Bukan Alex

Pria Dingin Itu Suamiku Bagian 6

Oleh Sept

Hari pertama Dito pulang, pria itu merasa ada yang salah dengan tubuhnya. Namun, dia tidak memperdulikan hal tersebut. Dito malah memilih pergi main golf bersama rekannya. Dia pulang juga bukan sekedar pulang. Sepertinya akan menetap di sana.

"Ma ... malam ini Dito mungkin gak pulang," ucap pria berparas tampan tersebut.

Jelas sang mama langsung protes. Untuk apa Dito pulang tapi ujung-ujungnya tidak di rumah, punya anak dan tidak kok sama saja.

"Nanti malam ada makan malam sama keluarga tante Anne," ujar nyonya Sonia Atmadja, mamanya Dito.

Nanti malam rencananya nyonya Sonia akan mengelar makan malam di rumahnya. Sekaligus merayakan kedatangan Dito yang sudah lama meninggal Indonesia.

"Maaf, Ma. Dito udah ada acara lain," ucapnya datar kemudian meminta Samuel membawa semua barang-barang untuk main golf.

"Dit ... Dito!" panggil nyonya Sonia. Tapi sama sekali tidak didengar oleh anaknya tersebut. Wanita itu sangat kesal, Dito itu keras kepala sekali. Susah sekali dibilang.

"Astaga anak ini, 11 12 sama papanya. Gak bisa dikasih tahu!" omel nyonya Sonia kemudian mencari ponselnya. Lebih baik makan malam diundur. Percuma kalau Dito gak ada. Rencananya kan mau dikenalkan sama anaknya tante Anne yang lama kuliah di LA.

***

Di dalam mobil, menuju ke tempat lapangan golf dan juga resort. Dito mulai merasa perutnya tidak beres. Sampai ia meminta Samuel mencari sesuatu.

Mobil berhenti di sebuah apotik sejenak, kemudian langsung kembali masuk jalan utama menuju resort.

"Tuan baik-baik saja? Apa kita ke rumah sakit?" Sam mencoba bertanya, tapi sepertinya ia salah bertanya.

Dito langsung melirik tajam. Dan Sam pun langsung mengalihkan perhatian. Di tempat lain. Di sebuah apartment. Tiwi sedang kerja, tapi nyonya Haidar sedang di apartment. Wanita itu sangat sayang pada Tiwi, dia membawa banyak makanan untuk diisi ke kulkas.

Tiwi sekarang tinggal sendiri, membuat sang mama ketar-ketir. Harusnya anaknya itu kini sudah bahagia hidup berumah tangga. Punya pendamping dan keluarga kecil. Tiba-tiba dia merasa jengkel dengan mantan calon mantunya itu. Sambil membereskan apartment Tiwi yang tidak begitu kotor, nyonya Haidar marah-marah. Seolah-olah ada Alex di depannya.

"Untung ketahuan belangnya sebelum nikah. Kalau terlanjur nikah? Bisa malu keluarga besar. Kurang apa coba anak Mama? Cantik, pinter, mandiri ... dasar laki-laki. Amit-amit!"

Sambil emosi, nyonya Haidar menarik kantong kresek dari tempat sampah. Mau ia taruh di luar, biar dibuang sekalian pas dia pulang nanti.

Beberapa jam kemudian.

Tiwi datang, hari sudah sore, hampir pukul empat. Langit juga mendung, mungkin sebentar lagi akan turun hujan.

KLEK

"Maa ..."

Tiwi datang menyapa sang mama, tapi ia kaget. Tumben papanya juga datang. Biasanya sang papa jarang sekali ke apartment miliknya.

"Tumben, Pa?" tanya Tiwi basa-basi.

Pak Burhan langsung melempar alat test kehamilan ke atas meja. Membuat wajah Tiwi langsung berubah.

"Apa si brengsekk itu yang sudah membuatmu hamil?" tanya papa Burhan dengan emosional.

Satu jam yang lalu Pak Burhan langsung datang saat istrinya memintanya datang ke apartment. Nyonya Haidar panik, ketika menemukan tes pack di dalam keranjang sampah. Dia bingung, sebab alat itu menunjukkan ada garis 2. Artinya ada yang hamil di apartemen itu.

Keduanya menduga, ini pasti ulah Alex. Makanya mereka langsung murka begitu Tiwi datang. Kenapa bodohh sekalian menyerahkan mahkotanya sebelum menikah. Kalau begini, mereka harus bagaimana? Betapa mereka tidak punya muka lagi di depan orang-orang.

