BAB 7

Emma duduk sendiri sambil menatap bunga yang sedang bermekaran di hadapannya, bunga itu terlihat indah di matanya, ia mengamati bunga tersebut sambil memikirkan nasib hidupnya yang penuh dengan cobaan, belum juga ia merasa sedih karena ayahnya meninggal, kini malah ibu tirinya tega menjualnya.

Bersyukur ada orang baik yang mau menolongnya, kalau tidak Emma tidak akan tahu nasibnya kedepan.

Tak terasa sudut mata Emma mengeluarkan buliran bening, Emma langsung mengusap air matanya, ia tak mau terlihat lemah di hadapan orang lain, apa lagi orang asing seperti Max, ia takut Max akan memanfaatkan kelemahannya.

Tanpa Emma sadari, sejak tadi Max memperhatikannya dari ekor matanya.

Max hanya memperhatikannya saja, tanpa mau menghampirinya.

"Reva, ayo kita pulang" ajak Max, membuat Reva yang sedang bermain dengan kedua anak harimau pun menoleh.

"No om, Reva ngga mau pulang kalau Om Max tidak ijinkan Reva bawa mereka" tolak Reva.

Max menghela nafas berat.

"Nanti kalau papa kamu marah bagaimana" ujar Max.

"Tidak, nanti biar Reva yang bilang sama papa buat melihara mereka, nanti Reva juga minta papa untuk membuatkan tempat tidur untuk mereka, seperti Molly kucingnya mama juga punya tempat tidur sendiri" ucap Reva.

"Astaga, ini macan woyy bukan kucing oren, bisa-bisanya di samakan sama Molly" batin Max menjerit frustasi.

"Kalau begitu bawa saja yang Snow, yang Dexter tinggal" ucap Max pasrah, di larang pun percuma.

Maju kena mundur kena, begitulah posisi Max sekarang, bawa Snow sudah pasti kena marah sama Arsen, karena mereka pergi ke hutan tanpa pamit dan pulang-pulang malah bawa harimau.

Kalau tidak di bolehkan bawa harimau, nona kecilnya itu tidak mau pulang, ujung-ujungnya Arsen akan mencarinya dan memarahinya juga.

"Tapi kalau Reva cuma bawa Snow, nanti kasihan Dexter tidak ada temannya om" ucap Reva mencoba bernegosiasi.

"Kan dia punya orang tua Reva sayang" ucap Max gemes.

"Tetap saja nanti papa mamanya Dexter sibuk, nanti Dexter tidak ada teman main. seperti papa Reva yang selalu bekerja" desak Reva.

"Ya tuhan, tolong hambamu sekali ini saja. Memangnya harimau sibuk apa, ya kali dia mau bekerja" batin Max frustasi.

"Satu atau tidak sama sekali" tegas Max yang sudah gemas.

Ternyata bernegosiasi dengan nona kecilnya lebih sulit, ketimbang menghadapi musuhnya.

"Ok deh, dari pada Reva nda dapat dua-duanya, satu dulu nda apa-apa, nanti Reva rayu om Max lagi, hihihihi" gumam Reva supaya Max tidak dengar.

"Iya Om, Reva bawa Snow saja" ucap Reva.

"Yasudah cepat, nanti kalau kesorean kita di cari papa kamu" aja Max.

Max mengalihkan pandangannya ke Emma yang sedang melamun.

"Kamu mau ikut kami pulang atau masih mau melamun di sini" ucap Max menyadarkan lamunan ma.

"Eh, baik tuan...saya akanikut tuan pulanh" sahut Emma kaget.

Ema berdiri dari duduknya, lalu mendekati Reva.

"Ayo sayang, onty gendong" ucap Emma.

"Memangnya onty kuat gendong Reva, badan Reva berat onty" sahut Reva yang sedikit ragu

"Jangan remehkan kekuatan onty sayang" ucap Emma dengan senyum manis.

Deg

"Senyum nya manis sekali" batin Max, Max segera menepisnya.

Mereka pun akhirnya pulang dengan membawa anak harimau, Reva duduk di belakang dengan Snow.

Sedangkan Emma duduk di depan di sebelah kursi kemudi. Emma dan Max hanya diam saja tak ada obrolan sama sekali.

Di mobil itu hanya ada suara celotehan Reva yang sedang mengajak Snow mengobrol.

Setelah memakan waktu yang cukup panjang. akhirnya mereja sampai di mansion Arsen.

