BAB 8

Max keluar dari rumah Arsen dengan langkah terburu-buru menuju ke mobilnya.

Ia membuka pintu mobil dan langsung duduk di kursi kemudi, ia melihat ke samping ternyata Emma masih saja tertidur.

"Ck, bisa-bisanya dia tidur senyenyak ini, apa dia tidak takut kalau aku berbuat sesuatu kepadanya" ucap Max sambil menjalankan mesin mobilnya.

Mobil Max melaju dengan kecepatan sedang menuju ke apartemennya.

"Hai bangun, kita sudah sampai" ucap Max sambil mengguncang tubuh Emma.

Emma hanya mengeliat, lalu merubah posisinya menjadi membelakangi Max, membuat Max berdecak.

"Banngunnn.... " Teriak Max di telinga Emma.

Membuat Emma terlonjak kaget dan langsung membuka matanya.

"Kenapa tuan berteriak di telingaku, membuatku kaget saja" gerutu Emma sambil mengusap telingannya yang berdengung.

"Salah sendiri di bangunin baik-baik bukannya bangun. malah tetap tidur, cepat turun kita sudah sampai" dumel Max lalu mengajak Emma turun.

Dengan bibir yang mengerucut Emma keluar dari mobil, lalu dia berjalan mengikuti Max di belakangnya.

Mereka berdua naik lift untuk menuju ke kamar Max yang ada di lantai 25.

Ting

Pintu lift terbuka, mereka berdua keluar dan melangkahkan kaki meuju ke kamar Max.

Ceklek...

Pintu apartemen di buka oleh Max, lalu Max menyuruh Emma untuk masuk.

Emma pun mangangguk patuh, lalu masuk kedalam apartemen Max Max yang di dominasi warna abu.

"Apa kau mempunyai minum? aku haus" tanya Emma yang memang sejak tadi sepulangnya dari hutan ia belum minum sama sekali.

"Ambil saja di dapur" jawab Max singkat sambil melepas kaos yang ia kenakan di hadapan Emma tanpa merasa malu sedikitpun.

Emma langsung menutup wajahnya dengan menggunakan kedua tangannya.

"Kenapa tuan melepas baju di hadapanku" protes Emma.

"Terserah aku, ini kan apartmenku jadi suka-suka aku mau melakukan apa" sahut Max sambil tersenyum tipis mellihat tingkah lucu Emma.

Emma merenggangkan jari-jarinya hingga ia bisa melihat tubuh Max dari sela jarinya.

"Oh my God, tubuhnya seksi sekali, ingin rasanya aku mengusap perutnya yang kotak-kotak itu" puji Emma dalam hati, ia terpesona melihat tubuh kekar Max.

Emma menggelengkan kepalanya mencoba mengusir pikiran liarnya dari otaknya.

Akhirnya Emma memilih lari ke dapur, untuk mengambil air minum.

"Ini terlalu berbahaya, kalau aku terlalu lama tinggal bersamnya, yang ada nanti aku khilaf" gumam Emma sambil menghabiskan sebotol air minum hingga tandas.

"Kau sedang apa?" tanya Max tiba-tiba membuat Emma berjingkrak kaget.

"Aku baru selesai minum" sahut Emma sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Apa kau bisa masak?" tanya Max.

"Bisa, sedikit tuan" jawab Emma gugup.

"Bagus, kalau gitu kau masaklah, karena perutku sudah mulai lapar" titah Max.

Emma mulai mencari bahan yang bisa di masak dari kulkas Max, meskipun Max seorang pria, namun isi kulkasnya lumaayan lengkap.

Sepertinya Max juga suka memasak untuk dirinya sendiri.

"Apa kau tak ingin mengganti bajumu? aku gerah melihatmu yang sejak tadi terus menerus memakai jaket itu" ucap Max.

Emma menoleh menghadap ke arah Max.

"Lalu saya harus ganti baju apa tuan, kan saya tidak membawa baju" sahut Emma.

"Aku lupa, tentu saja kau tak memiliki pakaian, kau kan gembel yang baru aku pungut dari hutan" ejek Max tersenyum smirk menatap Emma yang sudah mengepalkan tangannya.

"Saya bukan gembel, saya ini seorang CEO" sahut Emma tak terima dirinya di katai gembel oleh Max.

"Ck, ternyata kau orang kaya, kalau begitu aku akan meminta uang sewa selama kamu tinggal di sini" ucap Max.

