Terjebak Dalam Hasrat Yang Salah
Derap langkah kaki menyusuri koridor rumah sakit jiwa. Seorang pria dengan setelan kantornya tampak tergesa-gesa menuju ke sebuah ruangan tempat ibunya berada.
Namanya Bara Dirgantara, seorang pewaris tunggal dari Dirgantara Group. Memiliki seorang ibu yang mengalami gangguan jiwa akibat depresi berat karena perselingkuhan yang dibuat oleh ayahnya.
Kenangan akan masa lalunya yang pahit, membuat Bara tak bisa berdamai dengan ayahnya. Di tambah lagi dengan melihat kondisi ibunya hingga saat ini belum juga sembuh, membuat Bara semakin menaruh dendam pada ayahnya.
Langkah kakinya terhenti tepat di depan sebuah ruangan 203, terdengar suara teriakan histeris dari dalam ruangan tersebut. Bara melihat dengan jelas, ibunya yang mengamuk, melemparkan benda-benda yang ada di sekitarnya sembari menjerit.
“Sudah ku katakan, aku tak sudi jika harus hidup dimadu seperti ini. Kenapa kamu terus-menerus memberikanku makanan ini! Aku tak butuh semua ini! Aku tak butuh!!” Seru wanita paruh baya dengan penampilan yang acak-acakan.
Bara melihat sekelilingnya, banyak mata yang menatap ke arah ibunya. Bara membenci hal ini, ia tidak ingin ibunya menjadi tontonan banyak orang meskipun yang dirawat di sana rata-rata pasien yang memiliki gangguan kejiwaan sama seperti ibunya.
Dengan cepat, Bara masuk ke dalam ruangan tersebut dan menutup pintu. Pria itu menghampiri ibunya dengan kondisi yang memprihatinkan. Rambut yang terlihat berantakan, serta baju yang kotor akibat terkena tumpahan dari makanan yang ia lempar.
Wanita bernama Diana itu menyadari kehadiran putranya. Namun, tatapan yang diberikan oleh Diana merupakan tatapan penuh kebencian.
“Kenapa kamu menduakan ku, Mas? Apakah tidak cukup cinta yang kuberikan padamu? Apakah tidak cukup tubuhku ini memuaskan mu hingga kamu memilih tubuh wanita j*lang itu!” ketus Diana, ibu dari Bara.
Kejadian ini bukan hanya satu atau dua kali saja, akan tetapi sering kali ia dapatkan perlakuan dari ibunya yang menganggap dirinya adalah sang ayah yang telah mengkhianatinya.
Bara semakin mendekat, wanita itu melemparkan bantal ke arah Bara. Mencoba untuk mengusir pria itu . Namun, Bara tak mempedulikan ucapan dari ibunya. Ia merengkuh tubuh ringkih sang ibunda. Beberapa kali wanita itu melakukan pemberontakan, akan tetapi Bara tetap memeluk ibunya, dengan sorot mata yang tajam serta berkaca-kaca.
“Bu, aku Bara.” Berulang kali Bara mengucapkan hal tersebut.
Hingga akhirnya kaki Diana melemas, dengan cepat Bara menopang tubuh ibunya yang tak berdaya itu. Diana menatap wajah putranya dengan mata yang berkaca-kaca.
“Bara? Bara anakku.” Wanita tersebut tak bisa membendung air matanya lagi.
Bara hanya menganggukkan kepalanya menimpali ucapan ibunya itu. Ia menyeka air mata yang jatuh menetes di pipi Diana.
“Kita ganti baju dulu ya, Bu. Lihatlah! Baju Ibu sudah kotor karena tumpahan makanan tadi,” ujar Bara yang memperlakukan ibunya dengan lembut.
Diana melihat penampilannya yang kacau. Wanita itu pun menganggukkan kepalanya, menuruti ucapan putra semata wayangnya.
“Suster, tolong berikan baju baru untuk ibuku!” titah Bara.
“Baik, Tuan.” Perawat tersebut langsung membawakan pakaian ganti yang baru untuk Diana.
Sepeninggal perawat, Bara mencoba mendudukkan ibunya kembali di atas brankar. Ia memunguti bantal serta selimut yang dilemparkan oleh Diana tadi.
“Kenapa berantakan sekali?” tanya Diana. Wanita itu selalu saja melupakan semuanya setelah ia sadar.
Bara menatap Diana sembari mengembangkan senyumnya. “Tadi suster sedang beres-beres, dan ibu membantu suster untuk membereskan semuanya.”
“Benarkah?” tanya Diana memastikan.
Bara menganggukkan kepalanya seraya menarik kedua sudut bibirnya. Tak lama kemudian, perawat pun datang seraya membawa baju ganti untuk Diana.
Bara berjalan keluar dari ruangan tersebut, membiarkan ibunya berganti pakaian yang dibantu langsung oleh suster.
