Hari ini adalah gari pernikahan Aurel dan Jake. Dari luar, semua orang melihat kalau ini adalah pernikahan pada umunya. Tapi sebenarnya ada kontrak di atas pernikahan ini. Mereka terlihat benar-benar manis di depan banyak orang. Tapi di dalam, nona dengan budaknya, Jake.
Aurel sedang dirias. Dengan gaun yang sama ketika feeting. Jaka juga sedang ada di ruangannya. Jake dengan omnya Aurel, dengan Lucas juga. Di ruangan Aurel ada Tante Aurel, jeni dan juga ibunya Jake.
"Om, aku mau ketemu Aurel bentar."
Jake sudah selesai dengan jasnya. Dia pamit kepada Aurel. Tapi ditahan oleh omnya Aurel. Lucas juga ikut menahannya.
"Gak boleh lah. Pamali, nanti ketemu dibawah saja."
"Iya kak. Sabar, nanti malam bentar lagi kok."
Lucas ikut menggoda calon kakak iparnya beberapa menit lagi. Jake terpaksa menurut. Keduanya mengajak Jake untuk ke bawah, tempat pernikahan. Semuanya yang mengurus wedding operation dan Tante Aurel yang sangat antusias.
"Halo."
"Selamat ya."
Aurel belum datang. Sepertinya belum selesai. Jadi Jake menemui beberapa tamu dengan omnya Aurel. Omnya Aurel mengenalkan Jake kepada teman-temannya. Lucas menyambut dan melihat keamanan. Sebenarnya dia mencari jeni, Lucas penasaran dengan jeni, bagaimana penampilannya nanti. Pasti sangat cantik.
***
"Sudah kak?"
Jeni masih ada di ruang rias Aurel. Mereka menyewa satu gedung dengan aula untuk pernikahannya. Jeni memberitahu Aurel, tantenya dan juga ibunya.
"Katanya para tamu sudah banyak yang datang. Ini juga sudah waktunya yang baik kak."
Jeni menggunakan gaun merah muda yang membentuk badannya. Dia melihat ponsel yang sejak tadi dia pegang dengan dompet merah muda yang sama.
"Sudah mbak?"
Aurel tak tahu. Dia bertanya kepada periasnya. Orang yang merias itu mengangguk, di bilang sudah siap. Mereka menuntun Aurel ke luar. Di luar sudah ada omnya Aurel.
"Halo keponakan om yang sangat cantik. Elegan sekali hari ini."
Om dan tantenya Aurel yang akan mengapit Aurel ke tempat pernikahan. Omnya Aurel mengulurkan tangan seperti kepada seorang putri. Aurel pun menerima dengan sangat senang. Sedikit menunduk bak seorang putri juga. Mereka berjalan ke tempat acara. Jeni di belakang membantu merapikan gaun Aurel.
"Kak. Itu."
Lucas ada di bawah altar pernikahan. Semuanya bernuansa putih. Dengan drescordnya merah muda dan hitam. Jake diminta untuk berdiri di atas altar pernikahan, dengan seorang laki-laki yang bisa dibilang wali untuk menikahkan keduanya. Jake tak sengaja mendengar Lucas. Dia langsung menoleh ke tempat Lucas memandang.
Cantik.
Aurel sangat cantik.
Jake terdiam. Dia sedang menikmati keindahan ciptaan Tuhan. Sangat indah dan menakjubkan. Aurel dengan digandeng papanya Lucas masuk ke tempat acara. Semua berdiri dan menyambut sang mempelai wanita. Aurel tersenyum dari kejauhan kepada Jake. Kadang Jake lupa kalau semua ini adalah skenario palsu yang indah dibuat oleh Aurel dan diskusi dari madam.
"Saya serahkan keponakan saya kepada kamu. Saya percayakan keponakan saya kepada kamu. Jangan sampai sakiti hatinya, lukai hatinya, membuat dia menangis, atau kamu akan saya kejar ke ujung dunia manapun."
Omnya Aurel dan juga Aurel sudah ada di depan Jake. Dia menyerahkan Aurel kepada Jake. Mengambil tangan Aurel yang tadinya menggenggam lengannya, kini menyerahkannya kepada sang calon suami, Jake.
"Iya om. Saya janji tidak akan pernah melakukan itu semua. Kecuali dia bandel soal makanan yang gak sehat."