"Jawab Papa!" sentak pak Burhan marah. Pria itu sampai mengguncang bahu Tiwi berkali-kali.

"Apa itu anaknya Alex?" tanya nyonya Haidar dengan tatapan nanar.

Tiwi tidak bisa menjawab, masalah dia juga tidak tahu, siapa ayah dari janin yang ia kandung sekarang. Tiwi berani bersumpah, dia tidak tahu mengandung anak siapa.

"Kenapa diam? Katakan sekarang! Biar Papa seret laki-laki brengsekk itu!" ancam pak Burhan. Pria itu sudah di ubun-ubun. Sudah emosi sekali. Siapa yang tidak marah, anak gadisnya tiba-tiba hamil tanpa ikatan pernikahan.

Tiwi menggeleng, dia benar-benar tidak punya jawaban untuk pertanyaan kedua orang tuanya itu. Dia belum berani bicara atas kejadian yang sebenarnya di Italia.

"Jangan diam! Katakan anak siapa ini?" sentak pria itu lagi.

Pak Burhan menarik tangan Tiwi sampai gadis itu terduduk di atas sofa. Suasana saat itu sangat tegang, apartemen yang semula sepi mendadak menjadi mencekam.

Tes ... Tes ...

Bulir bening jatuh menyeberangi pipi Tiwi. Dia benar-benar tidak tahu hamil anak siapa. Ia memang bodohh, mengapa tidak bisa menjaga diri dan malah membuat kedua orang tuanya sangat malu.

"Pasti Alex, kan? Laki-laki itu ... benar-benar kurang ajarr," timpal nyonya Haidar yang ikut tidak bisa menahan emosinya. Nyona Haidar mengeratkan giginya. Sudah tidak bisa lagi menahan emosinya. Ia juga mencengkram bahu Tiwi, memastikan bahwa Tiwi hamil anak Alex.

"Pa ... Kita ke rumah Alex sekarang!" ajak nyonya Haidar yang tidak tahan karena Tiwi diam saja.

Pak Burhan lantas meraih kunci mobil yang semula ada di atas meja. Keduanya hendak pergi meninggalkan apartment. Namun, suara Tiwi langsung membuat keduanya shock. Mereka terkejut atas perkataan Tiwi yang seperti petir di siang bolong.

"Bukan! Bukan anak Alex."

Suara Tiwi sebenarnya sangat pelan, tapi sangat jelas di telinga pak Burhan dan juga nyona Haidar.

"Apa maksud kamu, Tiwi?" tanya nyona Haidar dengan bibir bergetar.

Kepala Tiwi menggeleng pelan, kemudian mengatakan sesuatu lagi. Bibirnya yang semula terkunci rapat, kini mulai bersuara.

"Tiwi tidak pernah melakukan hal itu dengan Alex, ini bukan anak Alex," ucap Tiwi kemudian menundukkan kepalanya dalam. Sungguh ia malu, tidak sanggup menatap mata sang papa dan mama yang pasti kecewa besar padanya.

"Tiwi ... kamu ..."

Nyona Haidar sampai sesak, napasnya senin Kemis, punya anak seperti Tiwi benar-benar senam jantung.

"Apa maksud kamu, jelaskan pada kami!" sentak pak Burhan yang sejak tadi tidak bisa kontrol emosi.

Tidak seperti nyona Haidar, pak Burhan cenderung panasan. Emosional meluap-luap, membuat Tiwi merasa semakin bersalah.

"Kalau bukan Alex, lalu siapa? Katakan! Dengan siapa kau tidur selama ini?" bentak pak Burhan yang sudah hilang kesabaran.

Tubun Tiwi rasanya tidak bisa berdiri tegap, kakinya gemetar, ia rasanya mau pingsan.

BERSAMBUNG

KLIK profile Sept, ada 24 judul yang tersedia atau ketik Sept di kolom pencarian. Semoga ada yang suka... terima kasih. Jangan lupa Komen, like, Dan vote hehhehe

Fb Sept September

IG Sept_September2020

tengkyu bestie.

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

jujur saja Tiwi....

2024-04-26

0

ulfah maria

ulfah maria

Tubuh

2024-03-29

0

Dahlia Anwar

Dahlia Anwar

kenapa engga cerita ke ortu biar engga ada asumsi lain ,, dasar Tiwi

2023-05-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!