AUREL TAK MAU MAKAN MALAM

Aurel menepis tangan Jake yang memeluk dia.  Dia sempat nyaman dengan pelukan Jake.  Tapi Aurel ingat bagaimana laki-laki tak bisa dipercaya. Dia tak mau lagi.  Aurel mendorong tubuh kekar Jake. Dia naik ke tangga dan menuju ke lantai satu.  Dia masuk ke kamarnya.  Aurel menangis di kamarnya. 

"Jake.  Sorry.  Aurel mungkin terlalu capek dan sedih saja." Tante Aurel menepuk lengan Jake.  "Biarkan dulu saja.  Nanti Aurel juga akan tenang sendiri."

Jake masih merasakan khawatir.  Tapi dia kembali duduk.  Jake menatap ibunya dan juga jeni. 

"Tapi nanti kalau tidak makan, kak Aurelnya makin sakit gimana?" Tanya jeni yang membuat semua orang menatap dia. 

Tante senang melihat jeni juga khawatir dengan Aurel.  "Saya boleh izin ke atas?" Tanya ibu Jake kepada Tante dan omnya Aurel. 

"Boleh.  Silakan, mari saya antar." Tante Aurel mengantar ibunya Jake ke kamar Aurel.

"Om, saya ikut ke atas ya. Jeni, kamu tunggu disini ya?" Kata Jake meminta izin kepada omnya Aurel.  Jeni mengangguk dengan perintah kakaknya.

Dia menunggu di ruang makan.  Omnya Aurel mengajak jeni untuk ngobrol santai di depan ruang tv.  Dengan Lucas juga yang sudah selesai makan malam.

Tok

Tok

"Sayang, Aurel.  Ini ada ibunya Jake mau bicara sama kamu." Tante Aurel mengetuk pintu kamar Aurel dari luar. 

"Aku lagi gak mau ngomong sama siapa-siapa Tante. Tolong pergi.  Besok saja."

Jake juga sudah sampai disana.  Jake juga mendengar itu.  Jake menatap ibunya.

"Maaf, tapi sepertinya tidak bisa.  Maaf ya ibu, mungkin besok, Aurel perasaan dia akan jauh lebih baik."

"Iya.  Tidak apa-apa.  Kita pulang saja, Jake." Ajak ibu Jake menggandeng tangan putranya. 

Jake mengangguk.  Mereka kembali turun.  Jake pamit kepada om dan tantenya Aurel.  Mereka mengantar sampai depan rumah.  

"Maaf ya ibu, jeni." Tante Aurel membukakan pintu mobil untuk mereka. 

"Iya."

Mereka ikut mengangguk juga.  Mereka masuk ke dalam mobil. Jake pun menyetir mobilnya.  Mengantar ibu dan adiknya ke rumah. 

"Kak, kak jeni gak akan kenapa-napa nanti? Kayaknya gak cuma soal makanan.  Kakak selingkuh ya?" Tanya jeni disamping Jake. 

"Kalo nuduh.  Aku juga punya adik cewek.  Gak akan lah nyakitin cewek lain." Ujar jake kepada jeni. 

"Ya kirain.  Semoga besok lebih baik. Mama dan papanya kak jeni kan udah gak ada.  Apa lagi kangen sama mama dan papanya kak?"

"Mungkin." Jake hanya mengangguk. 

"Kalau besok Aurel sudah lebih baik, ajak ke rumah ya Jake." Kata ibu Jake di belakang. 

"Iya ibu."

Mobil yang Jake setir sudah sampai di depan rumah.  Jake turun lebih dulu.  Dia membukakan pintu untuk ibunya.  Jake baru mau mengantar ibu dan adiknya masuk, dia mendapatkan telepon dari Tante Aurel.

"Halo Tante.  Ada apa?"

Jake yang mengangkat teleponnya tapi ibu dan adik Jake ikut berhenti dan ingin mendengar ucapan Tante Aurel di telepon. 

"Ada apa kak?" Tanya jeni kepada Jake. Jake diam mendengarkan suara tantenya Aurel dari sebrang telepon. 

"Aurel ngamuk di kamar.  Iya Tante, tunggu aku ke sana."

Ibu Jake dan jeni ikut kaget mendengar itu.  Jake langsung mematikan ponselnya.  Dia pamit kepada ibu dan adiknya.

"Hati-hati nyetirnya." Kata ibu Jake. 

"Iya ibu."

Jake masuk ke dalam mobil dan bergegas mengendarai mobilnya menuju ke rumah Aurel kembali. Sesampainya dia disana, Jake langsung lari masuk.

