S A H

Pria Dingin Itu Suamiku Bagian 13

Oleh Sept

Kediaman keluarga pak Burhan. Malam itu pak Burhan pulang sebentar ketika mendapat telpon dari ART bahwa ada tamu di rumah mereka. Saat ini, pak Burhan dan Tiwi meninggalkan nyonya Haidar di rumah sakit. Ada tante Tiwi yang menunggu di sana.

Pak Burhan buru-buru pulang bersama Tiwi karena ternyata Dito datang. Menurut Bibi, ART di rumahnya, Dito datang bersama orang tuanya. Ketika pak Burhan tiba dan bertatap muka langsung dengan keluarga Dito, pak Burhan mencoba untuk tenang dan tidak emosi.

Bagaimana pun juga, Tiwi harus segera menikah. Nanti jika anak itu lahir dengan status tidak jelas, maka akan mencoreng nama besar keluarga. Malam itu juga, pak Burhan mengatakan tuntutan pada keluarga Dito Narendra.

"Bagaimana? Ini putri saya sudah hamil!" kata pak Burhan. Seketika suasana menjadi kikuk. Baik mama serta papanya merasa tidak enak pada keluarga Tiwi. Sementara itu, Dito tidak banyak bicara. Dia lebih memilih diam. Selain dia tidak menginginkan pernikahan ini, lambungnya juga seperti bermasalah lagi.

"Putra kami akan bertanggung jawab," kata mamanya Dito. Wanita itu kemudian meminta maaf atas apa yang sudah terjadi.

"Mereka sudah dewasa, mereka harus tanggung jawab terhadap apa yang mereka lakukan, apalagi sudah ada janinnya," tambah sang mama. Wanita tersebut kemudian menatap putranya yang tertunduk.

Dito tidak sedang merasa bersalah, dia hanya sedang menahan perutnya yang kembali mual.

"Permisi, bisa pinjam kamar kecilnya?" Dito menyela karena sudah tidak tahan lagi.

"Tiwi, antarkan Dito!" kata pak Burhan yang baru tahu nama lengkap Dito tersebut.

Tiwi dengan wajah terpaksa, ia pun memandu Dito ke kamar kecil yang ada di dekat dapur. Setelah itu meninggalkan pria tersebut sendirian. Ia balik ke ruang tamu. Di sana dia mendengar papanya sedikit marah pada orang tua Dito.

"Anak saya perempuan, dan di sini anak saya yang sangat diralugikan!" kata pak Burhan marah.

"Tapi itu kan mereka lakukan berdua."

Papanya Dito sepertinya tidak mau anaknya disalahkan sepenuhnya. Sebab pasti mereka melakukan suka sama suka.

"Ehem ...!" Mamanya Dito berdehem, kemudian memegangi tangan suaminya. Berharap jangan memperkeruh suasana. Bagaimana pun juga masih untung Dito tidak diseret ke kantor polisi.

Keributan mereka terhenti, ketika Dito masuk. Pria itu jalan mendahului Tiwi.

Tiwi duduk dengan lesu, sepertinya pernikahan ini bukan pilihan terbaik. Sebab pernikahan bukan atas dasar cinta. Hanya karena rasa tanggung jawab saja. Dia sudah membayangkan neraka seperti apa yang akan ia jalain. Hidup satu atap dengan pria asing?

Nasi sudah jadi bubur. Mau tidak mau sepertinya ia harus menurut apa kata papanya. Kalau tidak, dia pasti akan dicoret dati kartu keluarga sang papa.

"Jadi kapan?" tanya pak Burhan tegas. Membuat Tiwi langsung tersadar dari lamunan.

"Segera, sebelum perutnya membesar," jawab mamanya Dito.

"Baik, segera saya urus semua surat-suratnya."

"Baik, kami juga akan segera mengurus persiapan pernikahan," kata wanita paruh baya tersebut.

Matanya kemudian menatap perut Tiwi, Dito yang akan ia jodohkan, malah sudah membuat wanita lain hamil. Sungguh membuatnya pusing. Namun, mau bagaimana lagi? Semua terlanjur terjadi.

***

Kondisi kesehatan nyonya Haidar langsung membaik. Mendengar kabar baik dari suaminya, kesehatan beliau pun perlahan pulih. Apalagi ia akan melihat Tiwi menikah, jelas nyonya Haidar ingin segera keluar dari rumah sakit.

Hari yang ditunggu akhirnya datang juga. Beberapa hari kemudian, nyonya Haidar boleh pulang. Tidak sabar rasanya melihat Tiwi menikah. Setidaknya, nama besar keluarga tidak akan rusak di mata orang-orang. Kalau jarak kelahiran dan jarak pernikahan cukup dekat, katakan saja bayinya premature. Atau katakan saja nikah siri duluan. Setidaknya mereka tidak malu di mata masyarakat.

D-Day

Suasana di kediaman keluarga pak Burhan sangat ramai. Halaman rumah mereka yang luas, kini disulap menjadi tempat acara pernikahan yang wah.

Mereka mengundang banyak tamu, kali ini tidak di gedung. Mungkin keluarga mereka trauma. Jadi akan diselengarakan di rumah saja.

Sebuah pesta pernikahan sudah siap, tinggal menunggu kedatangan sang mempelai pria. Dari tadi nyonya Haidar ketar-ketir, entah menagap dia merasa takut. Takut jika pernikahan kembali gagal. Namun, bibirnya menggembang mengulas senyum tatkala melihat kedatangan keluar besan.

Dito Narendra datang dengan jas rapi, pria itu berjalan bersama kedua orang tuanya. Dan acara pun siap dimuali.

***

"Bagaimana? Bisa dimulai?"

Semua mengangguk.

...

"Saya terima nikahnya dan kawinnya Tiwi Isania Gunawan binti Burhan dengan mas kawin tersebut, dibayar tunai."

"Bagaimana saksi, sah?"

...

Tiwi memejamkan mata, bulir bening menetes dari matanya. Terlihat sekali, dia tidak bahagia dengan pernikahan paksa ini.

BERSAMBUNG

IG Sept_September2020

Fb Sept September

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

sabar saja Tiwi jalani.... mantap visual nya

2024-04-26

0

ulfah maria

ulfah maria

mengapa

2024-03-29

0

ulfah maria

ulfah maria

dari

2024-03-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!