Erlan segera berganti pakaian dan mengambil kunci mobilnya lalu keluar dari kamar. Dia harus secepatnya mengambil keputusan demi cintanya pada Diandra. Tentu dia tidak mau membuat Diandra kecewa. "Hei Tuan Erlan, mau kemana? Nggak makan?" tanya Nenek Harni dengan nada meledek.
"Aku udah makan menu utamaku, Nek. Sayang ... aku pergi dulu ya? Jangan tidur sama Nenek karena Nenek ngorok, kamu nggak akan bisa tidur lelap sama Nenek," ledek Erlan membuat Nenek Harni meleparkan tempe goreng padanya. Erlan menangkap dengan cepat tempe tersebut dan melahapnya. "Makasih," lanjut Erlan.
"Apa bedanya tidur sama kamu, Mas. Aku juga nggak bisa tidur lelap kalau sama kamu, Mas!" jawab Diandra membuat Nenek juga Mami Erlan tertawa terbahak-bahak.
"Ya itu bed-"
"Udah! buruan pergi sama. Ganggu para perempuan aja," kata Nenek Harni menyela pembelaan Erlan.
"Ya ya baiklah! Ingat perkataan suamimu ini, Sayang!" Erlan pun pergi setelah meleparkan ciuman jarak jauh pada Diandra seraya mengedipkan sebelah matanya.
"Kamu jangan mudah terbuai dengan dia, Sayang! Buat dia benar-benar putus dengan wanita majalah dewasa itu. Setelah itu, Nenek baru merasa tenang walaupun Nenek mati sekarang," ucap Nenek Harni membuat Diandra sedih.
"Ma, jangan bilang begitu. Katanya mau main dengan Erlan junior." Mami Hasna juga ikut sedih.
"Kita udah punya menantu yang tepat, jadi nggak perlu khawatir lagi dengan masa depan laki-laki itu," lanjut Nenek Harni dan suasana di meja makan itu semakin sendu.
...***...
Erlan sengaja tidak menghubungi Cherin jika dia akan pergi mengunjunginya. Demi mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, Erlan terlebih dahulu menghubungi Jio untuk menyusulnya jika dia terlalu lama di dalam apartemen Cherin.
Sayangnya malam itu perjalanan menuju apartemen Cherin mengalami macet total. Erlan akhirnya menepikan mobilnya dan menitipkan mobil tersebut di sebuah lahan parkir kemudian meminta supir untuk mengambilnya, setelah itu Erlan pergi dengan mengendarai ojek agar tidak macet.
Tiba di apartemen, Erlan segera turun dari motor dan merogoh dompetnya untuk membayar ojek tersebut. "Hei orang miskin, minggir lo!" teriak seorang laki-laki di dalam mobil berlambang kuda berdiri. Memang Erlan dan ojek yang mengantarnya sedikit menghalangi jalan keluar dari apartemen tersebut, jadi jika ada mobil keluar masuk akan kesulitan.
"Oh, maaf, Tuan," jawab Erlan dengan sopannya dan segera meminta ojek tersebut pergi tanpa menunggu kembalian.
"Dasar miskin. Sok punya apartemen tapi naik motor, heh!" kata laki-laki tersebut dan segera melakukan mobilnya.
"Dasar syok kaya, baru punya mobil begitu aja sombong. Gue bisa beli sepuluh mobil kayak lo, bangkee!" pekik Erlan menendang angin karena mobil berlambang kuda berdiri itu telah melaju cepat.
Erlan cukup kelelahan berjalan dari depan apartemen menuju lift karena jaraknya cukup jauh dan motor dilarang masuk. Namun tekadnya tidak membuat Erlan putus asa. Segera dia menekan tombol lima dan dengan sabar menunggu lift itu naik.
Tiba di depan pintu apartemen milik Cherin, Erlan pun menekan tombol bel dan tidak lama Cherin membuka pintu tersebut. Sedikit terkejut memang, tetapi dengan cepat Cherin memeluk Erlan. "Honey! Akhirnya kamu datang juga. Kenapa kamu melupakan aku sih?" kata Cherin dalam pelukan Erlan. "Untungnya Tuan Hanes udah pulang, kalau belum, bisa jadi masalah. Heh! Tapi pucuk dicinta, ulam pun tiba. Kamu akan jadi milikku malam ini, Erlangga!" batin Cherin menyunggingkan senyum.
"Aku mau bicara serius denganmu," jawab Erlan segera melepaskan pelukan Cherin.
"Oh, apa tentang pernikahan kita? Baiklah, ayo masuk! Kebetulan aku punya wine untuk menemani kita ngobrol," sahut Cherin segera menutup pintu dan menarik Erlan masuk kemudian keduanya duduk di sofa.
