FEETING BAJU PENGANTIN

"ibu kita berangkat ya."

Aurel di rumah Jake sampai malam. Lucas malah ikutan di sana. Sepanjang hari, Aurel yang biasanya disibukkan dengan kerjaan di kantor, laporan, kali ini dia hanya duduk kadang tidur dipaha ibunya Jake sambil nonton tv. Aurel senang sekali bisa diperlakukan seperti ini lagi. Ibunya Jake yang mengusap kepala dan rambut Aurel dengan lembut. Jeni juga ikut senang karena ibunya akrab dengan Aurel. Sampai jeni meminta kakaknya untuk tidak menyelingkuhi Aurel seperti kekasih Aurel dulu.

"Iya. Hati-hati ya sayang. Nanti di foto, ibu boleh lihat tidak sebelum besok?"

"Tentu, nanti aku Vidio call ibu waktu sampai disana dan aku coba."

Ibu Jake mengantar sampai ke depan. Aurel juga meminta jeni ikut. Tapi dia tak mau meninggalkan ibu kalau malam. Padahal jeni juga harus feeting baju. Ibu juga sebenarnya. Tapi Aurel yang takut ibunya Jake jadi kelelahan. Jadi Aurel bilang akan mengirim orang butik malam ini ke sini. Tadi sore sudah datang untuk mengukur. Ini dikebut membuat pakaian untuk mereka. Harusnya sudah jadi tujuh puluh lima persen.

"Ya sudah. Dik, kakak duluan ya."

"Iya kak."

Aurel pamit kepada jeni. Dia memeluk dan mencium pipi jenis. Begitu juga dengan jeni kepada Aurel. Lucas juga pamit. Dia pamit dengan sopan kepada ibunya jeni. Giliran Lucas pamit kepada jeni, tadi supirnya telepon kalau dia sudah mengambil mobilnya. Mobilnya sudah aman sampai di rumah.

"Jeni. Aku pamit ya."

Lucas membuka tangannya. Dia seperti mau memeluk jeni. Berharap juga bisa mencium pipi jeni. Tapi jeni malah melengos dan masuk ke kamar. Lagi-lagi Aurel tak henti tertawa karena itu.

"Dah masuk. Kasihan ditolak berapa kali hari ini sana jeni."

Aurel menepuk pundak Lucas. Jake pamit kepada ibunya. Dia meminta suster untuk lembut hari ini. Suster pun mengerti. Jake masuk ke mobil. Dia sampai harus membunyikan klakson karena Lucas tak juga bergerak dari sana.

"Lucas, mau ikut pulang gak? Apa mau pulang sendiri?"

Lucas masih syok tidak jadi memeluk jeni. Dia baru sadar setelah di klakson. Lucas lari masuk ke mobil. Dia kembali duduk di belakang.

"Kak, katanya kakak pakai motor kan? Motor apa kak? Aku pinjem dong. Aku gak dibolehin mama beli motor. Nyebelin banget mama. Bosen aku pakai mobil."

Lucas mengoceh di belalang. Jake mengangguk saja. Dia tak masalah kalau Lucas mau pinjam.

"Di-"

Jake diam. Dia hampir saja bilang di tempat madam. Sampai dia menoleh dan menatap Aurel. Aurel paham Jake mau bicara apa.

"Gak boleh. Gak sayang sama Tante. Tante itu worry banget kalau kamu baik motor Jake. Sudah lah."

"Ih, kak Aurel. Aku ikut feeting baju ke butik ini?"

"Dari pada kita bolak-balik dan kamu sudah sama kakak, gak mau kakak turunin di jalan, nanti kamu malah main, pulang pagi. Kasihan Tante nyariin nanti."

Lucas pasrah. Aurel seperti mamanya yang kedua. Kalau ngomel sudah tak bisa berhenti. Lucas malah jadi tidur sepanjang jalan ke butik.

"Tidur dia?"

Jake yang sedang menyetir melirik ke belakang. Aurel juga baru tahu. Pantas tak ada suara. Aurel mengangguk.

"Biarin. Jadi gak berisik anak itu."

Mereka melanjutkan perjalanannya dengan tenang. Tak lama mereka sampai di butik. Aurel mencoba membangunkan Lucas. Tapi dia tak juga bangun.

"Lucas, feeting jas."

"Lucas!"

Aurel sampai kesal sendiri membangunkan kebo Lucas. Jake menahan Aurel.

