"Tunggu! Biar aku yang buka pintunya," cegah Erlan saat Diandra akan membuka pintu untuk keluar dari mobil. Mereka berdua sudah tiba di rumah dan Erlan sangat senang sepanjang perjalanan pulang karena bisa bicara santai dengan Diandra. "Silahkan Nyonya Erlangga," kata Erlan sedikit membungkukkan badannya.
"Apaan sih, Mas?" Diandra tiba-tiba merona dengan sikap Erlan yang mengistimewakan dirinya.
Setelah Diandra turun, Erlan segera meraih tangan istrinya kemudian mencium punggung tangannya dan berjalan bersama. "Hei Tuan Erlan! Kamu bawa kemana cucuku, hah!" tanya Nenek Harni seraya melepaskan tangan Erlan dari tangan Diandra lalu memeluk lengan Diandra.
"Nenek! Dia istriku, kenapa Nen-"
"Kamu buat cucuku nangis kan? Dasar pria nggak punya hati kamu. Apa mau Nenek hapus nama kamu dari kartu keluarga? Sayang ... Diandra! Kamu diapain sama si brengsekk itu? Bilang sama Nenek, nggak usah takut!" Diandra hanya terkekeh.
"Nenek! Erlan nggak ngapa-ngapain. Orang cuma ajak dia ke hotel, nggak kemana-mana. Katanya Nenek mau segera punya Erlan junior, apa salah? Sayang ... jangan diem aja! Bilang sama Nenek kita udah bekerja keras buatkan dia cucu, ayo bilang!" rengek Erlan meraih tangan Diandra satunya.
"Kenapa ini?" tanya Mami Hasna yang baru saja pulang dari arisan.
"Bakal dikeroyok aku ini. Sayang ... udah ayo ke kamar!" bisik Erlan di telinga Diandra dan kembali membuat Diandra terkekeh. Nenek dan Ibu mertuanya memang begitu menyayangi Diandra. Dia sangat bahagia bisa punya keluarga baru yang selama ini diimpikan.
"Tuh anak kamu buat cucuku menangis," jawab Nenek Harni dengan nada ketus.
"What's? Erlangga!" teriak Mami Hasna membuat Erlan berlindung di belakang tubuh Diandra.
"Nenek! Erlan kan cucu Nenek juga, kenapa Diandra aja yang dibela?" tanya Erlan dengan nada manjanya.
"Kamu bukan cucuku. Diandra baru cucuku," jawab Nenek Hasna mendorong tubuh Erlan menjauh dari Diandra.
"Nenek, Mas Erlan nggak ngapa-ngapain Diandra kok!" kata Diandra akhirnya buka suara.
"Sayang ... kamu nggak diancem kan sama dia?" tanya Mami Hasna seraya melirik sinis Erlan.
"Nggak, Mi! Justru Diandra harus segera mengobati luka Mas Erlan di tangannya," jawab Diandra dan Mami Hasna juga Nenek Harni langsung melirik tangan Erlan yang sengaja ditunjukkan oleh Erlan dengan wajah memelas.
"Hm. Ya udah. Kamu obati dulu luka suami kamu. Kalau dia macam-macam, bilang aja sama Mami dan Nenek ya?" Mami Hasna mengusap lembut bahu Diandra. Sebuah anggukan menyudahi perdebatan yang membuat Diandra terkekeh.
Diandra pun mengajak Erlan menaiki anak tangga untuk segera masuk ke dalam kamar dan segera mengambilkan obat untuk luka di ruas jarinya. "Sayang, mereka pilih kasih sekali. Bisa-bisa aku beneran di coret dari kartu keluarga kalau sampe nyakitin kamu," kata Erlan masih dengan mode manja.
Diandra pun duduk disisi Erlan dan mengobati luka di ruas jarinya menghubungkan cotton bad. "Bagus dong!" jawab Diandra fokus mengoleskan salep.
"Kok bagus sih?" protes Erlan.
"Iyalah. Aku bakal jadi cucu satu-satunya dan bakal jadi kaya raya. Setelah itu aku akan menikah lagi dengan laki-laki yang baik juga lembut,"
"Nggak! Itu nggak akan pernah terjadi!" Erlan segera menarik tangannya dan meraih tengkuk Diandra lalu mencium bibir Diandra dengan intens untuk beberapa saat. "Jangan harap kamu bisa menikah dengan laki-laki lain selain aku! Selamanya kamu hanya milik Erlangga," kata Erlan kali ini dengan wajah serius.
"Iya. Ganti baju dulu, Mas. Bau apek!" jawab Diandra hendak beranjak dari tempat tidur, tetapi dengan cepat Erlan menarik pinggang Diandra agar dia berbaring di atas tempat tidur dan menindihnya. "Lagi?" tanya Diandra dengan satu alis yang terangkat.