Erlan menatap heran meja di depannya karena ada dua gelas dan dua botol wine disana. Tidak mungkin jika Cherin menyiapkan itu semua untuknya. Kalaupun ada laki-laki lain yang masuk ke apartemen itu, pastilah gelas itu ada sisa wine di dalamnya, tetapi gelas itu masih bersih hanya tutup dua botol wine sudah terbuka.
"Kamu tahu aku akan kesini?" tanya Erlan heran.
"Honey, jangan bilang kalau kamu lupa ini hari apa?" Cherin balik bertanya dan Erlan mendadak amnesia hari apakah yang dimaksud Cherin. Erlan hanya mengangkat satu alisnya dan mencoba mengingat hari yang dimaksud Cherin. "Oh ... astaga! Kenapa kamu selalu lupa dengan hari penting kita, Honey? Baiklah ... aku nggak masalah karena kamu udah datang, saatnya kita minum." Cherin pun menuangkan wine ke dalam gelas.
Erlan masih tidak ingat dengan hari apa yang dimaksud Cherin. Namun tangannya tiba-tiba menerima gelas yang berisi wine yang disodorkan oleh Cherin kemudian meneguk habis isinya. Lagi-lagi Cherin menyunggingkan senyum kemudian menuangkan lagi wine ke dalam gelas yang di pegang Erlan.
"Aku masih nggak ingat ini hari apa?" tanya Erlan setengah sadar karena secara tidak sadar dia telah meminum lima gelas wine yang disediakan Cherin demi mengingat hari yang dimaksud Cherin.
"Udah nggak pa-pa kalau nggak inget. Kamu mau datang dan menemaniku disini aja aku udah sangat bahagia, jadi kamu mau bicara apa, Honey?" tanya Cherin yang ikut menenggak wine.
"Oh iya, aku hampir lupa. Aku kesini untuk mengakhiri hubungan kita, Cherin. Aku rasa kita nggak akan bisa bersatu karena kamu nggak bisa merebut hati Nenek dan Mamiku. Maafkan aku! Setelah ini kamu bisa fokus dengan karier yang kamu impikan itu," papar Erlan membuat Cherin naik darah, tetapi dengan sabarnya dia menahan amarahnya.
"Kenapa tiba-tiba? Apa kamu mencintai wanita penggantiku?" tanya Cherin yang cukup penasaran dengan pernikahan yang Erlan jalani.
"Iya. Wanita itu berhasil merebut cinta yang aku miliki. Bukan hanya itu, tapi wanita itu berhasil meluluhkan hati Nenek dan Mami. Kamu tahu sejak Papi meninggal, aku yang bertanggung jawab atas kebahagiaan mereka, dan kamu nggak bisa menaklukkan mereka. Jadi, kita nggak akan pernah bisa menikah." Lagi-lagi jawaban Erlan membuat Cherin semakin marah.
"Baiklah, temani aku minum dulu. Setelah itu kamu boleh pergi kalau kamu memang mau membuang ku,"
"Bukan begitu, Cherin."
"Sudahlah. Sini aku isi lagi gelas kamu,"
Erlan pun menyodorkan gelas kosongnya dan Cherin kembali menuangkan wine untuk gelas Erlan juga gelasnya. "Cheers!" ucap Cherin mengangkat gelasnya agar beradu dengan gelas Erlan. Mereka berdua mengulangnya hingga dua botol wine itu habis. Cherin tahu jika Erlan sudah mabuk dan tubuhnya hanya perlu sedikit sentuhan maka mereka berdua akan terbang melayang. "Sayang ... kamu mau memuaskan aku kan?" bisik Cherin ditelinga Erlan.
Erlan yang hampir tidak sadarkan diri mencoba membuka mata dan menatap wanita yang telah duduk dalam pangkuannya. "Diandra ... kamu disini Sayang?"
"Jadi istrimu namanya Diandra?" batin Cherin kemudian memeluk Erlan. "Iya Sayang ... aku menginginkanmu malam ini," jawab Cherin seraya meniup telinga Erlan.
"Tentu, Sayang. Tubuhku juga sudah sangat panas," jawab Erlan meraba tubuh Cherin.
"Oh ... Sayang!" desah Cherin membuat Erlan semakin terbakar gairahnya. Segera Erlan melahap bibir manis Cherin dengan penuh napsu. Cherin tidak tinggal diam dan segera melepaskan celana Erlan tanpa melepaskan tautannya. "Emh!"
........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
ira
nah kan benar emang jalang si ulat bulu ini, dan bodohnya Erlangga tidak menaruh mata-mata untuk si ulat bulu
2025-01-10
0
ira
nggak suka banget sama Erlan yang bodoh ini mudah banget dijebak
2025-01-10
0
ira
apa mungkin laki-laki itu yang punya mobil bercap kuda tadi ya
2025-01-10
0