BAB 13

Max mengambil bantal sofa, lalu di rebahkannya tubuh Emma di atas sofa dan menyelimutinya.

Setelah itu Max berjalan menuju kamarnya untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu.

Tiga puluh menit kemudian Max keluar dari kamar mandi dalam keadaan bertelanjang dada, dia hanya memakai boxer saja tanpa menggunakan kaos, sambil menggosok rambutnya dengan menggunakan handuk kecil.

Usai rambutnya kering, Max masuk kedalam ruang kerjanya, lalu menyalakan laptop miliknya, ia ingin mencari tahu latar belakang Emma.

Max mengetik nama Emma di laptopnya, tak lama layar laptop Max keluar tulisan yang berisi informasi tentang Emma.

Dia membaca satu persatu informasi tentang Emma di layar laptopnya.

"Ternyata dia sudah yatim piatu, pantas saja ibu tirinya berani menjualnya" gumam Max setelah membaca informasi tentang Emma.

"Ck, ternyata wanita itu cukup kaya" kata Max setelah itu mematikan laptopnya dan menutupnya.

Kemudia Max keluar dari kamarnya menuju keruang televisi menghampiri Emma.

Sampai di ruang televisi ternyata Emma masih terlelap, ia memutuskan kedapur untuk membuat makan malam mereka berdua.

Ketika sedang memasak, Max tak sengaja mendengar sayup-sayup seperti orang yang sedang menangis.

Jarak ruang televisi ke dapur memang cukup dekat. Apartemen Max memang tak terlalu besar, bahkan di dalamnya juga hanya terdapat satu kamar saja.

Max mematikan kompornya lalu berjalan menuju ke ruang televisi. ia melihat Emma yang sedang tertidur dalam kondisi yang gelisah.

"Ayah" gumam Emma, terus memanggil ayahnya dan dahinya mengeluarkan keringat dingin.

Max langsung mendekati Emma dan mencoba membangunkannya.

"Emma bangun Emma" panggil Max sambil menepuk pelan pipi Emma.

"Ayah.. hiks.. hiks" panggil Emma sambil menangis dengan mata masih terpejam.

Max yang tak tahan akhirnya merebahkan tubuhnya di samping Emma dan membawa Emma kedalam pelukannya, beruntung sofa milik Max merupakan sofa bed, sehingga muat untuk tidur mereka berdua.

Max mengelus ngelus punggungnya agar membuat Emma tenang, Emma memeluk tubuh Max dan menduselkan wajahnya ke dada Max untuk mencari kenyamanan.

Tak lama Emma sudah mulai tenang dan kembali terlelap sambil memeluk tubuh Max.

"Kau mencoba bersikap kuat di hadapan semua orang, tapi nyatanya kau rapuh" gumam Max sambil mengusap punggung Emma.

Selama beberapa hari ini tinggal bersama Max, Max tidak pernah sekalipun melihat Emma bersedih, ia selalu bersikap biasa saja di hadapan Max seolah tidak terjadi sesuatu dengan hidupnya. Bahkan Ema tidak sedikitpun mengeluh kepadanya, kalau tidak di tanya mungkin sampai saat ini Emma tidak akan bercerita kepada Max, kalau dirinya di jual oleh ibu tirinya.

Dengan perlahan Max mencoba melepaskan diri dari rengkuhan Emma.

Max sangat berhati-hati menyingkirkan tangan Emma pada tubuhnya supaya pergerakannya tidak mengusik tidurnya.

Setelah lepas dari rengkuhan Emma, Max kembali kedapur melanjutkan acara masaknya.

Setengah jam berlalu akhirnya masakannya yang Max buat selesai, Max menyajikannya di atas meja makan, lalu kembali ke ruang televisi untuk membangunkan Emma.

"Emma bangun," panggil Max sambil menepuk nepuk pipi Emma.

"Eughh" Emma melenguh karena merasa ada yang mengusik tidurnya.

Ia mulai mengerjabkan matanya, di lihatnya wajah tampan Max yang ada di hadapannya.

"Bangunlah, setelah itu mandi, aku sudah memasak untuk makan malam kita" titah Max.

Emma masih terbengong tak mendengarkan ucapan Max.

"Bangun Emma" panggil Max keras sehingga membuat Emma tersadar.

