BAB 20

"Apa kau sudah siap" tanya Max sebelum melajukan mobilnya.

"Ya, saya sudah siap tuan, saya sudah tak sabar ingin kembali bekerja di perusahaan saya" Sahut Emma dengan wajah berbinar.

Max melajukan mobilnya menuju ke perusahaan Emma terlebih dahulu.

Selama dalam perjalanan Max melirik wajah Emma yang terus tersenyum, sepertinya gadis itu benar-benar bahagia bisa kembali ke perusahaanya.

"Kau yakin tidak ingin mengajakku masuk keperusahaanmu" ucap Max setelah sampai di depan perusahaan Emma.

Max merasa ragu membiarkan Emma masuk sendiri kedalam perusahaannya, instingnya mengatakan kalau akan terjadi sesuatu dengan Emma.

"Lain kali saja aku akan mengajakmu masuk keperusahaanku, hari ini hari pertamaku kembali keperusahaan pasti pekerjaanku sudah menumpuk" Sahut Emma ingin segera menyelesaikan pekerjaannya yang sempat tertunda.

"Baiklah, kalau ada apa-apa langsung hubungi aku" Ucap Max sambil mencuri ciuman singkat di bibir Emma.

"Tak usah cemberut, biasanya kau juga menikmatinya." sindir Max, Emma langsung keluar dari mobil Max.

Bugh

Emma membanting pintu mobil Max, setiap hari ada aja tingkah Max yang membuatnya jengkel.

Max tergelak keras melihat wajah Emma yang tengah merajuk. kemudian Max menginjak pedal gas mobilnya dan melajukannya menuju ke perusahaan Global Group.

Sebenarnya Max malas bekerja di perusahaan, bahkan perusahaan miliknya saja ia menyuruh orang kepercayaannya yang mengurusnya. tapi masih tetap dalam pantauan Max.

Emma turun dari mobil langsung berjalan memasuki perusahaannya.

"Selamat pagi bu Emma..." sapa salah satu Scurity yang ada di perusahaan Emma.

"Selamat pagi pak" Emma selalu ramah apda setiap karyawannya, itulah yang membuat karyawan di perusahaan Emma betah bekerja di perusahaan tersebut.

"Bu Emma bukankah... " Scurity tak lagi melanjutkan ucapannya karena tubuhnya di senggol oleh rekannya.

"Kenapa pak? kenapa tidak jadi?" tanya Emma bingung.

"Tidak apa bu, saya hanya lupa mau bicara apa sama ibu"

Emma mengangguk mengerti, lantas ia kembali melanjutkan langkahnya memasuki lift untuk menuju ke ruangannya yang ada di lantai atas.

Semua karyawan menatap Emma dengan tatapan kasihan.

Emma tidak memperdulikan tatapan karyawan terhadap dirinya, ia cuek saja langsung menuju ke ruangannya.

Klek...

Emma membuka pintu ruangannya di masuk kedalam ruangan tersebut.

Namun Emma di kagetkan dengan keberadaan orang asing di dalam ruangannya.

Orang tersebut duduk di kursi kebesarannya dengan posisi membelakanginya.

"Siapa kamu? ngapain kamu di ruanganku" tanya Emma dengan gerakan waspada.

Mendengar suara orang lain di ruanganbya orang tersebut memutar kursinya hingga menghadap ke Emma.

"Selamat datang putri tiriku" ucap Eva sambil tersenyum menyeringai melihat wajah Emma yang terlihat shock dengan keberadaannya.

"Ngapain kamu di perusahaanku hah, pergi kamu dari sini" sentak Emma seraya mengusir Eva dari ruangannya.

"Bukan aku yang harusnya pergi dari perusahaan ini, tapi kamulah yang harus segera angkat kaki dari perusahaan ini" ucap Eva.

"Bagaimana mungkin aku pergi dari perusahaan ini, sedang akulah pemilik dari perusahaan ini" Sahut Emma tak mau kalah.

"Sayangnya itu dulu, dan sekarang akulah pemilik sah perusahaan ini" tegas Eva seraya membuka laci mejanya.

Plakk...

Eva melempar sebuah berkas kehadapan Emma.

Emma langsung mengambil berkas tersebut dan membacanya.

"Tidak! ini semua pasti palsu" teriak Emma sambil melempar berkasnya begitu saja.

Berkas tersebut adalah bukti kepemilikan perusahaan yang sudah berubah menjadi atas nama Eva.

"Kalian, masuk keruanganku sekarang juga" titah Eva dari telpon, dia menghubungi scurity untuk mengusir Emma.

