tugasnya di depan laptop.

"Iya kak. Tenang saja. Jeni yang urus." Ujar jeni kepada sang kakak.

"Maafin ibu ya. Karena ibu kamu jadi susah seperti ini. Ibu menyusahkan saja ya?"

"Gak Bu. Gak sama sekali. Jangan pernah bicara seperti itu."

Jake mendekati ibunya yang duduk di sofa dan melihat jeni mengerjakan tugas. Jake berlutut di depan ibunya. Memeluk ibunya.

"Jake gak akan bisa hidup tanpa ibu." Jake memeluk ibunya.

"Jake, kamu belum punya kekasih? Calon istri? Ibu ingin melihat kamu menikah dan juga ingin segera menimang cucu Jake. Sebelum waktu ibu mungkin tak lama lagi."

"Bu, jangan bicara seperti itu. Nanti Jake kenalkan ibu ke kekasih Jake ya. Tapi Jake tanya dia dulu. Dia siap kenalan sama ibu gak?"

Jeni yang menoleh heboh menatap kakaknya. Dia memukul punggung lebar dan kekar kakaknya itu.

"Kakak curang. Gak bilang sudah punya kekasih?"

"Memangnya semua harus bilang ke kamu. Lagi pula yang dulu-dulu itu belum serius. Ini sedikit serius."

"Jangan sedikit dong Jake, yang banyak seriusnya."

Jake mengangguk. Jake bergegas mandi. Dia pamit kepada ibu dan adiknya. Jake kembi ke rumah sakit.

***

"Kak, mana calon suami kakak. Masak calon istrinya lagu sakit ditinggal."

Lucas sudah mendengar cerita dari mamanya. Dia langsung ke rumah sakit dan menemui Aurel.

"Berisik banget sih kamu. Mana buahnya kakak malah dimakanin kamu."

Lucas ingin bertemu dengan kaki-lakinya. Dia sengaja datang setelah selesai kuliah. Sejak tadi menunggu sambil makan buah yang harusnya untuk Aurel.

"Katanya, namanya Jake ya kak?" Tanya Lucas lagi. Tak perduli dengan buah yang hampir habis karena dia.

"Emm." Aurel hanya mengangguk. Dia melihat ponselnya. Melihat beberapa pekerjaan dan memeriksanya.

"Ahh." Aurel tak pernah sakit sampai masuk rumah sakit. Dia pikir dia masih bisa melihat beberapa pekerjaan. Tapi kepalanya tiba-tiba sakit.

Seorang masuk ke ruangan itu. Lucas menyadari itu dan menoleh. Dia tak henti menatap Jake yang datang. Jake membawa buah-buahan yang baru. Dia mendekati Aurel. Jake menyita ponsel Aurel.

"Jangan main hp dulu. Kamu kan lagi sakit sayang." Aurel mendongak menatap Jake. Aurel tak pernah mengajari seperti ini. Tapi Aurel senang Jake pintar sekali bersikap di depan Tante dan keluarganya.

"Ohh, manisnya." Lucas mengomentari keduanya. Jake menatap Lucas. Dia melirik Aurel.

"Ahh dia, kulkas hidup. Anaknya Tante." Ujar Aurel memberitahu Jake. Jake mengangguk.

"Lucas kak. Jangan percaya sama kak Aurel. Sakit jadi otaknya rada deh kayaknya." Lucas mengulurkan tangan kepada Jake.

"Jake." Jake pun menjabat tangan Lucas.

Dia mengantongi ponsel Aurel. Jake berpura dan menaruh buahnya di meja dekat Lucas.

"Ponsel aku siniin. Ini pusingnya udahan kok. Gak sepusing tadi. Tadi kelamaan lihat ponsel aja mungki. Sini ponsel aku."

"Gak. Kamu lagi sakit. Jangan banyak main ponsel. Kerjaan kan ada orang kantor. Lagi pula, ini sudah malam."

Aurel kaget. Jake pekerja yang dia bayar, bisa menolak perintah dia. Aurel melirik jam. Ini memang diluar jam kantor. Sudah jam tujuh malam. Tapi dia butuh untuk memeriksa laporan untuk besok. Dia harus membaca email.

"Sayang. Balikin ponsel aku." Aurel menekan ucapannya. Seakan mengancam Jake.

"No! Gak boleh main ponsel dulu." Tante Aurel datang. Omnya juga datang.

"Malam om." Aurel menyapa sang om. Om mengangguk. Dia mendekati Jake.

"Saya mau bicara dengan kamu. Saya tidak mau untuk kedua kalinya keponakan perempuan saya disakiti laki-laki. Ikut saya."

Om menarik Jake untuk keluar dari ruangan Aurel. Aurel khawatir Jake salah bicara mungkin. Dia mau turun, tapi tak jadi karena bawahnya sakit kalau bergerak.

"Biar sama om. Om lebih tahu cowok." Kata Tante Aurel.

"Aku juga tahu cowok brengsek sama enggak. Aku ikut interogasi papa ahh." Lucas kabur keluar.

Aurel khawatir Jake tak terlalu pintar. Tapi tak lama Jake kembali. Omnya mengangguk kepada Aurel.

"Om setuju. Sepertinya Jake laki-laki yang baik. Tapi setelah menikah, kamu tetap tinggal di rumah om. Om gak mau ambil resiko."

Aurel makin kaget dengan ucapan omnya. Apa yang membuat omnya setuju semudah itu.

"Bulan depan kalian nikah ya?" Tanya om Aurel kepada Aurel dan menepuk pundak Jake.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!