PEKERJAAN JAKE

Jake pulang ke rumah sakit.  Dia menjengkelkan ibunya yang masih di rawat di rumah sakit.   Jeni juga ada di sana, menjaga sang ibu sejak kemarin setelah operasi.  Operasinya berhasil, ibunya juga sudah siuman. 

"Jeni, kakak ada kerjaan malam ini.  Kamu gak apa-apa kan disini sendiri?" Tanya Jake menepuk pundak sang adik. 

Jeni yang sedang menyuapi ibunya mendongak menatap sang kakak.  Dia mengangguk, "iya, gak apa-apa kak."

"Ok. Kamu perlu uang gak buat pegangan? Kamu sudah makan? Tunggu." Jake mengambil dompetnya di saku celana belakang dia.  "Ini buat kamu, nyampe gak?" Hanya ada seratus ribuan di dompet Jake.  Ada beberapa. 

"Kakak sudah gajian?" Tanya jeni kaget melihat dompet kakaknya.  Belum juga awal bulan. 

"Ini pinjem sih ke teman.  Buat pegangan kakak aja. Tapi dia gak apa-apa kok, balikin dikit-dikit dia kelebihan uang." Jake Tertawa setelah menceritakan kebohongan itu.

"Kamu dapat uang dari mana untuk operasi ibu, Jake?" Ibu Jake bertanya dengan pelan dan lirih. 

"Pinjem atasan Bu.  Tenang aja Bu, yang penting ibu sembuh kok.  Jake harus berangkat sekarang, karena ini Jake ambil kerjaan lebih.  Gak apa-apa ya bu."

Jake tak mau ditanya lebih lagi.  Dia pamit kepada ibu dan adiknya.  Jake mencium tangan ibunya yang masih diinfus.  Jake mengusap kepala sang adik. 

"Kakak tinggal ya sayang."

"Iya Kak.  Hati-hati ya, jaga kesehatan jangan lupa."

Jake mengangguk.  Dia keluar dari rumah sakit.  Madam mengirimkan pesan kepada dia.  Jake harus ke tempat madam dulu.  Mendapat pelatihan dari madam.  Jake tak yakin, melakukannya dengan madam yang seperti tantenya.   Tapi demi sang ibu, Jake akan melalukan itu.  Madam juga pasti sudah profesional.  Jake memakai helmnya.  Dia mengendarai mobilnya menuju ke tempat madam.

"Madam sudah menunggu anda."

Seorang penjaga di tempat madam menyambut Jake.  Jake mengangguk.  Dia masuk diantar orang itu.  Mereka berhenti di depan salah satu kamar.  Dia membukakan pintu untuk Jake.

"Silahkan masuk.  Madam sudah menunggu anda disini."

Jake mengangguk begitu saja.  Dia masuk ke dalam ruangan itu.  Ruangan dengan penerangan yang remang-remang.  Terlihat madam yang sudah ada di sana.  Berbaring di atas ranjang dengan baju yang seksi. Memperlihatkan bentuk tubuhnya yang masih terjaga. 

"Sini sayang." Madam memanggil Jake.  Jake dengan kikuk mendekat. "Emm, bau.  Kamu mandi dulu.  Saya tunggu.  Mandi yang wangi, pertama, klien suka kita wangi."

Madam mendekati Jake.  Tadinya dia mau membuka jaket Jake.  Tapi madam tak jadi.  Dia malah menutup hidungnya. 

"Maaf madam.  Saya baru pulang kerja dari cafe tadi."  Jake mengangguk meminta maaf kepada madam.  "Saya permisi mandi dulu, madam." Kata Jake kepada madam.

Madam mengangguk. Sambil menyesap rokoknya, dia melihat Jake yang masuk ke kamar mandi di ruangan itu.

Sepanjang mandi, Jake gugup. Bagaimana dia nanti. Benar-benar harus menjual dirinya dan melayani klien-klien madam. Tapi sudah terlanjur, uangnya juga sudah dipakai untuk operasi ibunya.

Jake gugup sekali. Dia keluar dari kamar mandi. Hanya ada handuk di sana, Jake pun hanya memakai handuk dan keluar. Dia juga memakai sabun yang banyak, seperti kata madam, dia harus wangi.

"Ohhh ... Badan kamu bagus juga ya Jake." Madam menoleh melihat Jake yang keluar dari sana.