SIALAN KAU EVA, DASAR RUBAH BETINA TAK TAHU MALU. TUNGGU SAJA AKU AKAN MEMBALAS SEMUA YANG SUDAH KAU PERBUAT KEPADAKU." hardik Emma kepada ibu sambungnya itu

Tak lama tiga scurity masuk kedalam ruangan Eva.

"Seret wanitu itu dari ruanganku sekarang juga" perintah Eva.

Ketiga scurity maju ingin memegang tangan Emma tapi langsung ditepis oleh Emma.

"Jangan kalian berani coba-coba menyentuhku" tegas Emma dengan sorot mata tajam menatap ketiganya.

"Maaf bu Emma, tolong kerjasamanya agar kami tak menyakiti anda. Kami di sini hanya menjalankan tugas" ucap Salah satu scurity yang merasa tak enak dengan Emma. tapi mau bagaimana lagi mereka hanya menjalankan tugas dari atasannya yang sekarang.

"Tak usah kalian menyeretku, karena aki bisa keluar sendiri" tegas Emma.

Pandangan Emma lalu beralih ke arah Eva yang sedang duduk tegak di kursinya dengan gaya angkuhnya.

"Dan untukmu, suatu saat aku akan kembali kesini untuk menyingkirkanmu seperti yang kau lakukan kepadaku saat ini, jadi nikmatilah selagi kamu bisa karena suatu saat aku akan kembali mengambilnya darimu" ucap Emma dengan penuh penekanan.

Usai berkata seperti itu Emma keluar dari ruangan Eva dengan tubuh yang lemas, ingin rasanya ia menjerit menyalahkan takdir yang seolah tak adil kepadanya.

"Bu Emma" panggil Tina asisten Emma dulu.

Dia menghampiri Emma yang baru saja keluar dari ruangan Eva.

"Aku baik-baik saja Tina, nanti aku akan menghubungimu karena aku butuh bantuanmu" ucap Emma.

"Maafkan saya bu, saya tidak bisa mencegah perbuatan nyonya Eva, karena dia mmebawa bukti asli kepemilikan perusahaan" ujar Tina.

Emma mengangguk mengerti. Jangankan Tina, Emma yang sebagai pemilik asli saja tidak bisa berbuat apa-apa karna bukti itu sah di mata hukum.

Emma tidak mau gegabah hingga membuat dirinya berurusan dengan hukum, dia harus memikirkan cara untuk mengambil perusahaannya kembali.

"Aku pergi dulu, tetaplah bekerja di sini karena aku butuh informasi darimu tentang perusahaan ini" ucap Emma.

"Baik bu" ucap Tina.

Emma menpuk bahu Tina lalu pergi meninggalkan perusahaan tersebut.

Di luar Emma menengadahkan wajahnya sambil menatap gedung perusahaannya yang menjulang tinggi

Gedung dimana dirinya dulu bersama sang ayah berjuang mati-matian untuk mengembangkan perusahaan. Tapi kini semuanya sia-sia, semua sudah hilang karena ketamakan seseorang.

Emma merogoh tasnya dan mengambil ponselnya, ia memencet nomor telpon Max dan menghubunginya.

"Ya, ada apa? apa kau kangen denganku hmm" goda Max dari sebarang telpon.

"Tolong jemput saya sekarang tuan saya ingin pulang" pinta Emma dengan nada bergetar seperti menahan tangis.

"Hai ada apa? kenapa nada bicaramu seperti itu" tanya Max khawatir.

"Tolong jemput saya dulu, baru saya akan menceritakannya kepada anda" sahut Emma.

"Tunggu di depan karena sebentar lagi aku akan kesana." ucap Max langsung mematikan panggilannya secara sepihak.

Max langsung keluar dari ruangannya menuju keparkiran untuk menjemput Emma, ia menghawatirkan keadaan Emma saat ini.

Max melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh, hingga hanya butuh waktu lima belas menit Max sudah sampai di depan perusahaan Emma.

Ia melihat Emma yang sedang berdiri di depan perusahaanya dengan raut wajh terlihat sendu, Max semakin yakin kalau terjadi sesuatu dengan Emma.

Terpopuler

Comments

Cherry🍒

Cherry🍒

max Lo sweet syekali ternyata pengertian pula 🥰

2022-12-13

2

Candra Woods

Candra Woods

makin emosi om max kalo tau eva berbuat curang siap2 aja kamu eva jadi makanan hewan buas peliharaan om max😤😤😤😤

2022-12-11

0

Wiwin Vivo

Wiwin Vivo

di tunggu lanjutannya kakak semangat

2022-12-11

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!