BAB 5

"Aku bisa saja membantumu, tapi aku tak yakin kita bisa selamat, karena rumah ini di jaga ketat oleh anak buah suamiku" kata Laela ragu.

"Apa lagi rumah ini bangun di daerah hutan, sudah pasti tidak ada pemukiman warga di sini, kamu akan kesulitan meminta pertolongan nantinya" lanjutnya.

Sebenarnya Laela sudah lama ingin pergi dari rumah Darso, akan tetapi ia masih membutuhkan uang Darso untuk menghidupi keluarganya di kampung.

"Aku lebih memilih mati di makan binatang buas, daripada harus terjebak menjadi istri tua bangka itu" sahut Emma, ia sudah memikirkan resikonya, Emma akan menghadapi resiko yang akan di hadapinya nanti.

Laela mencoba berpikir sejenak, dia juga tidak berani membantu Emma secara terang-terangan. Karena bisa saja nanti Darso akan mencelakakan keluarganya di kampung.

"Di taman belakang rumah ini, ada pintu keluar menuju ke hutan, pintu belakang itu jarang sekali ada penjaga yang ada di situ, kau bisa lewat sana nanti ketika memasuki jam makan siang, karena biasanya akan ada pergantian waktu jaga, kau bisa memanfaatkan waktu itu" tutur Laela.

Emma mendengarkan secara seksama semua arahan yang di berikan oleh Laela.

"Aku sudah meberitahu mu selebihnya itu urusanmu, aku tak ingin terlibat terlalu jauh, karena itu akan membahayakan nyawaku serta nyawa keluargaku" kata Laela.

"Aku mengerti, selebihnya aku tidak akan melibatkanmu terlalu jauh, petunjukmu sudah cukup membantuku" kata Emma.

Laela hanya membalasnya dengan senyuman.

"Kalau begitu aku keluar dulu, aku tak ingin ada yang mencurigaiku" ucap Laela lalu pamit pergi meninggalkan kamar yang di tempati Emma

Emma turun dari ranjang, lalu melangkahkan kakinya menuju ke meja yang sudah ada makanan di atasnya.

"Aku harus mengisi tenaga dulu, untuk bekal nanti kabur dari sini" ucap Emma pada dirinya sendiri.

"Doain Emma yah, semoga nanti Emma bisa lolos dari penjagaan anak buah tuan Darso" ucap Emma berdoa dalam hati.

Emma mulai meyantap makanannya, Emma makan begitu lahap, karena semalam dia tidak makan, alhasil membuat perutnya kelaparan.

Hanya butuh waktu sepuluh menit, Emma sudah menghabiskan semua makanan yang ada di piringnya.

Waktu berjalan begitu cepat, kini waktu menunjukkan pukul setengah dua belas siang.

Emma mengambil beberapa seprei dari dalam lemari kamarnya, kemudian ia mengikatnya menjadi sebuah tali, ia berencana akan keluar lewat balkon kamarnya dengan menggunakan sprei tersebut.

Setelah selesai, Emma mengintip dari jendela kamarnya untuk memantau situasi yang ada di sekitar rumah Darso.

Kalau situasi sudah aman, Emma akan langsung bergerak.

Pukul 12 siang, waktu para penjaga makan siang, dan akan di gantikan dengan yang lain.

Satu persatu para penjaga meninggalkan lokasi.

Emma bersiap-seiap untuk turun menggunakan tali yang sebelumnya sudah ia kaitkan ke jendela kamar..

Dengan perlahan Emma merayap turun menggunakan tali, Emma bergerak selembut mungkin agar tak menimbulkan suara.

Bugh

Emma loncat ketika sudah hampir menyentuh tanah.

Dia mengendap endap berjalan menuju ke belakang rumah,sesuai petunjuk yang di berikan Laela. bersyukur tidak ada penjaga yang melihatnya.

Hingga akhirnya Emma tiba di pintu belakang rumah. Baru saja Emma menyentuh pintu, sudah ada yang meneriakinya.

"Woyy... mau kemana kamu" teriak salah satu penjaga dari kejauhan.

Emma menoleh kebelakang, ia melihat dua penjaga yang berlari mengejarnya.

"Shittt...." umpat Emma sambil buru-buru membuka pintu tersebut.

Beruntung pintu itu tidak di kunci, tepat belakang rumah Darso merupakan hutan belantara yang jarang di jamah oleh orang, makanya dia tidak pernah mengunci pintu itu.

