BAB 19

Emma tak kunjung membuka matanya Max memilih untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu sembari menunggu Emma bangun.

Dan benar saja ketika Max keluar dari kamar mandi dia melihat Emma yang sudah bangun dan duduk bersandar di headboard ranjang.

"Mandilah, kita akan segera kembali ke apartemen" titah Max kepada Emma.

Emma membalasnya dengan anggukan.

Dia turun dari atas ranjang dan berjalan menuju kekamar mandi yang ada di kamarnya

Setelah mereka menyelesaikan semuanya, mereka berdua menuruni anak tangga menuju ke ruang tamu, sebelum kembali Max mengajak Emma untuk sarapan terlebih dahulu.

Selang berapa menit mereka sudah menyelesaikan sarpannya.

Mereka berdua masuk kedalam mobil Max langsung menuju ke apartemen. Max tidak bisa terlalu lama meninggalkan pekerjaannya.

Bahkan setelah ini Arsen menyuruhnya untuk menggantikan pekerjaan Nino di perusahaan Global Group, karena sebentar lagi Nino akan melangsungkan pernikahan.

"Kapan kau akan ke perusahaanmu" tanya Max memulai obrolan terlebih dahulu, karena sejak tadi suasana di dalam mobil terasa hening. Entah apa yang sedang di pikirkan Emma, sejak tadi gadis itu hanya diam sambil melihat ke arah luar jendela mobil.

"Mungkin besok saya akan langsung kesana tuan, apa tuan mau mengantarkan saya ke perusahaan itu?"

"Baiklah, sebelum aku kekantor nanti aku akan mengantarkanmu terlebih dahulu" .

"Terima kasih tuan"

Emma meminta Max untuk mengantarnya pergi ke perusahaan, karena sampai sekarang Max tak pernah menggajinya, jadi Emma tak punya uang sepeser pun buat ongkos naik taksi ke perusahaannya.

Setelah memakan perjalanan lumayan panjang, akhirnya mereka berdua sampai di apartemen milik Max.

"Kau turunlah, aku akan kerumah bosku terlebih dahulu" ucap Max kepada Emma.

Emma langsung keluar dari dalam mobil Max, dia kemudian masuk kedalam apartemen Max.

Setelah melihat Emma masuk kedalam apartemennya Max langsung mengemudikan mobilnya menuju ke mansion Arsen.

Max tiba di depan rumah Arsen, ia turun mobil dan langsung masuk kedalam rumah Arsen.

"Ada apa kamu kesini hah? kamu sudah saya pecat" baru saja masuk Max langsung mendapat semburan dari Arsen.

"Tak masalah, kalau begitu besok saya tak perlu repot-repot datang ke perusahaan untuk menggantikan Nino." sahut Max santai.

"Enak saja, kau tetap harus membantu saya di kantor" seru Arsen tak terima.

"Tuan kan sudah memecat saya, lalu buat apa saya ke kantor, mending saya rebahan di rumah" Sahut Max.

"Jadi sekarang kamu lebih betah di rumah ketimbang bekerja di luar" sindir Arsen.

"Tentu saja, karena di rumah saya hanya tiduran tak membuat saya lelah" sahut Max.

Tiba-tiba dari arah belakang ada suara yang ikut menyahuti perdebatan mereka.

"Tentu saja om Max betah di rumah papa, karena di rumah om Max ada aunty cantik" cetus Reva yang baru saja datang sambil membawa kelincinya.

Arsen menatap wajah Max penuh selidik, jadi tadi pagi Arsen tidak salah dengar, Max benar-benar sedang tidur dengan seorang gadis.

"Jadi yang aku dengar pagi tadi benar Max?" tanya Arsen dengan sorot mata yang tajam.

Max hanya mengendikkan bahu, ia tak mau menjawab pertanyaan Arsen.

"Besok tugas saya ngantar non Reva atau langsung ke perusahaan?" tanya Max mencoba mengalihkan pembicaraan.

Ia tak mau Arsen terus bertanya tanya tentang Emma.

"Jangan mengalihkan pembicaraan Max, kau jawab dulu pertanyaanku" tegas Arsen.

"Saya pulang dulu, besok saya akan langsung ke perusahaan" ucap Max langsung membalikkan tubuhnya dan melenggang pergi dari hadapan Arsen begitu saja.

Hal itu semakin menambah kekesalan Arsen terhadap Max.

"Max Si*lan mau pergi kemana kamu hah? kau belum menjawab pertanyaanku"

Max tak menghiraukam teriakan Arsen, ia sengaja menulikan telinganya. Ia terus berjalan keluar dari rumah Arsen menuju ke mobilnya.

Max masuk mengemudikan mobilnya meninggalkan rumah Arsen.

Ketika di pertengahan jalan menuju ke apartemennya Max mengingat sesuatu.