Dia turun dari ranjang, sampai mendekati Jake. Madam meraba-raba badan Jake. Sampai dia membuka semuanya. Melihat Jake tanpa pakaian. Madam pun mulai memberikan pelajaran kepada Jake. Bagaimana memuaskan kliennya dll.

Jake mendapat pelatihan dari madam sendiri sampai satu Minggu full.

***

Beberapa bulan kemudian

Jake kini sudah terbiasa dengan pekerjaaan malamnya. Jake bahkan bisa membeli cafenya sekarang. Dia yang mengelola cafe itu. Sebagai dalih untuk adik dan juga ibunya. Kalau siang di cafe, kalau malam Jake ke tempat madam. Kalau ada yang minta dilayani Jake selalu melayaninya. Jake bahkan sangat terkenal dan menjadi primadona di sana.

Satu syarat dari Jake, dia mau melakukannya dengan pengaman. Kalau tidak dengan wanita yang tak subur atau bahkan sudah menopause, atau bahkan tak bisa hamil. Jake tak mau klien dia hamil anaknya. Madam tak keberatan soal itu. Bahkan klien Jake termasuk klien yang VVIP semua.

"Madam, saya mau cari laki-laki untuk menghilangkan setres saya."

Aurel masih belum bisa move on dengan penghianatan kekasihnya itu. Dia bahkan jadi pendiam dan pemarah kalau di kantor. Padahal dulu ramah dan baik.

"Saya dapat dari teman saya." Kata Aurel pada madam. "Namanya Jake. Katanya, pelayanan dia sangat baik." Ujar Aurel kepada madam.

Dia sedang ada di ruangan madam. Madam mengangguk sambil menyesap rokoknya.

"Boleh. Mau sekali saja kan, lima puluh juta untuk semalam." Ujar madam kepada Aurel.

Aurel mengeluarkan kertas cek dan menuliskan nominalnya. Dia menaruhnya tepat di atas meja dan di depan madam.

"Saya mau lihat dia dulu. Badannya harus bagus dan tampan. Juga sangat ahli menghilang setres." Kata Aurel menahan cek yang akan diambil madam.

"Ok. Panggilkan Jake." Madam bertepuk tangan memanggil pelayan. Pelayan yang berjaga di dalam ruangan itu pun mengangguk.

Dia keluar dan memanggilkan Jake. Jake hanya sedang minum-minum dengan teman-temannya yang lain. Banyak yang menjadi seperti dirinya. Wanita juga ada di sini.

"Tuan Jake. Dipanggil madam." Ujar orang itu. Menepuk pundak Jake dan harus berbisik ditelinga Jake karena tempat yang berisik karena musik DJ yang diputar.

"Oh ok."

Jake pun mengakhiri minumnya dengan teman-temannya. Dia ke lantai dua dan ke ruangan madam. Jake baru saja membuka pintu. Jake kaget melihat Aurel. Dia masih ingat sekali Aurel. Bahkan dia masih suka datang ke cafe dan menangis. Mungkin Aurel yang tak akan tahu dirinya.

"Madam."

Jake berdiri di samping Aurel. Aurel menoleh. Madam menunjuk Jake, dari atas sampai bawah.

"Bagaimana nona, apa anda suka seperti ini?" Tanya madam kepada Aurel.

Aurel mengangguk. "Saya mau kita melakukanya di luar." Kata Aurel kepada madam. Dia hanya sekilas menatap Jake.

Jake yakin dengan respon Aurel, Aurel tak ingat dengan dirinya. Madam menyetujuinya.

"Ikut nona Aurel, Jake." Ujar madam kepada Jake.

Jake mengangguk, dia juga sudah tahu namanya. Jake mengulurkan tangan kepada Aurel. Dia ingin membantu Aurel untuk berdiri. Aurel pun meraih tangan Jake dan menggenggam tangan Jake. Jake hanya menoleh dan mengangguk, pamit kepada madam. Madam mengantar sampai keluar.

"Selamat bersenang-senang." Kata madam kepada keduanya.

Aurel hanya diam dan pergi. Madam tak habis pikir dengan sikap arogan Aurel.

Di depan sudah ada mobil Aurel. Ada supir Aurel. Jake membukakan pintu untuk Aurel. Mempersilakan Aurel seperti seorang putri. Jake ikut duduk di belakang Aurel. Mereka menuju ke hotel pilihan Aurel.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!