BAB 17

Menjelang sore mereka berdua sudah berada di belakang mansion Max, Max sudah bersiap untuk melatih Emma bela diri.

Namun sejak tadi Max melihat wajah Emma yang tampak cemberut tak ada raut semangat dari wajah Emma. Mungkin gadis itu masih ngambek dengan dirinya karena persoalan yang tadi pikir Max.

"Kenapa wajahmu seperti itu hmm? apa kau masih marah dengan ku atau kau justru ingin aku mencium mu lagi?" tanya Max sambil menggoda Emma.

"Dasar otak mesum" ketus Emma melirik tajam ke arah Max. Membuat Max menahan tawa melihat wajah Emma yang terlihat menggemaskan.

"Cepat berlatih, atau aku akan membiarkan anak buah Darso itu menangkapmu" ancam Max.

"JANGAN! , tuan ini kenapa gega sekali" pekik Emma lalu memelankan suaranya.

"Kalau begitu cepat lakukan pemanasan terlebih dahulu, lari mengelilingi halaman ini sebanyak 5x" titah Max.

"Tapi tuan, halamannya sangat luas sekali bagaimana kalau satu kali putaran saja" rengek Emma lalu mencoba menawar.

"Tak masalah, asal kau mau menciumku sebanyak 100x" ucap Max sambil tersenyum licik melihat wajah pias Emma.

Tak banyak kata, Emma langsung berlari memutari halaman tersebut,. Emma berlari sambil terus memaki Max.

"Dasar pria gila, bisa-bisanya aku di suruh menciumnya sebanyak seratus kali, yang ada nanti bibir seksi ku ini berubah seperti ikan koki. Apa dia itu tidak mikir kalau aku ini bukan kekasihnya, aku ini cuma pembantunya tapi dia malah terus menciumku. Ingin rasanya aku memukul bibirnya yang suka nyosor itu, udah kek soang aja tukang nyosor, tapi kalau aku memukulnya aku takut nanti dia malah menembakku" oceh Emma sambil terus berlari.

Emma baru saja menyelesaikan larinya mengelilingi halaman sebanyak 5x, Emma duduk selonjoran di rumput dengan nafas ngos-ngosan.

Tak cukup hanya duduk, kini Emma merebahkan tubuhnya di rumput sambil menatap langit yang mulai menggelap.

Tiba-tiba Emma kaget karena tubuhnya merasa melayang.

"Tuan turunkan saya ih. Anda ini kenapa? tadi mencium bibir saya sekarang mengangkat tubub saya, mau tuan apa sebenarnya hah" raung Emma sambil terus memberontak.

"Diam, nanti kamu jatuh aku hanya ingin memindahkan tubuhmu ke kursi, kamu seenaknya saja tidur di sembarang tempat, nanti kalau tubuh kamu gatal-gatal bagaimana" ucapax sambil menatap wajah Emma yang merah padam.

Emma mendengus kesal, menurut Emma ini hanya akal-akalan Max saja. Bisa aja dia langsung menyuruhnya untuk pindah kan, ini malah main angkat-angkat saja.

Max meletakkan tubuh Emma di kursi santai yang ada di halaman belakang, lalu Max memberikan segelas air minum kepada Emma.

"Minumlah, kamu pasti capek dan juga haus" ucap Max sambil menyodorkan gelas yang sudah ia isi dengan air minum.

"Terima kasih" ketus Emma sambil mengambil gelas tersebut dari tangan Max.

Emma langsung menenggak habis minuman tersebut, lalu dia mengembalikan gelasnya kepada Max.

Lima menit berlalu, Max langsung menyuruh Emma untuk segera berdiri untuk berlatih.

Dengan langkah semangat Emma langsung mendekati Max.

Max mengajari gerakan dasar terlebih dahulu, Dia cukup puas dengan Emma yang cukup cepat menguasai semua gerakan.

Hampir dua jam mereka berlatih, hingga kini Emma menyerah karena sudah lelah.

"Berhenti tuan, kita lanjut besok lagi saya sudah capek" pinta Emma dengan tubuh yang sudah di banjiri oleh keringat.

Max mengangguk dan membiarkan Emma untuk istirahat, ia akan lanjutkan lagi esok hari.

"Kapan kita pulang tuan, ini sudah mulai malam pasti jalanannya sudah gelap untuk kita lewati" tanya Emma.

