Membuka Celana

Pria Dingin Itu Suamiku Bagian 20

Oleh Sept

Tiwi mengempaskan tangan Dito, wanita itu tidak suka pria tersebut menyentuh tangannya. Bukankah kemarin dia bilang bahwa Tiwi bukan seleranya? Marah, tersinggung juga kesal, Tiwi pun meninggalkan Dito sendirian. Jika ingin perkataan Dito yang kemarin, itu cukup membuatnya kesal.

BRUAKKK

Tiwi masuk ke kamarnya kemudian membanting pintu dengan keras.

***

Pagi hari, Tiwi bangun pagi-pagi sekali. Tidak mau lama-lama di apartemen tersebut. Karena terlalu terburu-buru ia keluar sampai meninggalkan ponselnya di atas nakas. Padahal sudah masuk lift, akhirnya ia pun keluar lagi saat menyadari smartphone miliknya ketinggalan di kamar.

Sampai di depan pintu apartemen, ia membuka pintunya dengan kunci access yang sudah ia miliki. Dilihatnya pintu kamar Dito masih tertutup. Seolah acuh, ia hanya masuk ke kamarnya kemudian mengambil ponsel.

Ketika akan kembali, ia sempat melirik ke belakang, dilihatnya pintu yang terkunci rapat tersebut. Entah mengapa instingnya mengatakan sesuatu telah terjadi, karena ini sudah pagi kenapa Dito masih di kamarnya, biasanya pria tersebut jarang bangun kesiangan.

Meskipun kesal dan marah pada Dito akhirnya Tiwi memutuskan mengetuk pintu tersebut takut jika Dito memiliki agenda penting saat itu.

Tok tok tok

"Dito," panggil Tiwi.

"Dit," panggil Tiwi sekali lagi. Tiwi melirik jam di tangannya, belum belum terlambat. Akhirnya ia pun mengetuk pintu tersebut sekali lagi, tidak lupa memanggil nama pria tersebut beberapa kali hingga mendapat respon.

"Dito ... bangun!"

Aneh juga, jarang sekali pria itu tidur begitu pulas. Mendengar suara berisik saja biasanya langsung bangun dan marah-marah.

"Tidur atau pingsan nih orang?" Tiwi kelihatan khawatir, bagaimanapun juga semalam ia melihat keadaan Dito yang sepertinya tidak baik-baik saja. Masih jelas teringat dalam benaknya bahwa semalam Dito wajahnya begitu pucat seperti orang sakit.

"Apa dia sakit?"

Bagaimanapun juga Dito adalah suaminya, ayah dari anak yang ia kandung. Tiwi lantas membangunkan pria itu sekali lagi, kali ini suaranya cukup keras dan lantang.

"DITOOO!"

Tidak lama berselang, mungkin karena suara Tiwi yang mirip kaleng rombeng membuat pintu terbuka dari dalam.

KLEK

Dito muncul dengan kantung mata yang hitam, matanya merah, wajahnya sangat layu, sepertinya pria itu benar-benar sakit dan harus dibawa ke rumah sakit pikir Tiwi.

"Kamu sakit?" tanya Tiwi, meskipun mereka adalah musuh tapi kalau dalam kondisi seperti ini rasanya Tiwi tidak tega menatap laki-laki yang terlihat lemah tersebut.

"Berisik sekali!" omel Dito, tidak peduli badannya sudah lemas tapi dia masih bisa memarahi Tiwi.

Tiwi sampai speechless, dia tidak bisa menyangka pria itu tidak bisa berdiri tegak tapi masih bisa marah-marah. Sakit tapi masih saja belagu.

"Ayo ke rumah sakit!" ajak Tiwi yang tidak peduli dengan ekspresi Dito yang menjengkelkan tersebut.

"Tidak usah!"

Tadinya Tiwi mau segera meninggalkan tempat tersebut. Tapi melihat kondisi Dito yang tidak baik-baik saja Ia pun memutuskan untuk menelpon seseorang.

Sebagai aksi kemanusiaan, Tiwi lantas membuatkan teh hangat untuk pria itu, tidak lupa mengeluarkan beberapa makanan dari dalam kulkas.

"Sok perhatian!" gumam Dito yang kini merebahkan tubuhnya di atas sofa.

15 menit kemudian. Seseorang mengetuk pintu. Laki-laki memakai setelan jas rapi warna hitam masuk sembari menyapa Tiwi yang sedang membuka pintu waktu itu.