Saat tengah menunggu di luar, Bara kembali mengingat kejadian pahit di masa lalu. Di mana saat itu ayahnya bertengkar hebat dengan ibunya. Bahkan ayahnya dengan berani mengakui bahwa dia mencintai selingkuhannya itu dibandingkan ibunya.
Saat itu Bara baru menginjak usia 13 tahun. Ia hanya bisa menenangkan ibunya, akan tetapi Diana selalu saja meluapkan kekesalannya kepada Bara.
Dan suatu hari Diana sedang sakit, Bara mencoba merawat Diana, tetapi Diana meminta agar anaknya mencari keberadaan ayahnya. Diana takut, jika dia akan kehilangan suaminya.
Bara pun mencari keberadaan ayahnya. Pria itu bahkan bolos sekolah demi menuruti permintaan dari sang ibunda. Saat Bara tiba di kantor ayahnya, Bara tak menemukan keberadaan sang ayah di tempat itu. Ia pun bertanya kepada asisten ayahnya, memohon untuk memberitahukan keberadaan ayahnya saat itu juga.
Asisten tersebut terpaksa memberitahukan semuanya. Ia tak tega melihat Bara bersimpuh sembari menangkupkan kedua tangannya hanya untuk mendapatkan informasi keberadaan atasannya itu.
Setelah menemukan informasi tersebut, Bara berlari menemui ayahnya yang saat itu sedang berada di sebuah toko perhiasan. Peluh yang mengucur di keningnya, ia seka begitu saja.
Setibanya di tempat yang dituju, dengan napas yang tersengal, Bara melihat ayahnya bersama dengan wanita lain. Kala itu, Amran yang tak lain adalah Ayah Bara, tengah sibuk memilih perhiasan. Pria itu tengah memakaikan kalung liontin untuk selingkuhannya. Keduanya pun terlihat bersenda gurau sembari saling menatap dengan penuh cinta.
“Ayah!” panggil Bara.
Amran menoleh sejenak, ia pun menghampiri Bara dengan tergesa-gesa. “Kenapa kamu berada di sini? Pulang sana!” usir Amran. Pria itu pun langsung kembali menemui selingkuhannya, memilih untuk membayar perhiasan dan pergi dari toko itu.
Melihat hal tersebut, Bara tak bisa berbuat apa-apa. Ia mengepalkan tangannya, sementara matanya berkaca-kaca.
“Kenapa ayah tega mengkhianati ibu? Akan ku pastikan, setelah aku dewasa nanti, aku akan membuat perhitungan pada wanita itu! Aku akan mencari tahu semua tentangnya!” geram Bara dengan sorot mata yang tajam.
Suster yang membantu mengganti pakaian Diana pun menghampiri Bara. Seketika lamunan Bara tentang masa lalunya menjadi buyar. Ia pun kembali menemui ibunya di dalam ruangan tersebut.
Bara baru saja selesai menyuapi Diana makan. Pria tersebut membantu ibunya untuk berbaring di atas brankar. Cukup lama Bara menunggu Diana hingga wanita paruh baya tersebut tertidur pulas.
“Bu, Bara kembali ke kantor dulu ya, nanti Bara akan menjenguk ibu lagi,” ucap Bara sembari membetulkan selimut yang dikenakan oleh ibunya.
.....
Malam itu, Bara baru saja pulang dari kantor. Ia memarkirkan mobilnya di halaman rumah. Bara melihat ayahnya saat itu tengah bersantai di teras sembari menyesap secangkir kopi.
“Kamu sudah pulang?” tanya Amran.
Bara tak menjawab ucapan dari ayahnya. Ia berlalu begitu saja tanpa menghiraukan keberadaan Amran. Amran merasa kesal karena diacuhkan oleh putranya sendiri.
“Apakah kamu tidak memiliki sopan santun? Apakah seperti ini caramu memperlakukan orang tuamu sendiri?!” Bentak Amran.
Bara menghentikan langkahnya, lalu kemudian berbalik menatap ayahnya. “Kapan ayah mengajariku cara sopan santun? Bukankah ayah terlalu sibuk bersama wanita ****** itu?” timpal Bara.
“Tutup mulutmu!”
“Kenapa? Apakah ayah tidak sudi mendengar aku memanggilnya dengan sebutan j*lang? Bukankah memang seperti itu kenyataannya?”
Tangan Amran hendak menampar Bara, akan tetapi pria tersebut dengan cepat menangkap tangan ayahnya.
“Aku tidak akan membiarkan ayah memukuliku seperti dulu lagi!” seru Bara yang menghempaskan tangan ayahnya begitu saja.
Pria tersebut memilih pergi meninggalkan ayahnya dengan perasaan kesal. “Lihat saja, aku akan segera menemukan persembunyian wanita itu.”
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
🍁K3yk3y🍁
Menarik semangat thorr
2022-11-16
2
Ani Ponianingsih
nyomak dl,smg certanya menarik....
2022-11-16
2
🍁K3yk3y🍁
Hadier lagi thor❤️🩹❤️🩹❤️🩹❤️🩹❤️🩹
2022-11-16
1