BAB 15

"Cepat datang kesini dan bereskan mayat-mayat ini" perintah Max pada anak buahnya lewat panggilan telponnya.

Setelah mematikan panggilannya, Amx menengok ke arah Emma yang sedang muntah-muntah.

Hoekkk...

Hoekkkk

Perut Emma semakin mual ketika melihat Max menembak seseorang yang membuat darahnya muncrat mengenai baju Max.

Kini Emma memuntahkan semua isi dalam perutnya yang sejak tadi sudah ia tahan.

"Cepat pergi dari sini sebelum polisi datang ke lokasi ini" titah Max tak memperdulikan Emma yang sedang muntah-muntah.

"Tidak bisakah kita istirahat dulu tuan, perutku mual sekali, apalagi kepala ku terasa berputar-putar. " lirih Emma sambil memegangi perutnya.

"Kalau begitu aku akan meninggalkanmu, biar saja nanti polisi menangkapmu" sahut Max seraya masuk kedalam mobilnya.

Dengan langkah lemas Emma berjalan mendekati mobil Max, setelah itu ia masuk kedalam mobil.

"Lagian kenapa tuan membunuh mereka, nanti kalau kita menjadi buronan polisi bagaimana. Aku tak mau di penjara tuan. " omel Emma sambil bersandar di sandaran kursi mobil.

"Kalau aku tak membunuh mereka, yang ada mereka yang akan membunuh kita," sahut Max sambil mengemudikan mobilnya meninggalkan lokasi kejadian.

"Tentu saja orang itu tidak akan membunuh kita, sudah jelas-jelas mereka kabur, tapi kau justru mengejarnya lalu membunuhnya."

"Lalu masalahnya apa, ini sudah menjadi hal biasa bagiku, dan nanti aku akan mengajari bagaimana caranya membunuh orang" ucap Max sambil tersenyum smirk melirik wajah Emma yang pucat pasi.

Emma menggeleng gelengkan kepalanya, bagaimana mungkin orang di sampingnya ingin mengajarinya membunuh orang, Emma berpikir kalau orang yang sedang bersamanya itu bukan orang waras lebih tepatnya orang gila. Karena hanya orang gila yang ingin mengajari orang membunuh, jika orang itu waras tidak akan mungkin punya pemikiran seperti itu.

"Sebenarnya siapa laki-laki ini, kenapa ia tak mempunyai rasa bersalah sedikitpun setelah berhasil membunuh orang" batin Emma, sambil melihat wajah biasa Max.

"Ada apa? apa ada sesuatu yang kamu pikirkan" tanya Max.

"Emmm... anu tuan, sebenarnya tuan ini siapa" tanya Emma mencoba memberanikan diri bertanya kepada Max.

"Tentu saja aku orang, memangnya kau pikir aku siapa" sahut Max.

"Lupakan saja pertanyaanku, karena aku tak akan bertanya lagi sama anda tuan" rajuk Emma sambil membuang wajahnya kesamping, Emma kesal dengan jawaban Max, ia lebih memilih menatap ke arah luar dari pada meladeni Max.

Max tertawa kecil melihat Emma yang tengah merajuk.

Max terus melajukan mobilnya menuju ke mansionnya. Hingga tak lama mobil yang ia kendarai sampai di mansionnya.

"Sudah sampai, ayo kita turun" ajak Max.

Max turun dari mobilnya di susul dengan Emma, mereka berjalan beriringan masuk kedalam mansion tersebut.

"Ngapain kita kesini tuan" tanya Emma bingung.

"Untuk melatihmu" sahut Max singkat.

"Hah? melatih apa? jangan bilang tuan ingin melatih saya membunuh orang, seperti tadi yang tuan katakan" kaget Emma sambil menghentikan langkahnya.

Max menoleh kebelakang karena merasa Emma tak lagi mengikutinya.

"Aku akan melatihmu beladiri, kau lihat sendiri bukan orang-orang yang di perintah Darso untuk menangkapmu" ucap Max kepada Emma.

Emma mencoba menimang-nimang ucapan Max, menurutnya ada benarnya juga, dia tidak bisa selalu mengandalkan Max.

"Baiklah, aku akan berlatih denganmu" ucap Emma.

Max berbalik dan kembali melanjutkan langkahnya, Emma mengikuti Max dari belakang sambil terus menggerutu.

"Ini semua gara-gara wanita rubah itu, karena dia kini hidupku menjadi sulit" geurtu Emma.