"Masuklah!" kata Tiwi.

"Antar dia ke rumah sakit karena dia tidak mau pergi bersamaku," sambungnya.

"Siapa kau? Jangan mengatur-atur aku!" Dito menyela, ia berbicara dengan nada sinis, padahal perutnya perih sekali sudah berhari-hari lambungnya tidak terisi makanan baru diisi sedikit langsung keluar semua.

"Jangan seperti bayi kecil yang merepotkan semua orang," celetuk Tiwi tidak kalah tajam saat menyindir pria tersebut, suaminya sendiri.

Dito jelas marah karena Tiwi menganggapnya seperti bayi.

"Kau!!!"

Sekretaris Dito langsung mengambil alih, ia mencoba menengahi dan mencoba meredam kemarahan bosnya itu, dan tidak sengaja memegang lengan Dito ternyata badan Dito cukup panas.

"Tuan, sebaiknya kita pergi ke rumah sakit, tubuh anda sangat panas."

"Jangan berisik seperti dirinya," timpal Dito.

Sekretaris Dito kemudian melirik pada Tiwi, seolah memohon pada istri bosnya itu untuk membujuk agar Dito mau dibawa ke rumah sakit.

Tiwi menghela nafas panjang kemudian masuk ke kamar, ia mengambil termometer miliknya. Setelah itu ia mendekati Dito yang rebahan di sofa, dengan kasar ia meletakkan termometer ke mulut Dito, sampai pria itu melotot padanya.

"Sakit boleh, menyusahkan jangan!" cetus Tiwi.

Tut Tut Tut

Ternyata suhu di tol sampai 40 derajat.

"Nona Tiwi sebaiknya kita bawa tuan ke rumah sakit, suhu badan ini cukup tinggi," ajak sekretaris Dito.

Tiwi menatap wajah Dito yang mengesalkan, tapi ia juga kasihan karena badan pria tersebut memang panas.

***

Awalnya tidak mau. Namun, karena Tiwi dan sang sekretaris terus memaksa akhirnya Dito turun dari gedung dengan di papah oleh sekretarisnya, sebab ia tidak suka bersentuhan fisik dengan Tiwi, mereka masih perang dingin.

Sampai di rumah sakit Dito langsung ditangani. Karena memang tubuhnya lemas Dito pun langsung diberi cairan.

Atas kejadian ini yaitu masuknya Dito ke rumah sakit, Tiwi pun absen ia tidak berangkat kerja. Kabar Dito masuk rumah sakit pun terdengar oleh orang tuanya dan juga orang tua Tiwi, malam harinya semua orang datang ke rumah sakit untuk melihat kondisi Dito.

Di depan orang-orang Tiwi dan Dito berakting baik-baik saja, jarang sekali melempar pandangan sinis. Namun, ketika saat orang-orang pulang yaitu pada malam hari. Dito dan Tiwi kembali bersikap sangat acuh. Sama-sama membuang muka, karena sudah larut malam, sekretaris Dito pun pamit pergi hanya meninggalkan sepasang pengantin baru tersebut di rumah sakit.

Pukul 01.00 dini hari Dito terbangun, dahinya berkeringat. Ia melirik Tiwi yang tiduran di ranjang sebelahnya, tiba-tiba ia ingin buang air kecil. Dengan pelan ia mencoba turun dari ranjang kemudian meraih tiang infus.

Tidak tahunya selangnya malah nyangkut, selang infus menyentuh botol mineral di atas meja membuat botol tersebut jatuh dan menimbulkan suara. Seketika Tiwi bangun karena kaget.

"Mau apa?" tanya Tiwi.

Dito hanya melengos, pria itu kemudian berjalan menuju kamar mandi. Tiwi yang terlanjur terbangun ia pun memperhatikan kamar mandi cukup lama dan Dito belum juga kembali.

Di dalam kamar mandi, Dito mengumpat kesal karena ia kesulitan membuka celanan dan bersambung.

Jangan lupa like, vote, dan komen absurd yang banyak. pasti aku baca kok hehehe... sambil ngakak.

Btw, silahkan klik profile Sept, atau ketik Sept di kolom pencarian, temukan 24 judul yang sudah Sept tulis yaa. semoga menghibur.

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

maka nya minta tolong sama Tiwi.....

2024-04-26

0

putia salim

putia salim

kualat km dito

2023-03-21

0

Zamie Assyakur

Zamie Assyakur

😂😂😂😂😂

2023-02-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!