MAKAN SIANG DI KANTOR AUREL

Aurel tak henti tersenyum membaca chat dari Jake.  Sampai dia selesai rapat dan harus rapat lagi. 

"Saya ada perlu.  Saya tinggal ya.  Tolong urus semuanya."

Sudah jam makan siang. Jake ingin memastikan Aurel makan siang saja. Aurel juga meminta dia untuk menjemput ke kantornya.  Jake masih di cafe.  Dia meminta tolong karyawan kepercayaan dia. 

"Iya pak." Kata orang itu kepada Jake.  Dia mengantar Jake sampai ke depan cafe. 

Jake mengambil helmnya, baru mau memakai helmnya.  Tapi dia ingat, dia mau ke kantor dan menjemput Aurel dulu.  Jadi dia harus membawa dua helm.  Sementara dia hanya bawa satu. 

"Saya boleh pinjam helm kamu tidak? Nanti kalau gak ada helm lain, kamu beli yang baru, saya transfer uangnya nanti ke kamu." Kata Jake kepada karyawan yang tadi, yang masih belum beranjak pergi. 

"Yang punya cewek kamu tapi, yang wangi.  Biasanya kalau cewek kan helmnya tetep wangi." Tambah Jake kepada sang karyawan. 

"Iya pak. punya cewek saya."

Jake tahu kalau ceweknya juga bekerja di cafenya.  Dia mengambilkan helmnya dan memberikan helm itu kepada Jake.

"Ok. Saya bawa ya."

Jake pamit pada sang karyawan.  Dia menepuk pundak karyawannya dan satu tangannya membawa helm dengan warna merah muda.  Karyawan Jake mengangguk.  Sampai Jake naik ke atas motor dan mengendari motornya pergi dari cafe, karyawan itu baru masuk. 

Jake menjalankan motornya dengan kecepatan normal.  Dia punya alamat kantor Aurel.  Aurel yang mengirimnya tadi.  Butuh beberapa menit hingga sampai.  Jake berhenti di parkiran.  Jake masuk ke kantor Aurel.  Tapi Aurel tidak memberitahu ruangannya.

"Maaf, saya mau cari nona Aurel.  Dimana ruangannya ya?" Jake terpaksa bertanya kepada resepsionis kantor. 

"Anda siapa ya? Sudah ada janji dengan nona Aurel?" Tanya perempuan itu. 

Jake mengangguk, "saya kekasihnya, calon suaminya nona Aurel."

"Oh maaf tuan." Dia segera menunduk meminta maaf. "silakan ikut saya.  Akan saya antar ke ruangan nona Aurel."

Jake hanya mengikat karyawan itu.  Sampai masuk lift dan liftnya berhenti di salah satu lantai.  Tak lama pintu lift itu pun terbuka. 

"Silakan tuan." Karyawan wanita itu mempersilakan Jake untuk keluar lebih dulu. 

Jake pun ikut keluar.  Saat karyawan Aurel berhenti di depan sebuah ruangan, Jake ikut berhenti.

"Disini ruangannya tuan." Kata karyawan itu, dia membukakan pintu untuk Jake. 

Jake melihat ke dalam, mengintip dari pintu yang terbuka dan masuk ke ruangan itu. 

"Aurelnya mana?" Tanya Jake kepada karyawan itu. 

"Tunggu tuan.  Saya coba telepon dan memberitahu sekertaris nona Aurel." Wanita itu mengeluarkan ponselnya dan sibuk menelpon. 

"Katanya nona akan sampai disini setengah jam lagi tuan."  Karyawan itu menutup teleponnya dan memberitahu Jake. 

"Hah, setangah jam? Ok.  Saya akan menunggu di ruangan itu, tidak masalah bukan?" Tanya Jake kepada karyawan itu.

Karyawan itu mengangguk.  Dia rasa tak akan ada masalah, juga pasti nona Aurelnya tak keberatan. 

"Tuan mau dibuatkan minum atau kopi?" Tanya karyawan itu setelah mau pergi, dia kembali lagi dan bertanya.  "Maaf tuan, tadi saya lupa."

"Tak masalah.  Saya tak ingin apa pun.  Hanya hanya ingin menemui Aurel." Kata Jake, secara tak langsung dia mengusir pelayan dari ruangannya.  Dengan nada yang sedikit keras. 

Karyawan itu pun meninggalkan Jake di ruangan Aurel sendirian. Jake hanya berkeliling dan melihat-lihat kantor Aurel.

"Direktur utama, Aurel."

