BAB 12

"Sit... Bukankah itu tua bangka bersama istrinya, mau ngapain mereka ada di sini" gumam Emma sambil menurunkan letak topinya agar lebih menutupi mukanya.

Darso sedang menemani istri mudanya berbelanja di Mall, karena kebetulan hari ini merupakan jadwalnya bersama istri mudanya.

Darso tak sedikitpun mengenali Emma, mungkin karena wajah Emma yang tertutup.

Kini giliran kasir menghitung belanjaan Emma,

Emm menunggu belanjaanya di hitung dengan perasaan gelisah, ia takut kalau Darso mengenali dirinya.

"Ini mbak" ucap Emma sambil menyodorkan kartunya.

Kasir menggesekan kartu tersebut ke mesin EDC, kasir memencet angka sesuai jumlah nominal belanjaan Emma.

"Terima kasih" ucap sang kasir setelah menyelesaikan transaksi pembayaran.

Emma buru-buru mengambil belanjaannya dan mencari keberadaan Max.

"Kita harus segera pergi dari sini tuan," ajak Emma ketika sudah menemukan keberadaan Max.

"Kenapa kau seperti orang ketakutan begitu" tanya Max heran.

"Tua bangka itu ada di sini, saya tak mau dia dan anak buahnya kembali menangkap saya" sahut Emma dengan wajah yang sudah pucat, seperti tak ada aliran darah yang mengalir di tubuhnya.

Emma menarik tangan Max dan membawanya pergi menjauhi Darso.

"Hai pelan-pelan" protes Max, karena Emma menarik lengannya sambil berlari.

"Kita harus cepat keluar dari Mall ini tuan" sahut Emma tanpa menoleh kebelakang.

Max menghela nafas sabar, sambil mengikuti langkah Emma yang terburu-buru.

Setibanya di parkiran Emm langsung membuka pintu mobil Max.

Bugh

Emma masuk ke mobil dan langsung menutup pintunya.

"Syukurlah, tua bangka itu tak mengenaliku" kata Emma sambil melepas masker serta topinya.

Max melirik sekilas ke arah Emma, setelah itu menatap lurus ke depan sambil menyalakan mesin mobilnya.

"Sebenarnya apa masalahmu dengannya?" tanya Max penasaran.

Sebelum menjawab pertanyaan Max, Emma mengambil nafas dalam-dalam lalu mengeluarkannya.

"Saya juga tidak tahu tuan. Tiba-tiba dia datang kerumah saya dan langsung membawa saya, dia bilang katanya sudah membeli saya sebesar 50 Milliar dari ibu tiri saya" jawab Emma dengan nada serak menahan tangis.

"Dan tua bangka itu ingin menikahi saya dan menjadikan saya istri yang berikutnya" imbuhnya.

Eva tega menjualnya tepat di hari kematian ayahnya, padahal sebelumnya Emma tidak mengetahui kesalahannya kepda ibu tirinya itu.

"Berikutnya?" tanya Max tak mengerti.

"Tua bangka itu sudah memiliki 5 istri dan, ingin menjadikan saya istri yang ke 6" sahut Emma dengan wajah yang berubah kesal.

Max mengangguk mengerti, ia tak lagi bertanya kepada Emma.

Dugaan Max sementara adalah perkara harta, sehingga membuat Eva tega menjual Emma.

Untuk yang selanjutnya Max tidak tahu, karena dia belum mencari tahu tentang asal usul Emma.

Mungkin nanti dia akan mencarinya.

"Sampai kapan saya harus bersembunyi tuan" tanya Emma sambil menoleh menatap wajah Max yang sedang fokus menyetir.

"Jika kau sudah bisa menjaga dirimu sendiri, saat itu juga kau bisa keluar dari persembunyianmu" sahut Max.

"Maksudnya?" tanya Emma bingung.

"Apa kau menguasai bela diri, atau bisa menggunakan senjata tajam dan sejenisnya?" tanya Max.

"Saya tidak bisa tuan" jawab Emma sambil menggelengkan kepalanya.

"Tapi saya bisa belajar bukan, apa tuan bisa mengajariku? " lanjut Emma bertanya, ia bertekad akan memperkuat dirinya agar bisa melawan siapapun yang hendak menyakitinya.

Emma tentu tahu kalau Max bisa ilmu bela diri apalagi pekerjaan dia sebagai pengasuh anak orang kaya.

"Tak masalah, asal kau mau membayarku maka aku akan mengajarimu, karena aku tak ingin membagi ilmuku secara geratis" sahut Max menjengkelkan.

"Kau ini kenapa perhitungan sekali, saya kan hanya meminta tolong, kenapa harus di suruh membayar juga" seru Emma tak setuju.

