KETEMU

Pria Dingin Itu Suamiku Bagian 9

Oleh Sept

Nyonya Haidar dibawa ke rumah sakit beberapa saat kemudian, karena beliau tidak hanya sekedar pingsan. Setelah Tiwi memanggil dokter, dokter menyarankan agar nyonya Haidar segera dibawa ke rumah sakit. Agar mendapat penanganan terbaik.

Tekanan darahnya lemah, badan lemas, bangun sebentar mengeluhkan sesak. Ibu mana yang tidak langsung drop dan down ketika di hadapkan pada kasus seperti Tiwi. Anak gadis satu-satunya hamil sebelum menikah. Lebih parahnya lagi, anak gadisnya itu tidak tahu identitas pria yang sudah berhasil membuahinya tersebut. Sungguh, kepala nyonya Haidar dibuat nyut-nyutan oleh Tiwi Isania Gunawan.

"Lihat kamu? Ini akibat ulah kamu yang tidak hati-hati, Tiwi!" ujar pak Burhan yang ingin marah semarahnya, akan tetapi ia tahan karena sekarang ada di rumah sakit. Mungkin juga faktor umur, laki-laki itu terlihat gampang sekali emosi.

Sementara itu, Tiwi hanya mampu menundukkan kepalanya, dia tidak berani menatap mata sang papa. Laki-laki paruh baya bernama lengkap Burhanudin Gunawan tersebut kelihatan sangat marah sekali putrinya.

"Mau jadi apa kamu sekarang? Bagaimana nasib kamu ... Hem?" Pak Burhan terus saja mengintimidasi Tiwi. Mungkin karena terlanjur kecewa berat.

Samar-samar terdengar suara isak tangis Tiwi, mereka sekarang ada di luar kamar rawat inap nyonya Haidar. Sengaja biar nyona Haidar tidak mendengar kemarahan Pak Burhan.

"Maafin Tiwi, Pa." Suara Tiwi serak saat minta maaf pada papanya. Ia sangat menyesal dengan apa yang ia lakukan. Menyesal atas apa yang ia alami saat ini. Kalau waktu bisa diputar, Tiwi mungkin akan tidak membiarkan hal ini terjadi. Namun, semua sekarang sudah terlambat. Ia tidak bisa memutar waktu. Hanya harus bisa menerima kenyataan, bahwa dia sekarang hamil padahal belum menikah.

Mendengar permintaan maaf Tiwi untuk yang kesekian kali, pak Burhan menghela napas berat.

"Kamu pikir semua masalah selesai hanya dengan kata maaf?" balas pak Burhan menahan emosi.

Semakin sesaklah Tiwi menangis, pak Burhan yang tambah emosi. Akhirnya memilih masuk ruangan, menutup pintu dengan keras. Mungkin juga sangat jengkel.

BRUAKKK

Tubuh Tiwi sampai tersentak kaget. Tiwi lalu melihat sekitar, lorong panjang tanpa penghuni, memang karena dia ada di kamar VIP yang pasti sepi. Tidak berani masuk, Tiwi kemudian berjalan seorang diri menyusuri lorong. Sesekali ia mengusap pipinya. Sambil berpikir, mau cari ke mana ayah dari janin yang ia kandung? Gadis itu benar-benar dilema.

Tidak terasa kakinya sampai di sebuah taman rumah sakit, cukup ramai. Ada beberapa pasien yang sedang mencari udara segar. Tubuhnya lelah, Tiwi sebenarnya butuh istirahat juga. Apalagi dia kondisinya sedang hamil muda. Seharusnya tidak boleh terlalu banyak beban pikiran.

Tiwi yang saat ini pikirannya sedang tertekan, mulai merasakan nyeri. Perutnya perih, mungkin juga akhir-akhir ini dia jarang makan. Beban mental akibat hamil tanpa suami, membuatnya setresss. Dan kini ia mengalami kram seperti mau datang bulan. Tidak tahan, ia pun meringis sambil memegangi perutnya.

"Kamu kuat Tiwi ... Kamu kuat. Tuhan tidak akan menguji umat-Nya melebihi batas kemampuan," gumamnya dengan mata sembab.

Mamanya sakit, papanya sangat marah, Tiwi benar-benar tidak punya someone yang bisa memberikan dia support. Dia merasa sendiri, hanya janin yang dia kandung, hanya itu yang bersamanya.