Jake membaca papan nama diatas meja.  Dia mengutari meja.  Beberapa kali membuka beberapa file dan sampai ke laci.  Jake menemukan foto keluarga dan foto kecil Aurel.  Dia malah memotretnya.

Aurel baru saja sampai di ruangan dia.  Aurel marah-marah karena kliennya yang kurang ajar.

"Saya tidak mau bekerja sama dengan tuan Bangka itu.  Dimana sopan santun dan etika dia. Sudah tua tinggal menunggu mati saja."

Jake sampai kaget mendengar itu.  Jake menoleh ke belakang.  Dia melihat Aurel yang sedang jalan ngomel mundur tanpa melihat belakang. 

"Nona."

Sekertaris Aurel ingin memberitahu kalau ada tamu dibelakang dia. 

Dug!

Sampai tubuh Aurel menabrak tubuh Jake yang besar dan kekar.  Hampir saja Aurel jatuh.  Tapi Jake dengan sigap memeluk pinggang Aurel, menahan Aurel agar tak jatuh. 

"Maaf." Kata Jake pada Aurel yang jatuh dipelukan dia.

"Ngapain kesini?" Aurel berdiri dengan benar.  Aurel meminta sekertarisnya untuk keluar. 

"Makan siang dulu nona.  Nanti kalau nona sakit, Tante yang ngomel sama saya.  Mau makan dimana? Vitaminnya dibawa kan yang kemarin dikasih di rumah sakit?"

"Ada, di tas. Vitamin gak perlu makan, kan.  Vitamin saja.  Nanti sore kamu baru jemput. Saya masih ada kerjaan."

Aurel menghindari Jake.  Dia mau mengambil vitamin di tas, tapi Jake menahan tangannya. 

"Makan dulu.  Mau ke cafe di kantor, atau mau keluar.  Saya antar, Tante sudah pesan ke saya."  Aurel melihat Jake dengan aneh. 

"Kamu gak ada kerjaan ya?"

Jake mengangguk, "ada, kan kerjaan saya melayani nona. Termasuk mengingatkan makan dan yang lainnya.  Mau saya laporkan Tante?"

"Ok. Ke cafe saja."

Aurel pun akhirnya keluar dari ruangannya.  Dia menarik tangan Jake untuk ke cafe yang ada di kantor.  Masih didalam gedung kantor.  Ada di lantai bawa.  Semua orang melihat ke arah Aurel.

"Nona, nanti setelah ini, saya mau izin antar ibu saya cek up.  Tidak apa-apa kan nona?"

Mereka sudah sampai di cafenya.  Aurel mengangguk tak masalah.  Tak lama makanan yang dipesan mereka datang. 

"Makan pelan-pelan nona. Ini Tante menelepon." Jake memberikan teleponnya kepada Aurel. 

"Awas saja kamu gak makan!" Ancam Tante Aurel di telepon. 

"Ini kan makan tante.  Aemm, nih." Aurel memakan makanannya di depan ponsel Jake yang sedang Vidio call dengan Tante Aurel.

Jake tersenyum melihat itu.  Seperti anak kecil, sangat manis.  Jake pun menyimpan kembali ponselnya setelah Tante Aurel puas Vidio call. 

"Kamu dapat nomer telepon Tante dari mana?" Tanya Aurel sambil makan. 

"Gak tahu.  Tadi ada yang telelpon, ada nomer Tante, om sama Lucas.. telepon saya tadi siang.  Disuruh simpan."

"Kebiasaan mereka."

Aurel pun menyelesaikan makannya. Setelah selesai dia kembali ke ruangannya.  Jake mengambilkan vitamin untuk Aurel dan air putih.  Aurel meminumnya. Jake mengupas kepala Aurel tiba-tiba.

"Saya pergi dulu."

Jake pergi dari ruangan Aurel.  Aurel diam terpaku melihat Jake seperti ini.  Bahkan bukan di depan siapa pun. Kenapa dia? Ada apa dengan hatinya?

Tidak Aurel, jangan percaya dengan laki-laki.  Laki-laki itu bulsyit.  Aurel kembali melakukan pekerjaan dia. 

***

Jake ada di jalan dengan motornya. Dia sekalian mengambil mobil.  Jauh lebih gampang untuk ibunya baik mobil. 

"Ini.  Aurel kesini kan nanti?" Tanya madam yang menemui Jake.  Memberikan kunci mobilnya. 

"Iya Tante." Jake mengangguk.  Jake mengambil mobilnya. 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!