"Kamu tunggu di mobil saja, saya akan masuk sebentar" ucap Max.

Emma mengangguk patuh seolah terhipnotis dengan wajah tampan Max.

Max dan Reva turun lalu masuk ke dalam di ikuti oleh Snow di belakangnya.

"Selamat sore semuanya, Reva cantik pulang" teriak Reva dengan riangnya masuk ke rumah.

"Reva berisik, ini di rumah bukan di hutan" tegur Reynand.

"Suka-suka Reva, ini kan rumah na Reva. Wlee.. " ejek Reva seraya menjulurkan lidahnya.

"Kalian dari mana saja?, kenapa jam segini baru pulang" sela Arsen menghentikan perdebatan mereka, dia menatap tajam ke arah Reva dan juga Max.

"Emmm... anu papa, emm" ucap Reva gagap, dia tak tahu harus jawab apa, pasalnya dia tidak mungkin bisa bohong lagi, karena dia pulang bawa harimau.

"Kenapa tidak bisa jawab" desak Arsen.

"Anu tuan, kita dari hutan" jawab Max sambil menunduk.

"Apa kamu bilang? jadi kamu bohong sama papa?, jawab Reva Davidson" tegas Arsen.

"Maaf pa" cicit Reva.

Arsen tak habis pikir dengan apa yang di lakukan oleh putri serta bodyguardnya itu, bisa-bisa mereka berani membohonginya.

"Dan kamu Max! kenapa kamu tidak ijin dulu kepada saya kalau membawa Reva ke hutan" ucap Arsen dengan tatapan marah.

"Karena tuan pasti tak mengijinkan kami ke hutan" jawab Max.

Max tak mungkin berkata jujur kalau dirinya di paksa bohong oleh nona kecilnya itu. Max tak tega kalau nona kecilnya kena hukuman dari tuannya.

"Terus kalian bisa seenaknya membohongi kami, begitu hah? ucap Arsen sedikit meninggikan suaranya.

Alisya mengelus punggung suaminya untuk meredakan emosinya.

"Sudah Ar, kasihan putrimu itu" tegur Reagan yang merasa kasihan melihat wajah ketakutan Reva.

Arsen menatap wajah putrinya yang menunduk sambil tanganya meremat ujung bajunya, ia mengambil nafas dalam, lalu menghembuskannya lewat mulut.

"Kali ini papa maafkan, tapi tidak untuk lain kali, papa paling tidak suka putri papa menjadi tukang bohong" ucap Arsen ketika sudah bisa menetralkan emosinya.

"Terima kasih papa, Reva janji tidak akan berbohong lagi" ucap Reva sambil mengangkat wajahnya menatap papanya.

Reva tidak menangis sedikitpun, mungkin gadis kecil itu tahu kalau dirinya salah, dan harus berani menanggung konsekuensinya.

"Untung kalian pulang dengan selamat, kalau tidak bagaimana, papa mau nyari kamu kemana hmm" ucap Arsen seraya menarik lengan putrinya, akan tetapi Reva tetap mempertahankan posisinya.

Arsen mengeryitkan dahinya, menatap mereka berdua.

"Apa yang kalian sembunyikan di belakang tubuh kalian?" tanya Arsen.

"Anu pa, Reva bawa Snow" jawab Reva gugup.

"Kucing? atau kelinci? apa kamu membawa dia dari hutan hmm" tanya Arsen penasaran.

"Bukan pa, tapi dia anak harimau" lirihnya.

"Apa?" pekik Mereka kompak seraya membulatkan matanya

Semua orang yang ada di ruang tamu kaget mendengar ucapan Reva yang enteng tanpa beban, sedang kan Max menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Arsen langsung menarik tubuh putrinya, dia takut kalao anak harimau itu mengigit Reva.

*

*

Sedangkan di mobil Emma merasa bosan menunggu Max yang tak kunjung keluar dari rumah Arsen.

Emma menguap dan tak lama Emma tertidur di dalam mobil.

Bersambung

Happy reading guys🙏

Terpopuler

Comments

yosya

yosya

oalah.. ternyata tertidur to...
terjawab sudah rasa penasaran ku waktu itu..
🤭🤭😄😄

2022-12-28

1

yosya

yosya

macan juga kucing woy... Om Max...
hanya bedanya dia versi jumbo..
🤣🤣🤣🤣

2022-12-28

0

Har Tini

Har Tini

jodoh ny emma itu aunty emma🤭

2022-12-12

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!