BAB 11

"Ayo kita pulang" ajak Max kepada Reva.

Reva mengangguk patuh, dia juga sudah kangen ingin bermain dengan adik-adiknya.

"Aunty, Reva pulang dulu ya" pamit Reva kepada Emma sambil mencium punggung tangan Emma.

"Hati-hati sayang" kata Emma sambil mengusap rambut panjang Reva.

Kemudian Emma menatap wajah Max.

"Apa kamu masih mempunyai uang tuan?" Emma memberanikan diri untuk bertanya kepada Max.

"Hmmm"

"Kalau begitu bisakah tuan mampir ke supermarket, karena persediaan sayur kita sudah pada habis tuan" ucap Emma.

"Ck, kau berani sekali menyuruhku berbelanja nona" ketus Max kesal, pasalnya selama ini tidak ada perempuan yang berani menyuruh nyuruh dia, lalu ini apa baru kenal sudah menyuruhnya untuk belanja.

"Maaf tuan, bukan maksudku," jelas Emma kalang kabut.

Ia takut membuat Max tersinggung, bukan maksud dia memerintah Max, pasalnya dianya tidak memiliki uang sepeserpun untuk berbelanja.

"Ikutlah denganku, karena aku tak tahu apa yang kamu butuhkan" ucap Max.Dia tahu kalau isi kulkasnya memang sudah banyak yang habis, makanya ia akhirnya mengiyakan ucapan Emma.

"Dengan berpakaian seperti ini?" tanya Emma ragu, sambil menunjuk dirinya yang hanya memakai kaos berukuran jumbo milik Max, yang hanya sebatas paha.

Max mendengus, ia baru ingat kalau Emma tak memiliki baju.

"Kalau begitu kita sekalian saja membeli baju ganti untukmu, aku tak mau kalau kamu terus meminjam bajuku," ucap Max.

"Ciee... om Max perhatian sama aunty Emma" goda Reva yang sejak tadi memperhatikan obrolan mereka.

Max mendelikan matanya melihat Reva yang cekikikan, sedangkan wajah Emma sudah merona malu.

"Ayo kita jalan" ajak Max mengalihkan pembicaraan, pasalnya mulut Reva terlalu lemes kalau di biarkan. bisa saja nanti dirinya yang malah tersudut.

Max mengantar Reva pulang kerumahnya lebih dulu

"Jangan bilang sama papa kalu ada aunty Emma di apartemen om Max sayang" pesan Max.

"Om Max takut di ledekin papanya Reva ya" tebak Reva. Membuat Max mencebik, gadis kecil itu selalu tahu isi kepalanya.

"Nurut aja sayang, kalau kamu bilang sama papamu nanti Snow nya om Max ambil lagi" ancam Max.

"Lihat aunty. om Max sukanya ancam-ancam anak kecil" adunya kepasa Emma.

Emma menggaruk kepalanya bingung, ia juga tidak berani melawan Max, bisa-bisa nanti dirinya di usir dari apartemennya.

"Iyain aja sayang" sahut Emma cari aman.

Reva mengangguk setelah itu ia turun dari mobil Max.

"Dahhh aunty, dahhh ...om max" ucap Reva sambil melambaikan tangannya.

Max membalas melambaikan tangan dari jendela kaca mobilnya.

Melihat Reva sudah masuk kedalam rumahnya, barulah Max melajukan mobilnya meninggalkan rumah Arsen.

Max mengemudikan mobilnya ke sebuah mall.

"Pakailah, jangan sampai ada yang mengenalimu" ucap Max.

"Terima kasih tuan," ucap Emma sambil menerima pemberian Max.

Sebelum keluar dari mobil, Max memberikan sebuah topi dan masker untuk Emma, Biar tidak ada yang mengenali wajahnya.

Max takut kalau orang-orang yang mengejar Emma masih memburunya.

Mereka berdua turun dari mobil lalu masuk kedalam Mall.

Hal pertama yang mereka tuju adalah toko pakaian, Max risih melihat kaki Emma yang terekpose hingga ke paha.

"Pilihlah yang kamu suka, nanti aku akan memasukkan ke daftar tagihanmu" titah Max, dia tidak akan membelikan Emma baju dengan cuma-cuma, Max tetap akan menghitung utang.

Karena itu membuat Emma mencebikkan bibirnya kesal.

"Kalau begini terus yang ada hutangku semakin banyak, sangat menyebalkan" Emma menggerutu sambil memilih baju untuknya.

