Pagi-pagi sekali bahkan matahari belum terbit, Diandra terbangun dengan rasa di badan yang tidak karuan. Dia pun ingat betapa kejam dan begitu kasar Erlan menuntaskan hasratnya semalam. Bahkan dari berbagai gaya yang Diandra tidak mengerti sama sekali hal tersebut. Pangkal pahanya yang nyeri juga kakinya susah untuk berjalan. Bagiamana tidak, Erlan bahkan tidak kenal ampun dengan permainan panasnya itu. "Siall ... kenapa begini lagi sih? Aku benar-benar lemah. Tapi bagaimanapun dia benar-benar tidak punya moral sama sekali. Dasar CEO kejam," gumam Diandra mengutuk dirinya sendiri juga mengutuk suaminya. Dia tidak melihat keberadaan Erlan. Tentu saja Diandra mau meminta tolong karena semalam dia mengatakan jika butuh bantuan bisa padanya. Namun lagi-lagi dia menepis sikap Erlan yang mulai ramah itu.
Terpaksa Diandra pun bangkit karena sudah tidak tahan ingin buang air kecil. Perlahan Diandra menurunkan kakinya dan mengehela napas panjang karena memang benar-benar sakit dan susah bergerak. "Kamu bisa!" ucap Diandra kemudian bangkit dan berjalan perlahan merayap di dinding karena untuk merangkak, bisa dipastikan akan lebih sulit.
"Udah bangun?" tanya Erlan yang baru saja masuk. Diandra tidak menjawab dan terus berjalan perlahan. Namun Erlan dengan cepat membawanya masuk ke dalam kamar mandi. "Mau aku tungguin?" tanya Erlan dengan lembutnya. Diandra tertegun, tetapi dengan segera menggelengkan kepalanya dan meminta untuk segera diturunkan lewat sorot mata lalu duduk di water closet, tetapi Erlan tidak mau keluar dari kamar mandi dan melihat aktivitas Diandra.
"Kenapa masih berdiri disitu?" tanya Diandra tanpa malu sedikit pun bahkan sesekali meringis menahan rasa sakit dan perih di pangkal pahanya. Baginya untuk apa malu pada laki-laki kejam di depannya itu. Toh dia juga sudah melihat semua yang ada ditubuhnya.
Erlan tidak menjawab. "Sialann! Hanya melihat seperti ini saja udah buat milikku mengeras. Tapi dia terlihat kesakitan. Bagaimana saat malam pertama? Aku hajar dia beberapa kali bahkan langsung aku tinggalkan?" batin Erlan masih menatap lekat wajah Diandra yang memang sangat cantik walaupun dia bangun tidur.
Selesai buang air kecil, Diandra mengehela napas lega karena perutnya sudah cukup nyaman kali ini. Dia pun menatap Erlan yang sama sekali tidak bereaksi apa-apa, bahkan raut wajahnya juga datar. "Saya sudah selesai, Tuan." Erlan pun kembali membopong tubuh Diandra dan membawanya duduk di sofa yang ada di balkon. "Kenapa kesini?" tanya Diandra heran.
"Duduk saja. Udara pagi bagus untuk kesehatanmu," jawab Erlan yang juga duduk disisinya. Memang benar, udara pagi hari selalu membuat dirinya tenang bahkan rasanya udara itu masuk ke dalam tubuh dan memberikan energi positif. Diandra menikmati udara pagi itu dengan memejamkan matanya juga tersenyum sangat manis dan beberapa kali menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskan secara perlahan. Erlan bahkan tidak memalingkan matanya dari wajahnya ayu itu.
"Dia cukup cantik. Natural sekali. Bahkan Cherin nggak secantik dia kalau tanpa make up," batin Erlan yang lagi-lagi merasakan kepemilikannya berontak. "Sialann! Kenapa setiap memikirkan wanita, kamu selalu berontak?" ucap Erlan dalam hati kemudian menatap miliknya yang sudah mulai sesak.
Diandra mulai kedinginan karena memang waktu masih menunjukkan pukul lima pagi. Diandra mengusap-usap kedua telapak tangan lalu meniupnya agar dirinya menjadi hangat. Namun Erlan malah memeluknya bahkan memberikan ciuman yang meninggal warna merah dileher. Ciuman itu berhasil menghangatkan tubuh Diandra yang langsung terpaku dengan sikap Erlan.