"Aku sangat mencintaimu, Diandra. Sampai kapanpun aku hanya akan mencintaimu. Walaupun kamu belum mencintaiku, aku akan buat kamu mencintaiku lagi dan lagi," ucap Erlan kembali mendaratkan ciuman singkat di bibir Diandra.
Tentu saja Diandra tidak mau terbuai begitu saja. Terlalu sering telinganya mendengar kata cinta dari Erlan. Diandra mendorong perlahan dada bidang Erlan dan menatapnya lekat. Tatapan Erlan bahkan sangat menyejukkan, tidak seperti sebelumnya. Diandra benar-benar melihat cinta dalam diri Erlan.
"Lalu ... bagaimana dengan kekasihmu, Mas? Nenek bilang kamu sangat mencintainya bahkan kamu juga menentang keluargamu demi agar bisa menikah dengannya. Tapi dia tidak pulang. Aku tahu alasan kamu mau membeli ku dan memaksaku untuk menikah denganmu. Nggak mungkin itu cinta, Mas. Aku nggak bisa begitu saja memberikan cintaku saat kamu masih mencintai wanita lain, Mas!" kata Diandra segera beranjak dari tempat tidur setelah berhasil menyingkirkan tubuh Erlan dan masuk ke dalam walk in closet.
Entah kenapa tiba-tiba lidah Erlan membeku. Pertanyaan Diandra tidak pernah dia pikirkan sebelumnya. Ternyata sang Nenek memberitahu Diandra perihal dia menjalin hubungan dengan Cherin.
Beberapa saat kemudian, Diandra telah selesai berganti pakaian. Dia hendak keluar untuk membantu menyiapkan makan malam. Namun Erlan dengan cepat memeluk tubuh Diandra dari belakang.
"Mas, aku sudah pernah bilang padamu jika aku nggak punya tempat untuk berteduh kecuali rumah ini. Aku nggak mungkin kembali pada Ibu dan Kakak tiriku karena bisa saja aku dijadikan pelacurr. Aku bertahan dengan rasa sakit hanya karena keluargamu yang begitu baik padaku. Aku sama sekali nggak punya keberanian untuk mencintaimu karena aku takut hatiku akan semakin sakit saat melihatmu bersama kekasihmu. Jadi ... berhentilah mengatakan kamu mencintaiku. Aku ... jujur aku suka mendengarnya, bahkan sangat suka, tapi ...."
Tok!
Tok!
Suara ketukan pintu membuat Diandra melepaskan dengan paksa pelukan Erlan dan segera membuka pintu. "Kenapa kamu nggak turun juga, Sayang? Apa terjadi sesuatu di dalam?" tanya Nenek Harni kemudian menerobos masuk ke dalam kamar.
"Kenapa Nenek selalu curiga?" tanya Erlan.
"Karena Nenek tahu kamu belum putus dengan wanita majalah dewasa itu. Nenek juga tahu Diandra menangis karena melihat kamu dengan wanita itu sedang bermesraan. Kamu pikir Nenek bakal percaya sama kamu? Heh! Diandra, kamu tidur sama Nenek aja nanti, jangan kasih dia jatah sampai dia menyesali perbuatannya karena udah menyakitimu. Ayo kita makan. Biarkan saja laki-laki itu, nggak usah diurus," kata Nenek Harni kemudian menarik paksa Diandra menuju meja makan.
Erlan masih diam menatap pintu kamarnya yang tertutup. Dia harus membenarkan apa yang dikatakan sang nenek. Antara Cherin dan Diandra, tentu saja banyak sekali perbedaannya terutama untuk merebut hati Nenek dan Maminya. Cherin sama sekali tidak peduli dengan apa pun lagi kecuali karier dan menikah dengan Erlan. Selain itu tidak ada alasan untuk Erlan tetap bertahan dengan model majalah dewasa itu.
"Aku akan membuat kalian bahagia. Aku akan segera mengakhiri hubunganku dengan Cherin dan akan aku buktikan kalau aku benar-benar mencintaimu Diandra," batin Erlan seraya mengepalkan kedua tangannya.
........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Marina Tarigan
betul nenekmu Erlangga harus kamu betul2 menjahui shiren se jauh munhkin betspa jahatnya fia sampai memberi oat persngsang padamu Erlan
2025-03-23
0
ira
ah nenek Harni aku padamu 🤭🤭🤭 kapok kamu Erlangga harus puasa dulu nggak dapat jatah 🤣🤣🤣🤣🤣
2025-01-10
0
febby fadila
mantap nenek harni...
bila perlu tidur sma nenek trus biar erlan puasa dulu 😂😂😂😂😂
2025-01-12
0