"Tenang saja, nanti kalau saya sudah mendapatkan kartu-kartu saya, nanti saya akan membayar uang sewa sekaligus bunganya" ucap Emma.

"Buktikan saja, jangan cuma bilang nanti-nanti" ucap Max lalu pergi meninggalkan Emma yang terus menggerutu memaki Max.

"Tampan sih, tapi ternyata perihitungan, mana gayanya sok keren lagi, membuatku kesal saja, kalau bukan gara-gara mak lampir dan tua bangka itu, aku juga tidak mau numpang di apartemen ini" Emma memotong sayur sambil terus menggerutu.

Max tertawa cekikikan sambil mengintip Emma dari balik dinding.

"Dia lucu sekali kalau sedang kesal, ingin sekali aku membungkam bibirnya yang tak berhenti mengoceh itu" gumam Max.

Ia menggeleng gelengkan kepalanya sambil berjalan menunu ke ruang tv.

Max menonton film faviritnya, sambil menselonjorkan kakinya ke meja, menunggu Emma menyelesaikan masakannya.

Tak lama Emma datang menghampiri Max.

"Makanannya sudah siap tuan" kata Emma dengan sedikit menunduk, Emma benar-benar menjaga pandangannya, ia tak mau melihat bagian atas Max yang tanpa baju.

Max mengangguk, kemudian beranjak dari sofanya, ia mengikuti Emma yang membawanya ke meja makan.

Emma memasak ayam rica-rica dan oseng sayur.

Max duduk di kursi meja makan, Emma melayani Max, dia mengambilkan nasi serta lauk untuk Max.

"Ini tuan" kata Emma sambil meletakkan piring yang sudah terisi penuh oleh nasi dan lauk di hadapan Max.

"Hmmmm"

Emma benar-benar menempatkan diri selayaknya pembantu di apartemen Max.

Lalu Max mulai menyantap makanan yang ada di hadapannya. dengan perlahan ia mengunyah makanan tersebut sambil mencoba menikmati rasanya.

"Enak" puji Max dalam hati.

Max manggut-manggut, kemudian ia kembali memasukkan makanan kedalam mulutnya, Max makan dengan lahapnya.

Sedangkan Emma hanya melihat Max makan sambil menelan salivanya. ia juga merasa lapar tapi dia malu bilang sam Max.

Krukkkkk....krukkk

Max berhenti mengunyah ketika mendengar suara dari perut Emma.

Lalu ia menoleh kearah Emma yang sedang menunduk krena malu.

"Makanlah," titah Max kembali melanjutkan makannya.

Dengan malu-malu akhirnya Emma mengisi piringnya dengan nasi dengan lauk yang ia masak tadi.

Setelah sepuluh menit merkwa menyelesaikan makan malamnya.

Max pergi ke kamarnya untuk membersihkan tubuhnya.

Sedangkan Emma setelah membuka jaketnya, ia merebahkan tubuhnya di sofa yang ada di ruang tv sambil membaca buki uang ada di mejanya dengan di temani anjing milik Max, badannya begitu lelah setelah seharian ini melewati banyak hal, sehingga membuat Emma akhirnya terlelap.

Emma ketiduran di sofa dengan menggunakan selimut sebatas perut. beruntung di sofa ada selimut sehingga Emma bisa menggunakannya untuk menutupi kaki jenjangnya, karena sejak tadi ia masih mengenakan baju seksi pemberian Darso., tapi Emma melupakan dadanya yang terekspos.

(Anggap aja Emma sedang tidur di sofa guys)

"Shitt... gadis ini benar-benar beracun" umpat Max dalam hati.

Max keluar dari kamarnya, dengan menggunakan celana boxer saja tanpa menggunakan atasan, keviasaan Max kalau tidur tidak pernah menggunakan baju.

Niat hati ingin memberikan baju ganti, malah di suguhkan pemandangan yang menyehatkan mata.

Emma mengira kalau Max tidak akan keluar lagi dari kamarnay, makanya dia berani membuka jaketnya.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Har Tini

Har Tini

tahan ini ujian depan mata max🤣

2022-12-12

2

Cherry🍒

Cherry🍒

hahaha max bukan Emma yang beracun tapi matamu Lo hahahaa liar syekaliii 🤣🤣🤣🤣

2022-11-29

0

Atik Marwati

Atik Marwati

tahan max...
Emma kamu luar biasa..

2022-11-29

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!