Setelah memberikan ciuman yang tiba-tiba itu, Erlan menatap Diandra. Tangannya menyibak rambut Diandra yang menghalangi pipi dan menyelipkan rambut itu di belakang telinga. "Aku menginginkanmu," ucap Erlan lirih kemudian mencium dan menyesap bibir Diandra dengan lembutnya. Hawa aneh pun muncul dalam diri Diandra.
Erlan membopong tubuh Diandra tanpa melepaskan tautannya bahkan Diandra dengan pedenya mengalungkan kedua tangannya di leher suaminya. Erlan pun menidurkan tubuh wanita itu di atas tempat tidur dengan posisi Erlan di atas dan Diandra di bawah. Kedua bibir itu masih beradu. Kali ini Diandra membalas ciuman yang Erlan lakukan. "Emh!" Entah bagaimana ceritanya Diandra bisa mengeluarkan suara laknat itu bahkan tanpa dia sadari.
Sebelumnya Erlan tidak pernah memberikan ciuman selembut dan sehangat seperti saat ini. Dia selalu kasar juga beberapa kali menggigit bagian dadanya. Sungguh kali ini Diandra tidak bisa berpikir secara normal karena semakin lama rasa hangat dan rasa untuk meminta lebih mulai menjelma. Erlan tiba-tiba menyudahi ciuman itu kemudian menatap wajah Diandra. Wajahnya kini terlihat berbeda. Bukan seperti biasanya yang berraut wajah marah dan judes. Erlan tersenyum dan Diandra seperti terhipnotis dengan senyuman itu.
Puas menatap, Erlan kembali mencium dan menyesap bibir manis Diandra bahkan lidahnya semakin menuntut lebih dari istrinya. Diandra membalas dan sudah bisa melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh Erlan. Merasa puas dengan bibir, Erlan menurunkan ciuman menuju leher Diandra. "Ehm ... ah!" Lagi-lagi perlakuan lembut itu berhasil menciptakan suara laknat yang tentu saja Diandra tidak menyadari itu karena sudah terbuai oleh kelembutan Erlan.
Hingga akhirnya Erlan bisa melepaskan hasratnya bahkan Diandra juga merasakan hal yang sama dengan Erlan. Bukan hanya sekali. Hal itu terjadi hingga tiga kali. Rasa yang belum pernah dia dapatkan sebelumnya. Rasa yang benar-benar membuat dirinya melayang. "Terima kasih. Aku sangat puas. Tidurlah lagi!" ucap Erlan lalu mendarat kecupan singkat di kening istrinya. Lagi-lagi Diandra terlena.
...***...
Diandra pun bangun setelah tidur selama satu jam. Kali ini rasanya berbeda, tubuhnya pegal-pegal, tetapi pangkal pahanya tidak terlalu sakit lagi. Diandra pun turun dari tempat tidur dan ternyata sarapan roti bakar juga segelas susu sudah tersedia di atas nakas. Tiba-tiba Diandra tersenyum. "Mungkinkah semuanya telah berubah?" gumam Diandra merasa hatinya begitu bahagia. Dia bahkan menyentuh bibirnya dan dan mengingat apa yang dia lakukan dengan Erlan subuh tadi.
"Udah bangun?" Erlan keluar dari walk in closet dengan pakaian yang sudah rapi.
"Hm," jawab Diandra singkat, tetapi senyum manis itu tidak bisa dibohongi kalau dia sangat bahagia karena merasa mereka sudah benar-benar menjadi pasangan suami istri.
"Istirahat saja di kamar kalau masih sakit. Aku udah bilang sama Mami dan Nenek. Mereka berdua nggak akan ganggu kamu," ucap Erlan kemudian meraih ponselnya yang ada di atas nakas dekat dengan sarapan Diandra. "Makanlah sarapan mu. Aku akan berangkat ke kantor," lanjut Erlan kemudian berlalu setelah mendapatkan anggukan juga senyuman manis Diandra.
"Bahkan gaya bicaranya mulai santai. Apa dia benar-benar ... ah ... jangan berharap banyak. Siapa yang tahu hari esok akan seperti apa bukan?" batin Diandra kemudian meraih sarapannya.
........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
ira
memang kau Erlan setelah selesai main pergi aja 😒 ya jelas lah sakit banget
2025-01-10
0
ira
ternyata Erlan bersikap ramah dan lembut karena ada udang di balik bakwan
2025-01-10
0
febby fadila
jangan terbuai diandra dia baik krn ada uda udang dibalik bakwaban 😂😂😂😂
2025-01-12
0