"Iya, atau tidak sama sekali" desak Max.

Emma mencoba memikirkan ucapan Max, tapi ia bingung bagaimana caranya dia membayar hutangnya kepada Max nanti.

*

*

Sedangkan di tempat lain Eva mulai menyewa orang untuk mencari tahu keberadaan Emma.

Darso hanya memberi waktu selama seminggu kepadanya. Kalau dia masih tak bisa menemukan keberadaan Emma, maka dia atau putrinya yang akan menggantikannya, tapi tentunya bukan menjadi istrinya, melainkan menjadi pelayan di rumahnya.

"Saya kasih waktu tiga hari kepada kalian untuk menemukan orang ini" titah Eva sambil memberikan selembar foto Emma kepada orang suruhannya

"Saya akan membayar setengahnya nanti setelah kalian sudah berhasil menemukannya" ucap Eva.

"Baiklah, tapi saya harap anda tak mengingkari janji anda nyonya" ucap orang suruh Eva.

Eva mengangguk. Setelah itu orang suruhan Eva langsung pergi meninggalkan Eva.

Mereka mulai memburu mencari keberadaan Emma ke setiap penjuru kota.

"Setelah ini aku akan mencari surat kepemilikan perusahaan itu dan mengubahnya menjadi namaku, kemudian aku akan mengambil alih kepemimpinannya" kata Eva sambil tertawa sendiri seperti orang gila.

*

Sampai di dalam apartemen Emma langsung menghempaskan tubuhnya ke atas sofa dan menaruh barang belanjaannya di lantai begitu saja.

"Uhhh.... lelahnya" keluh Emma sambil merebahkan tubuhnya.

"Bangunlah, dan ambilkan air minum untukku" titah Max yang juga ikut menjatuhkan di sofa yang berbeda.

Emma bangun dan mendudukan tubuhnya di sofa, dengan langkah lesu Emma beranjak ke dapur sambil membawa barang belanjaanya.

Emma kembali ke ruang tengah sambil membawa segelas air minum untuk Max.

Tanpa bicara Emma langsung memberikan gelas tersebut kepada Max.

"Terima kasih" ucap Max.

Setelah itu Emma berbalik hendak kembali ke dapur namun langkahnya terhenti.

"Kamu mau kemana?" tanya Max ketika melihat Emma hendak beranjak dari hadapannya.

Emma berhenti lalu berbalik menghadap Max.

"Mau kedapur, memangnya mau kemana" sahut Emma.

"Ngapain kedapur, apa kau tak merasa lelah habis pergi belanja".

"Tentu saja saya lelah tuan"

"Kalau begitu duduk saja tak usah ke dapur"

"Lalu kenapa tadi anda menyuruh saya mengambil air minum, bukankah sama saja saya ke dapur juga" ucap Emma yang bingung dengan tingkah Max yang menyebalkan.

"Itu kan tadi, lebih baik kamu di sini sambil temani saya menonton" titah Max.

Tak banyak membantah Emma akhirnya ikut duduk di sebelah Max sambil menonton film action kesukaan Max.

Selang lima belas menit Emma malah tertidur sambil bersandar di sandaran sofa.

Max Menoleh karena merasa aneh deangan Emma yang sejak tadi diam tak bersuara.

"Ck, bisa-bisanya di ajak nonton malah tidur" decak Max sambil menatap wajah Emma yang terlelap.

Setelah itu ia kembali menonton.

Emma yang merasa pegal, mengganti posisi tidurnya menjadi bersandar di bahu Max.

"Hufff... wanita ini" ketika merasakan Emma tertidur di bahunya sambil memeluk lengannya.

"Cantik juga kalau tertidur seperti, aku harus cari tahu secepatnya tentang kehidupannya" gumam Max sambil menyibak rambut Emma yang menutupi sebagian wajahnya.

Detak jantung Max berdegub semakin cepat, ada perasaan aneh ketika dirinya berdekatan dengan Emma seperti saat ini.

Max mengambil selimut yang ada di sandaran sofa lalu di tutupilah tubuh Emma menggunakan selimut itu.

Bersambung

Happy reading guys 🙏

Terpopuler

Comments

Har Tini

Har Tini

ayo max cari info tentang emma

2022-12-12

2

Candra Woods

Candra Woods

om max coba dengerin nasehat dari reva kalo aunty emma cantik kan bisa langsung nembak semangat om max terus hancurkan darso sama eva sampai ke akar2nya👍👍👍👍

2022-12-03

2

Bebz Bee Queen

Bebz Bee Queen

Om max udh mulai ada rasa

2022-12-03

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!