Max baru ingat kalau dia mau membelikan ponsel baru untuk Emma, supaya mempermudahkan mereka untuk berkomunikasi.

Max membelokkan mobilnya ke sebuah toko yang menjual ponsel.

Dia masuk kedalam toko dan tanpa berpikir panjang Max memilih ponsel keluaran terbaru untuk Emma.

Setelah membayar ponsel tersebut Max langsung melajukan mobilnya menuju ke apartemen.

*

Max memencet password pintu apartemenya dan pintu langsung terbuka. Max masuk kedalam apartemennya langsung mencari keberadaan Emma.

Emma yang sedang membuat kopi di dapur pun terkejut ketika ada tangan yang melingkar di perutnya.

"Kamu sedang apa hmm" tanya Max sambil memeluk tubuh Emma dari belakang.

"Tuan, bisa tidak sih jangan membuat saya terkejut, selalu saja memelukku tanpa seijinku" bukannya menjawab Emma malah memarahi Max yang sudah membuatnya terkejut.

"Kan aku sudah bilang kau harus terbiasa dengan sikapku yang seperti ini" sahut Max.

"Dasar egois" gumam Emma.

"Apa kamu bilang? coba ulangi sekali lagi" pinta Max.

"Ulangi apa?"

"Ucapanmu yang barusan"

Max membalikkan tubuh Emma hingga menghadap ke arahnya.

"DASAR TUAN EGOIS" teriak Emma langsung saja lari meninggalkan Max.

"Jangan lari kamu, aku akan menghukumu" teriak Max tak terima di katai egois.

Max berlari mengejar Emma ke ruang tengah, mereka berdua seperti anak kecil yang sedang bermain kejar-kejaran.

Hingga Max berhasil menangkap tubuh Emma, dan langsung menggendongnya seperti karung beras.

Max membawa Emma kekamarnya.

"Lepaskan saya tuan" teriak Emma ketika Max membawanya ke kamar, dia terus memukul punggung Max dan juga kakinya terus meronta.

Plakkk...

Max memukul bokong sintal milik Emma.

"Diam baby, kau sudah mengataiku egois, jadi aku akan menghukummu di kamarku"

Max menurunkan tubuh Emma dari gendonganya.

"Apa yang ingin tuan lakukan hah"

"Tentu saja aku ingin menghukummu"

"Tuan mau melecehkanku lagi" tanya Emma yang ddi sambut tawa oleh Max.

Max menangkup wajah Emma dan melihat kedua bola mata Emma dengan intens.

"Aku ada hadiah untukmu" ucap Max.

"Hadiah apa" tanya Emma sambil mengerutkan keningnya, pasalnya dia merasa hari ini sedang tidak berulang tahun.

"Aku membelikanmu ponsel baru"

"Benarkah" tanya Emma dengan tatapan tak percaya, dia belum memintanya tapi Max sudah lebih dulu membelikannya.

Max membalasnya dengan anggukan, membuat Emma senyum sumringah melihat.

"Hei, kau tak ingin menciumku sebagai tanda terima kasih"

Cup

Cup

Cup

Emma mengecupi bibir Max.

Bukan Max namanya kalau tidak bisa memanfaatkan kesempatan yang ada, Max lalu menahan tengkuk leher Emma.

Emma spontan langsung mengalungkan kedua tangannya ke leher kokoh Max.

Bibir Emma sudah menjadi candu bagi Max, dia selalu ingin menciumnya terus menerus.

Hingga akhirnya tautan bibir mereka terlepas, Max menempelkan keningnya kekening Emma sambil mengusap bibir Emma yang terdapat bekas saliva.

"Apa aku boleh mencium yang lain selain bibirmu hmm" tanya Max.

"Yang lain? maksudnya?" tanya Emma bingung.

Mata Max melihat ke arah dada Emma, Emma mengikuti arah mata Max yang mengarah ke dadanya.

Emma mencubit perut Max hingga Max melepaskan pelukannya di tubuh Emma.

Emma berlari keluar dari kamar Max.

"Dasar tuan mesum" teriak Emma dari luar kamar.

Sedangkan Max tertawa terbahak-bahak, ia sangat senang menggoda Emma.

"Dia selalu saja menggemaskan" guman Max.

Bersambung

Happy reading guys 🙏

Terpopuler

Comments

Femmy Femmy

Femmy Femmy

etesnya Reva gadis cantik imut 😍😀

2024-04-01

0

Cherry🍒

Cherry🍒

max incip" manjah😘😘😘

2022-12-13

1

Candra Woods

Candra Woods

modus om max makin banyak yang menguntungkan tinggal nunngu reva makin ngomporin papa arsen biar cepat om max sama aunty emma di nikahkan👍👍👍👍

2022-12-11

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!