"Biar saja. Capek mungkin. Kan jas gampang, tanya Tante deh. Lucas biasa pakai ukuran apa?"

Aurel mengangguk saja. Dia masuk dengan Jake. Mereka memilih satu set gaun dan jasnya. Aurel masuk ke ruangan wanita dan mencoba gaunnya, Jake masuk ke ruangan pria dan mencoba jasnya. Mereka keluar dengan bersama.

Woo, cantik banget.

Dalam hati Jake terpesona dengan kliennya itu. Aurel juga terdiam, terpesona kepada Jake.

"Sayang, gimana? Jelek ya?"

"Siapa yang bilang jelek?"

"Aku. Ganti ya?"

Jake tak bilang jelek. Tapi Aurel sendiri, maklum wanita suka merasa tidak cocok dengan beberapa pakaian. Jake sampai capek meladeni Aurel yang gonta-ganti pakaian. Hingga kelima dia baru selesai. Jake juga melakukan panggilan Vidio dengan ibunya. Ibunya juga ikut pusing. Jake tak henti mengeluh di telepon. Jeni yang menyabarkan dia. Namanya juga cewek.

"Ini aja. Ya ibu, cantik kan aku? Gimana dek?"

Ibu dan adiknya Jake itu selalu bilang bagus. Tapi nanti Aurel sendiri yang merasa kurang puas. Hingga akhirnya Aurel memilih yang pertama lagi.

"Pusing!"

Jake sampai menepuk keningnya. Jeni malah tertawa melihat wajah kakaknya. Mereka sudah memutuskan memilih satu pasang jas dan gaun untuk besok. Mereka pun pulang, kembali masuk ke mobil.

"Kak, gimana? Kita feeting baju?"

Lucas mengigau. Aurel dan Jake tertawa. Aurel meminta Jake mengabaikan Lucas saja. Jake kembali menjalankan mobilnya menuju ke rumah Aurel kali ini. Rumah keluarga Lucas. Ditengah kalan aurel tak sengaja menguap.

"Ngantuk ya? Tidur aja, nanti aku bangunin kalau sudah sampai."

"Emm."

Aurel terlalu lelah. Dia hanya berdeham. Jake menurunkan kursi yang Aurel duduki agar Aurel tidur lebih nyaman. Dia mengambil jaketnya dan menutupkannya ke atas badan Aurel. Dalam sekejap Aurel tidur begitu saja. Bahkan dia di tidur pun cantik.

***

"Hai, gimana?"

Tante Aurel sudah menunggu sejak tadi dengan suaminya. Begitu melihat mobil berhenti di depan rumah mereka, mereka langsung keluar dan menghampiri Jake yang keluar dari mobil.

"Tidur semua Tante. Tadi Aurel cobain ada sepuluh gaun mungkin. Tapi apa Tante? Masak akhirnya pilih yang pertama. Haduhhh...."

"Sabar. Cewek gitu."

Tantenya Aurel hanya menepuk pundak Jake. Jake meminta izin untuk menggendong aurel masuk sampai ke kamar. Tak tega mau bangunin Aurel. Tante dan omnya pun tak keberatan.

"Sayang, pindah ke kamar ya."

Jake mengendong Aurel perlahan. Dia melingkarkan tangan Aurel untuk memeluk lehernya. Jake menggendong Aurel perlahan. Sementara om dan Tante Aurel membangunkan Lucas.

"Lucas!"

Mamanya sampai harus berteriak di telinga sang anak. Baru Lucas bangun. Dia jalan dengan tak seimbang masuk ke rumah dan baik tangga menuju ke kamarnya. Tante Aurel melihat ke kamar keponakannya.

"Jangan macem-macem lagi. Besok nikah. Sabar."

Jake digeplak dari belakang. Dia menoleh dan tersenyum. Jake menunjuk kening Aurel.

"Kening saja Tante. Boleh ya cium?"

Jake meminta izin kepada tantenya. Tante Aurel pun mengizinkan. Jake baru berani mencium kening Aurel. Dia juga melepaskan sepatu Aurel dan menyelimuti Aurel. Tante Aurel menemani Jake yang mau pulang.

"Awas pokoknya kamu menyakiti Aurel. Tante racun kamu nanti."

Jake hanya tersenyum mendengar ancaman tantenya Aurel. Dia pun pamit kepada Tante dan omnya Aurel.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!