"Om juga setuju itu."
Jake masih sempatnya bercanda saja. Dia meraih tangan Aurel. Menggandeng Aurel untuk ikut naik ke altar, berdiri di samping dia. Bertatap-tatapan. Keduanya saling berpegangan tangan dan menggenggam tangan satu sama lain. Mereka mengucapkan janji pernikahan secara bergantian.
"Saya meminta engkau, aurely putri, untuk menjadi istri saya. Dalam susah mau pun senang. Dalam sakit mau pun sehat. Sampai Tuhan dan takdir memisahkan kita. Mau kah kamu?"
"Saya aurely putri, menerima engkau Jake Gyllenhaal untuk menjadi suami saya. Dalam susah mau pun senang. Dalam sehat mau pun sakit. Hingga Tuhan dan takdir memisahkan kita. Saya bersedia."
Aurel tersenyum dan mengangguk kecil didepan Jake. Mereka pun diminta melalukan ciuman di depan semua tamu. Jake mendekati Aurel. Tangannya ada dipinggang Aurel. Tangan Aurel ada dileher Jake. Keduanya memiringkan muka dan mencium bibir satu sama lain.
"Lempar bunganya."
Setelah selesai, Lucas yang berteriak paling kencang. Beberapa tamu pun ikut berseru untuk memeriahkan suasana. Mereka ikut berbaris. Aurel menatap Jake. Jake mengangguk. Mereka berdiri membelakangi para tamu.
"Satu."
"Dua."
"Tiga."
Keduanya menghitung secara bergantian dan Aurel bersama dengan Jake melemparkan buket bunga pernikahannya ke belakang. Keduanya menoleh dan melihat siapa yang dapat. Mereka juga penasaran. Lucas berusaha keras untuk mendapatkannya. Dia melompat tinggi.
"Sayang, untuk kamu."
Usaha tak pernah mengkhianati hasil bukan. Lucas mendapatkannya. Dia berjuang keras dengan orang lain, saling merebut hanya untuk jeni. Setelah mendapatkan bunganya Lucas menghampiri jeni dan berlutut di depan jeni.
"Ayo ibu. Jeni laper, kita makan disana yuk."
Tapi lagi-lagi sang jeni mencuekkan Lucas. Dia malau mengajak ibunya, yang sejak tadi berdiri di samping jeni, untuk mencari makanan yang sudah disediakan.
"Hahaha, sukur. Ditolak lagi."
"Heh. Ini dipersilakan loh sayang."
"Pernikahan pura-pura."
Aurel tak henti mentertawakan Lucas. Sampai Jake yang mengingatkan. Tapi Aurel tak mau mendengar. Dia mah mengingatkan kalau ini pernikahan kontrak. Kerja sama. Jake sedikit kesal karena ini. Tapi dia melihat ibu dan jeni terlihat bahagia. Jake memilih diam dengan sakit hatinya.
***
"Nona, mau malam pertama tidak?"
Pestanya sudah selesai. Mereka kembali ke hotel. Aulanya dekat hotel. Mereka memesan kamar hotel masing-masing. Jeni dengan ibunya Jake. Tante tentu dengan omnya Aurel. Sementara Lucas sendiri. Tapi dia malah minum ke bar dengan cewek-cewek santai dan seksi.
Jake baru saja membersihkan badannya. Dia baru dari kamar mandi. Aurel sudah lebih dulu tadi. Setelah itu Aurel langsung tidur di ranjang. Jake yang ingin tidur di samping Aurel malah diusir.
"Kamu tidur di sofa ya malam ini. Saya sedang tak ingin tidur atau main dengan kamu."
Aurel mengatakannya tanpa melihat Jake dan tatapan matanya. Jake pun berjalan ke sofa. Dia mengambil bantal dan selimut kedua yang disediakan oleh rumah sakit. Jake membuka lemarinya. Dia mengambilnya.
"Jake, satu hal lagi. Aku tidak mau hamil, belum mau hamil. Jadi jangan berharap lebih."
"Tapi ibu saya, Tante nona juga kan mau nona segera hamil dan kasih mereka cucu."
"Masa bodo. Saya belum siap ya belum siap."
Bukannya tidur, atau malam pertama di atas ranjang, mereka malah bertengkar satu sama lain. Jake tak bisa berkata-kata untuk ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
sella surya amanda
lanjut
2022-12-02
2