Setelah berhasil membuka pintu, Emma langsung lari sekencang mungkin agar tak sampai tertangkap oleh mereka.

"Mau lari kemana kamu hah" teriak mereka terus berlari mengejar Emma.

Emma terus berlari tanpa menggunakan alas kaki, dia tidak memperdulikan rasa sakit di telapak kakinya.

Emma merasa lega ketika dari kejauhan melihat jalan beraspal, ia berharap ada seseorang yang melintas.

Emma mempercepat larinya, bersyukur Emma sering olah raga, terlebih Emma pernah ikut lomba lari marathon di sekolahnya dulu. jadi dia bisa lari sekencang mungkin menghindari kejaran mereka.

Citttttt......

Emma hampir saja tertabrak mobil ketika sudah sampai di jalan yang beraspal tersebut.

"Tolong tuan,..... tolong aku" teriak Emma meminta tolong sambil melambaikan kedua tanganya.

Sedangkan di dalam mobil, seorang gadis kecil sedang menggerutu karena sang bodyguar mengerem mobilnya secara mendadak.

Orang tersebut adalah Reva dan Max. Mereka sedang dalam perjalanan menuju ke hutan.

"Aduhhh... om Max bisa nyetir ngga sih" gerutu Reva sambil mengusap keningnya.

"Maaf sayang, tadi ada orang yang tiba-tiba berdiri di tengah jalan mencegat mobil kita" jelas Max.

Tok

Tok

Tok

Tiba-tiba kaca jendela Max di ketuk oleh seorang perempuan dengan penampilannya yang berantakan.

"Buka om kaca jendelanya, sepertinya onty itu butuh pertolongan" perintah Reva.

"Kita tidak boleh percaya begitu saja dengan orang baru, apa lagi di hutan seperti ini, biaa saja mereka perampok" ucap Max waspada sambil melihat ke arah spionnya.

Tok

Tok

Tok

"Tolong saya tuan" ucap gadis asing tersebut.

"Itu kasihan onty nya om, coba om Max lihat dulu" ucap Reva tak tega melihat tatapan memohon dari gadis asing itu.

"Baiklah, om Max akan turun... kamu jangan keluar dari mobil" ucap Max sambil menyiapkan senjatanya yang selalu ia bawa di bawah jok kemudinya.

"Om Max bawa pistol" kaget Reva.

"Tenang sayang, Om Max membawa pistol hanya untuk berjaga jaga saja, seperti sekarang ini" ujar Max.

Setelah itu ia membuka pintu mobilnya, lalu keluar dari dalam mobil.

"Tolong saya tuan, saya tidak ingin di jual oleh orang itu" pinta gadis asing itu dengan penuh harap, sambil sesekali melihat ke belakang.

Dia membulatkan matanya, ketika melihat tiga orang laki-laki berpakaian hitam dan bertubuh tegap yang tadi sempat menyekapnya.

"Itu tuan, mereka datang" ucap gadis itu panik seraya menunjuk ke belakang dengan badan gemetar sambil memegang tangan Max.

Max menoleh ke arah yang di tujukan oleh gadis tersebut.

"Saya mohon tuan, tolong selamatkan saya sebelum mereka menangkap saya kembali" ucapnya memohon sambil meneteskan air matanya.

Max menelisik kedua mata gadis tersebut, tentu Max harus waspada, terlebih di jalanan hutan seperti ini.

Max yang tak menemukan kebohongan akhirnya sang gadis untuk masuk kedalam mobilnya.

"Masuklah cepat" titah Max.

Emma langsung membuka pintu mobil Max bagian kursi penumpang.

Setelah pintu mobil terbuka Emma langsung masuk dan duduk di belakang kursi kemudi, lalu ia menutup pintu dan menguncinya.

Max pun masuk dan langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh, agar tak terkejar oleh mereka.

Rasanya mereka juga tak akan mampu mengejar mobil Max, karena mereka hanya lari tanpa menaiki kendaraan, tapi Max takut mereka membawa pistol seperti dirinya, bisa saja nanti mereka akan membidik ban mobilnya.

Bisa saja Max menghabisi mereka akan tetapi dia membawa Reva.

Bersambung

Happy reading guys🙏

Terpopuler

Comments

Femmy Femmy

Femmy Femmy

syukurlah Emma sudah tertolong

2024-04-01

1

ana

ana

dag dig dug takut kekejar emanya

2022-12-22

1

Nurjana Anna

Nurjana Anna

up dong kaak

2022-11-26

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!