"Tante, gak ada kunci cadangan?" Tanya Jake kepada tantenya Aurel.

"Gak tahu. Tadi dicari gak ketemu. Dobrak aja apa. Tadi Tante dengar ada benda jatuh gitu. Tante mau coba bujuk."

"Iya. Dobrak saja tante. Tante minggir dulu."

Jake meminta Tante Aurel menyingkir dari depan pintu kamar. Jake, Lucas dan omnya aurel mencoba mendobrak pintu itu. Berkali-kali sampai akhirnya terbuka.

"Ahhh."

Aurel masih saja mengamuk dan membanting semua barang yang ada di kamarnya. Lantainya penuh dengan pecahan vas bunga dan make up Aurel yang berantakan di bawah.

"Sayang, eh. Kamu kenapa? Kenapa gini?" Jake menarik tangan Aurel dan memeluknya erat.

"Kak." Lucas juga ingin mendekat. Tapi sepertinya Jake yang lebih dibutuhkan sekarang.

"Pa." Terakhir kali Aurel menangis dan mengamuk seperti ini ketika hari-hari pertama orang tuanya meninggal.

Tante Aurel ikut menangis melihat keponakannya. Tapi dia lega ada Jake sekarang. Om Aurel malah jadi ikut memeluk istrinya itu untuk menenangkannya.

"Kamu kenapa? Bilang ke aku? Kamu marah sama aku?"

"Aku gak mau nikah sama kamu. Kita batalin aja semuanya. Kita putus."

"Aurel."

Tante Aurel tak percaya mendengar itu. Dia ingin mendekat. Tapi Jake menoleh, menatap Tante Aurel. Dia mengangguk. Memberi isyarat kalau dia bisa mengatasi ini.

"Ok. Aku minta maaf kalau ada salah. Kamu mau batalin pernikahan, gak Masalah. Asal kamu bahagia, kamu mau kita putus?" Jake melepaskan pelukannya. Dia mengusap air mata Aurel sambil bertanya.

"Iya." Aurel mengangguk dengan sesegukan.

"Kita putus. Tapi janji kamu gak akan gini lagi? Kita gak jadi nikah? Puas sekarang?" Tanya Jake lagi. Aurel mengangguk lagi.

"Tapi malam ini tidurnya disini. Aku gak mau tidur sendirian."

Tante Aurel malah jadi tersenyum karena ini. Aurel dan Jake menatap Tante. Tante mengangguk.

"Jangan macem-macem. Kalau sampai macem-macem, Aurel hamil. Saya buru kamu untuk tanggung jawab." Tante Aurel menunjuk Jake.

Jake mengangguk. Mereka meninggalkan keduanya. Lucas masih bingung dengan apa yang terjadi. Dia menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Ma, kak Aurel itu aneh banget sih? Masak mau putus, tapi mau tidur bareng malam ini. Emang cewek gitu ya ma?" Tanya Lucas kepada mamanya.

"Jangan dipikirkan, nanti pusing. Kamu masuk ke kamar, istirahat dan belajar yang benar saja."

Lucas mengangguk. Dia memeluk dan mencium pipi mamanya lalu pamit ke kamar. Tante Aurel dan om Aurel juga masuk ke kamar, bersih-bersih dan ganti baju. Lalu bergegas tidur.

"Jake tidak akan melakukan hal yang aneh-aneh kan di kamar dengan Aurel?" Tanya omnya Aurel kepada sang istri.

"Kalau iya juga tidak masalah. Jake aku lihat laki-laki yang baik. Dia seperti sangat sayang kepada Aurel. Yuk tidur. Semoga besok mereka berdua baikan."

Tante Aurel dan suaminya tidur bersama. Sementara' di kamar Aurel, Aurel menarik tangan Jake. Dia mendorongku Jake duduk di atas ranjangnya, di tepi ranjangnya.

"Saya serius. Kita akhiri pekerjaan ini. Saya tidak mau melibatkan ibu kamu. Saya tidak mau dia terluka karena saya."

Aurel mau pergi dari Jake. Tapi Jake menahan tangan Aurel. Dia menarik Aurel hingga Aurel jatuh dipangkuan Jake. Jake memeluk pinggang Aurel. Menahan Aurel untuk pergi dari atas pangkuan dia. Dari hadapan dia.

"Anda tidak akan mendapatkan uang anda kembali nona kalau anda yang memutuskan pekerjaan secara sepihak." Jake berbicara tepat didepan wajah Aurel.

"Uang bukan masalah untuk saya." Jawab Aurel, bibir mereka sangat dekat satu sama lain.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!