Emma terus mengikuti Max hingga ke taman belakang, Setelah mereka sampai di taman belakang rumah lalu Max menoleh melihat ke arah Emma.

"Istirahat dulu, nanti menjelang sore aku akan memanggilmu untuk berlatih" ucap Max.

"Apa aku boleh berenang tuan, badanku panas sekali" ucap Emma ketika melihat kolam renang di belakang rumah Max.

"Memangnya kau membawa baju ganti" tanya Max sambil mengerutkan dahinya.

Seingatnya tadi dia tak menyuruh Emma untuk membawa baju ganti atau baju renang.

"Saya bisa memakai pakaian dalam sayya tuan, please ya... ijinkan saya berenang," ucap Emma sambil memohon kepada Max.

"Terserah kau saja" sahut Max sambil menghela nafas panjang, apakah wanita di hadapannya ini tidak berpikir, kalau penghuni di mansion ini kebanyakan pria.

Setelah berbicara seperti itu Max pergi meninggalkan Emma, ia tak mau melihat tubuh Emma yang terbuka, nanti dia sendiri yang repot dan berakhir bermain solo di kamar mandi.

"Pergi kalian semua dari area kolam, jangan sampai ada yang berani mendekati area tersebut. Jika nanti ada yang berani melanggarnya maka aku sendiri yang akan mencongkel kedua matanya" Peringat Max kepada anak buahnya sambil memberikan ancaman kepada mereka.

"Siap tuan" sahut anak buah Max dan langsung membubarkan diri dari area kolam.

Sedangkan di belakang Emma clingak clonguk melihat suasana kolam yang sudah sepi, tak ada satu orang pun yang berada di area itu.

Emma mulai membuka baju serta celananya, hingga menyisakan b*a dan ce*ana dalam saja yang berwarna hitam.

Lalu dia melakukan pemanasan terlebih dahulu berupa peregangan otot, setelah selesai Emma langsung menceburkan diri kedalam kolam.

Byurrr....

Emma menjatuhkan diri kedalam kolam renang, ia berenang kesana kemari dengan gaya bebas.

"Uhhh... segarnya" gumam Emma.

Setelah lima belas menit berenang, Emma naik keatas permukaan lalu dia melangkahkan kakinya menuju ke ayunan untuk berjemur.

Saat berjalan menuju ke ayunan ada dua ekor anak anj*ng yang datang mendekatinya.

"Wahh.. imut sekali mereka, ayo temani aku berjemur" ucap Emma sambil mengangkat dua anak anj*ng yang sudah jinak.

"Sit, wanita itu benar-benar membuatku ingin menerkamnya" umpat Max yang baru saja datang dan duduk di kursi santai di dekat kolam.

Ia tak sengaja melihat Emma yang tak jauh dari kolam sedang berjemur dengan di temani kedua anj*ngnya yang bernama Coco dan Torro.

Max ini aneh, padahal tadi dia sendiri menyuruh anak buahnya untuk pergi dari area kolam, tapi malah dirinya sendiri yang berada di sana.

Licik memang, tapi dia malah mengumpat ketika melihat Emma yang berpakaian terbuka seperti itu, padahal dirinya sendiri yang salah yang datang ke kolam.

Max berdiri dan berjalan mendekati Emma yang sednag rebahan sambil memejamkan matanya. Emma sengaja memakai kaca mata hitam agar menutupi matanya dari paparan sinar matahari.

"Kau sengaja menggodaku hmm" ucap Max mengagetkan Emma.

"Siapa yang menggoda tuan" tanya Emma bingung sambil menurukan kacamatanya melihat wajah Max.

"Kau, lihatlah pakaianmu" ucap Max sambil melihat ke atas hingga ke kaki jenjang Emma.

Spontan Emma langsung menyilangkan kedua tangannya untuk menutupi dadanya dari mata nakal Max.

"Percuma saja kau menutupinya, aku sudah melihatnya sejak tadi" goda Max.

Emma memanyunkan bibirnya sambil menatap sinis Max.

Max yang gemas langsung saja menarik tengkuk leher Emma, dan mencium bi bir ranum Emma.

Bersambung

Jangan lupa like, koment, vote, gift, rate 🙏

Terpopuler

Comments

Bunga Shakila Dewi

Bunga Shakila Dewi

BUNGA

2024-04-22

0

Femmy Femmy

Femmy Femmy

🤩😃😃😃

2024-04-01

0

Femmy Femmy

Femmy Femmy

🤭🤣🤣🤣🤣

2024-04-01

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!