Max hanya menaikkan bahunya masa bodoh dengan gerutuan Emma.

Sementara Emma memilih baju, Max lebih memilih duduk menunggu Emma sambil mengecek pekerjaannya yang dikirim ke email oleh anak buahnya.

Tak lama Emma datang menghampiri Max sambil membawa beberapa potong baju di tangannya.

"Sudah tuan" ucap Emma sambil menujukkan baju pilihannya ke hadapan Max.

Max mengalihkan tatapannya dari layar ponselnya, lalu melihat baju yang di tunjukkan Emma.

"Ini" kata Max sambil memberikan Black Cardnya kepada Emma.

Emma menatap tak percaya, sebagai seorang CEO dan berasal dari keluarga mampu, tentu membuat Emma tahu kalau kartu yang di miliki Max bukanlah kartu yang bisa di miliki oleh sembarang orang, kartu tersebut hanya di miliki beberapa kelompok orang yang memenuhi syarat tertentu.

Apalagi pekerjaan Max hanya seorang bodyguard, tentu sangat mustahil dia bisa memiliki Black card.

"Ambil, kenapa malah bengong, atau kau tak jadi membelinya hmm"

"Jadi tuan" ucap Emma gugup sambil mengambil black card dari tangan Emma.

Emma berjalan ke kasir sambil memikirkan sesuatu yang membuatnya bertanya-tanya.

"Aku penasaran dengan pekerjaanya, kenapa dia bisa memilki black card. bukankah dia cuma pengasuh Reva. Atau jangan-jangan dia seorang gig*lo" gumam Emma bergidik ngeri.

Emma memberikan belanjaannya ke kasir, dan penjaga kasir langsung menghitung belanjaannya.

Lalu Emma membayar belanjaanya sesuai nominal yang tertera di monitor dengan menggunakan kartu milik Max.

Usai membayar belanjaannya Emma kembali mengampiri Max.

"Ini tuan" kata Emma sambil mengembalikan kartu milik Max.

Max menerima kartu miliknya dari tangan Emma.

Mereka berdua keluar dari toko pakai, lantas pergi ke supermarket untuk membeli kebutuhan sehari-hari.

Max mengambil troli lalu memberikannya kepada Emma. Mereka berdua menuju ke bagian sayur dan buah-buahan terlebih dahulu.

Max berjalan mengikuti Emma dari belakang sambil melihat Emma memasukkan beberapa belanjaan ke dalam trolli.

Max mengambil sekaleng susu lalu melemparkannya kedalam trolli.

Emma menatap Max tak percaya, buat apa lelaki itu membeli susu.

"Apakah ada yang aneh" tanya Max seolah tahu dengan tatapan aneh Ema kepada dirinya.

"Buat apa tuan membeli susu?" tanya Emma bodoh

"Apa salahnya? memangnya saya tidak boleh minum susu hah, apa kau pikir cuma bayi yang boleh minum susu"

Emma merutuki kebodohannya, yang di katakan Max benar, tak cuma bayi yang minum susu, bahkan seorang lansia pun juga perlu meminum susu untuk menjaga kadar protein dalam tubuhnya.

"Bukan begitu maksud saya tuan..."

"Sudah sana lanjutkan" titah Max memotong ucapan Emma.

Emma mengerucutkan bibirnya, beruntung Emma memakai masker jadi Max tak melihatnya, lalu kembali memilih beberapa barang yang mereka butuhkan.

Kurang dari satu jam troli milik mereka sudah penuh dengan barang belanjaan.

"Sudah tuan, trolinya sudah penuh" kata Emma.

Max mengangguk, lalu mereka berjalan ke kasir untuk menghitung belanjaannya.

"Ini, aku tunggu di depan sana" ucap Max sambil meminjamkan kembali kartunya kepada Emma, setelah itu dia berjalan keluar, ia mals mengantri di kasih bersama ibu-ibu yang sejak tadi menatap wajahnya.

Ketika sedang menunggu antrian kasir, Emma di kagetkan dengan wajah seseorang.

Deg

Bersambung

Happy reading guys 🙏

Terpopuler

Comments

Femmy Femmy

Femmy Femmy

🤣🤣🤣🤣

2024-04-01

1

Wulan Sari Batubara

Wulan Sari Batubara

lanjut.

2022-12-02

0

Sasa

Sasa

Mungkin adek tiri,pasti adek tirinya

2022-12-02

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!