Apa Tiwi ingin menghilangkan janin tersebut? Tidak. Seburuk-buruknya Tiwi, dia tidak mau membunuhh. Apalagi anak sendiri, mungkin ini juga hukuman bagi Tiwi. Karena berani mampir ke klab. Berani minum minuman saiton. Berani tidur bersama pria padahal belum menikah.

Tiba-tiba Tiwi merasakan sangat bersalah. Semua ini memang salahnya. Benar kata papa, semuanya sudah terlambat kalau dia mengaku salah. Dengan sedikit kekuatan yang dia punya, Tiwi berusaha bangkit.

Sambil memegang tembok di dekatnya, Tiwi berdiri tegap. Bukan saatnya meratapi nasib. Nasi sudah jadi bubur, mau menangis darah pun semuanya sudah terjadi.

***

Esok harinya.

"Mama mau pulang saja, Pa."

Nyonya Haidar memaksa pulang, padahal tensinya belum stabil. Kesehatan beliau masih buruk, tapi memaksa untuk tetap pulang.

"Mama di sini saja, ya," pinta Tiwi.

Nyonya Haidar langsung memalingkan muka, bukan benci sama Tiwi. Namun, gak sanggup membayangkan nasib cucunya nanti, karena bakal tidak tahu siapa ayahnya yang sebenarnya. Dosa apa di masa lalu? kenapa nasib putrinya begini? Gagal nikah, hamil tanpa suami.

Tap tap tap

Seorang perawat masuk.

"Mbk, ini resep ibunya. Bisa diambil di apotik." Perawat tersebut berbicara pada Tiwi.

Tiwi pun mengangguk. Ia keluar, tidak lupa melirik sang papa yang tidak mengajaknya bicara setelah pertengakaran kemarin.

***

Di apotik.

Tiwi lupa, tasnya masih dalam mobil. Ia pun ke parkiran dulu sebelum menebus resep obat sang mama. Sepanjang jalan, tatapan matanya kosong. Lebih banyak melamun. Tempat parkir pagi itu cukup sepi, Tiwi pun membuka pintu mobilnya, mengambil sesuatu dari dalam sana.

Saat ia mengambil sesuatu dari dalam mobil, sebuah mobil lain melintas di depannya. Di dalam mobil tersebut, Dito duduk di depan, sambil melipat tangan. Wajahnya dingin, sendingin hatinya saat ini. Samuel sudah di Italy, dan belum mendapat informasi apapun di sana.

Sementara itu, Tiwi yang sudah mengambil barang miliknya, kemudian menutup pintu mobilnya, lalu berjalan dengan lesu di area parkiran. Dan Dito yang tidak percaya dengan perkataan dokter Richard kemarin, moodnya kembali memburuk. Tapi ia tidak mau di rumah sakit lama-lama. Dia tidak sakit, tapi sepertinya akan ke luar negeri. Ia yakin, tubuhnya bermasalah. Tapi bukan berarti ada gadis yang sudah hamil anaknya, dia masih menepis dugaan tersebut. Dugaan yang baginya tidak masuk akal.

Kini, saat mobil melaju dengan pelan karena masih di area parkiran, dia kembali marah-marah pada sang driver. Suasana hatinya memang lagi kacau, bawaannya ingin marah-marah saja. Sudah persis ibu-ibu hamil, yang sedang baper-bapernya.

"Kenapa lamban sekali?" omelnya.

Pak sopir hanya bisa menelan ludah. Sebagai bawahan, sudah biasa sarapan omelan. Ia pun kembali fokus menyetir lagi. Namun, tiba-tiba sang sopir terkejut karena perintah Dito, tuan besarnya itu yang mendadak minta mobilnya berhenti.

"Stop!" seru Dito.

CHITTT

Sang sopir menginjak pedal rem secara mendadak. Karena Dito juga bilangnya tiba-tiba.

KLEK

Dito langsung membuka pintu mobil, ia turun dan menatap gadis yang berjalan di belakang mobilnya.

'Gadis itu,' gumamnya dalam hati.

BERSAMBUNG

IG Sept_September2020

Fb Sept September

Ada 24 judul cerita yang tersedia, silahkan klik profile Sept. Atau ketik Sept di kolom pencarian. Semoga terhibur ya. Terima kasih. Salam lope lope. Xixixiix

Terpopuler

Comments

Diana diana

Diana diana

klo emang udah jodoh ya , pasti ketemu

2024-01-19

1

inisial AE ✨

inisial AE ✨

Semudah itu mereka bertemu.... Jodoh memang ditangan author 😄😄

2023-07-30

0

putia salim

putia salim

Dito jngan marah2 nanti km cepat tua....🎤🎤

2023-03-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!