Pasalnya jalan yang mereka lalui memang benar-benar di tengah hutan dan tak ada satupun lampu yang menerangi.

"Kita tidak pulang, kita akan di sini terus sampai kamu bisa menguasai semua jurus" ucap Max.

"Hah? lalu pekerjaan tuan sebagai pengasuh Reva bagaimana" tanya Emma kaget.

"Enak saja, saya itu bodyguard bukan pengasuh seperti yang kau katakan barusan" ucap Max jengkel.

"Maksud saya itu tuan" sahut Emma menahan tawa.

"Dia libur sekolah, jadi saya juga libur" ketus Max.

Emma manggut-manghut seolah mengerti.

🌹🌹🌹

Sedangkam di tempay lain, Eva sedang berhadapan dengan ke empat orang suruhanya.

"Bagaimana? apa kalian sudah mendapatkan sesuatu tentangnya" tanya Eva sambil bersedekap tangan di depan dadanya.

"Belum nyonya, kita tidak sedikitpun menemukan informasi tentang keberadaan wanita itu" Sahut salah satu orang suruhan Eva.

"Dasar bodoh, mencari informasi begitu saja kalian tidak becus, percuma saja saya membayar mahal kalian semua" maki Eva.

"Cari di sekitaran hutan kemungkinan besar mereka ada di sekitaran sana, karena kemarin anak buah Darso sempat melihat mobil mereka di area hutan" lanjut Eva memberikan informasi kepada orang bayarannya.

"Baik nyonya, kami akan segera mencarinya kesana" ucap anak buah Eva.

"Lakukan sekarang aku tak mau kalian gagal" titah Eva tak ingin di bantah.

Mereka akhirnya membubarkan diri pergi dari hadapan Eva, mereka langsung menuju kelokasi yang di tujukan Eva.

"Aku harus segera menemui pengacara Dion," gumam Eva dengan tatapan licik.

Eva langsung melajukan mobilnya menuju ke rumah Dion yang tak jauh dari lokasi dia sekarang.

Setibanya di rumah Dion Eva langsung keluar dari mobil dan mengetuk pintu rumah Dion.

Tok

Tok

Tok

Ceklek... Pintu terbuka, dan terlihat seorang pria paruh baya berdiri di tengah pintu menyambut kedatangan Eva.

"Nyonya Eva.." ucap pengacara Dion bingung.

"Langsung saja, ada yang ingin saya bicarakan sama anda" ucap Eva lantas menyelonong masuk kedalam rumah Dion dan langsung duduk di sofa yang ada di ruang tamu.

"Maksud anda bagaimana nyonya" tanya Dion tak mengerti.

"Berikan semua berkas kepemilikan perusahaan Aditya kepadaku" ucap Eva to the point.

"Tidak bisa, karena yang berhak mengambil berkas itu adalah nona Emma bukan anda, seperti yang mendiang tuan Aditya katakan kalau perusahaan itu sudah menjadi hak milik nona Emma" tegas Dion menolak perintah Eva, ia sudah tahu dari dulu kalau Eva sangat licik tapi Aditya tak pernah mempercayai ucapannya.

Pasalnya Eva selalu berlaku baik kalau di hadapan Aditya, hingga akhirnya kedok Eva terbuka ketika Aditya memberikan perusahaan kepada Emma.

"Terserah anda tuan Dion, saya beri waktu anda tiga hari untuk mengubah kepemilikan perusahaan itu menjadi atas namaku, atau aku akan menghancurkanmu dan juga keluargamu" ancam Eva setelah berkata seperti itu dia langsung beranjak meninggalkan rumah Dion.

Eva masuk kedalam mobilnya dengan senyum menyeringai.

"Lihat saja nanti apa yang bisa kamu lakukan ketika istri serta anakmu ada di tanganku Dion"

Hahhahahahhahah....

Ucap Eva lalu tertawa sendiri seperti orang gila.

Bersambung

Jangan lupa, like, koment, vote 🙏

Happy reading guys 🙏

Terpopuler

Comments

Tiwik Firdaus

Tiwik Firdaus

terlalu obsesi harta orang lain nanti gila sendiri dan bisa mati malah karsna kebanyakan hutang dikejsr2 rentener

2023-04-06

1

yosya

yosya

11 12 lah Om Max. .🤣🤣

2022-12-28

0

yosya

yosya

selagi ada kesempatan..
pergunakan lah Om Max 😆😆😆

2022-12-28

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!