"Iya tuan, ini kan saya juga sudah bangun" gerutu Emma sambil bangun dan mendudukan tubuhnya sambil bersandar di sandaran sofa.

Emma bangkit dari tempat duduknya dengan langkah lunglai Emma berjalan menuju ke kamar mandi.

Max menggeleng melihat kelakuan Emma. Lantas ia pergi menuju ke meja makan. dia menunggu Emma sambil memainkan poselnya.

Selesai mandi Emma datang menghampiri Max yang sudah lebih dulu duduk di meja makan.

Emma mendudukan bokongnya di sebelah Max. Ia menatap tak percaya semua makanan yang ada di atas meja makan, cukup puas melihat makanan yang ada di hadapnnya kini Emma beralih melihat wajah Max.

"Tuan yakin ini masakan tuan, tuan tak perlu gengsi sama saya, bilang saja yang sejujurnya kalau makanan ini tuan beli dari restoran. Saya juga tidak akan menghina tuan" kata Emma meragukan Max.

"Terserah, tapi nyatanya makanan ini saya yang masak" sahut Max jengah.

Emma mencebik lalu mulai mengisi piringanya dengan nasi serta lauk yang katanya di masak oleh Max itu, Emma penasaran ingin segera mencicipi rasanya

Piring Emma sudah terisi penuh dengan nasi dan lauk, Emma langsung menyuapkan makanannya kedalam mulutnya.

Emma mengunyahnya dengan pelan sambil menikmati sensasi rasa dari dalam mulutnya. Ia sangat puas dengan masakan Max, rasa makanannya begitu pas di lidahnya.

"Enak tuan, saya menyukainya.. lain kali tuan masak lagi ya" kata Emma dengan mulut yang masih penuh dengan makanan.

"Lalu tugas kamu di sini apa, kalau kau menyuruh ku untuk memasak" sahut Max jengkel, lama-lama wanita di hadapannya ini melunjak.

"Kan masih ada pekerjaan lain yang bisa saya kerjakan tuan, ngepel contohnya, atau menyapu, jadi kita bagi-bagi tugas tuan, bukan cuma saya yang mengerjakan semuanya, kan saya di sini di hitung utang" ucap Emma mengutarakan unek-uneknya.

Kalau dia yang mengerjakan semuanya sama saja dia seperti pembantu.

"Kau saja yang mengerjakan semuanya, saya sibuk" tolak Max.

"Kalau begitu saya tak mau bayar uang sewa dan uang makan, kan saya sama seperti pembantu, harusnya tuan menggaji saya bukan saya yang di suruh bayar" ucap Emma tak terima.

"Kalau begitu kau bisa pergi dari apartemen saya, saya juga masih mampu menyewa asisten rumah tangga" usir Max sambil tersenyum tipis.

Max tahu kalau Emma pasti tak akan berani keluar dari apartemennya, apalagi Emma tak memiliki uang sepeserpun.

Kalau misal mau pergi pun dia mau kemana, tak mungkin Emma berani pulang kerumahnya.

"Yasudah deh, saya akan mengerjakan semuanya dan tuan juga tak perlu menggaji saya" ucap Emma pasrah sambil mengerucutkan bibirnya.

Max terseyum penuh kemenangan.

"Dasar Eva sia*an, gara-gara dia nasibku menjadi seperti ini. Awas saja kau Eva, aku akan membalasmu" gerutu Emma sambil mencengkram kuat sendok dan garpu yang ada di tangannya.

Max mendengarkan gerutuan Emma sambil terkekeh, Dia hanya mengerjai Ema saja, Max tak benar-benar meminta Emma untuk membayar uang sewa dan uang makan.

Usai menyelesaikan makan malamnya, Emma membersihkan meja makannya, kemudian kedapur untuk mencuci piring bekas mereka pakai.

Tak sedikitpun Emma mengeluh, karena dia benar-benat takut Max mengusirnya.

Bersambung

Happy reading guys 🙏

Jangan lupa like, koment, vote, gift, rate 🙏

Terpopuler

Comments

Femmy Femmy

Femmy Femmy

😀

2024-04-01

0

yosya

yosya

witing tresno jalaran soko kulino... 🤣🤣🤣
awalnya hanya ngerjain..
lama lama demen deh alias suka alias cintrong..
🤭🤭

2022-12-28

1

Har Tini

Har Tini

emma di kerjaim sm max😁

2022-12-12

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!