Melihat Bara yang masuk ke dalam mobil, membuat Luna mengekor pada pria tersebut. Ia juga masuk ke dalam kendaraan kekasihnya begitu saja, tanpa ditawari oleh si pemilik mobil sama sekali.
Luna melihat dengan jelas gurat amarah dari Bara. Entah mengapa, Luna beranggapan bahwa Bara sedikit banyaknya memiliki rasa terhadap istrinya itu. Lantas, kenapa Bara berbuat demikian? Jika memang benar memiliki rasa kepada Rosa, mengapa Bara berbuat sejauh ini dan bahkan, tak segan-segan memanggilnya dengan panggilan 'sayang' di depan istrinya sendiri.
Entah mengapa, tiba-tiba Luna membenci pemikirannya sendiri. Ia takut, jika Bara benar-benar menaruh hati pada Rosa. Luna belum siap kehilangan Bara. Gadis itu masih sangat mencintai Bara.
"Dia sangat bodoh! Bagaimana bisa melukai tangannya sendiri," ucap Luna yang berusaha memanas-manasi Bara, agar pria itu juga menganggap bahwa istrinya bodoh dan tak pantas untuk dipertahankan.
"Cara dia berpakaian juga tak menarik sama sekali. Jujur saja, jika dibandingkan denganku, maka aku lebih baik darinya," lanjut Luna yang sedikit meninggikan dirinya demi dinilai bagus oleh Bara.
Luna melirik Bara yang tak menggubris sama sekali ucapannya. Ia melihat pria tersebut dengan wajah datarnya tetap mengemudikan kendaraan tanpa memperlihatkan ekspresi apapun.
"Kenapa kamu memarahinya? Apakah karena rasa kopinya tadi tidak enak?" tanya Luna, sementara Bara masih diam membisu, tak menjawab ucapan dari kekasihnya itu.
"Benar-benar wanita yang tidak bisa diandalkan! Bagaimana bisa membuat kopi saja dia gagal? Bukankah itu hal yang mudah? Aku tidak habis pikir saja, kenapa kamu bisa sampai menikah dengannya," cecar Luna terhadap Rosa.
Ocehan yang dilontarkan oleh Luna membuat Bara semakin pusing. Belum lagi ia mencoba untuk tidak memikirkan Rosa di saat seperti ini, akan tetapi Luna terus-menerus membahasnya tanpa henti yang membuat Bara sendiri merasa benar-benar muak mendengarnya.
Ciittt ....
Bara menepikan mobilnya, lalu kemudian mengerem kendaraannya secara mendadak. Tentu saja hal itu membuat Luna langsung terlonjak kaget dengan mata yang terbelalak.
"Kamu, ...." ucapan gadis itu tercekat, saat melihat ekspresi dari wajah Bara yang sepertinya tak bersahabat.
Pria itu terlihat benar-benar marah. Rahangnya mengeras sementara pandangannya masih menatap ke depan.
"Turun!" ujar Bara tanpa menoleh ke arah lawan bicaranya.
"Aku ingin ikut bersamamu ke kantor," timpal Luna.
"Turun!" Bara masih bersikap lembut akan tetapi terselip sedikit penekanan di ucapannya.
"Tidak mau! Aku ingin ikut ke kantor bersamamu, titik!" Luna masih saja keras kepala. Ia tak ingin Bara terlalu banyak memikirkan Rosa nantinya. Luna ingin hanya dirinya yang ada di pikiran Bara, hanya itu saja!
"Turun!!!" Kali ini Bara menatap ke arahnya. Tatapan mata itu, seakan ingin menusuk dan mencabik-cabik Luna saat itu juga. Membuat Luna cukup bergidik ngeri dibuatnya.
"B-baiklah," cicit Luna yang menyerah dengan sikap egoisnya. Ia pun menuruni kendaraan Bara. Rasa kesal tentu saja membuat dadanya sedikit sesak, apalagi dengan sikap Bara yang baru saja ditujukan kepadanya, membuat Luna tak habis pikir dengan pria tersebut.
Baru saja Luna menutup pintu, ia kembali dikejutkan oleh Bara. Pasalnya, kendaraan itu langsung melaju begitu saja padahal dia baru saja turun dari mobil.
"Kenapa kamu seperti ini, Bara? Apakah karena gadis itu sehingga kamu mengacuhkanku dan bersikap kasar kepadaku? Lihat saja, Bara! Aku tidak akan menyerah! Aku akan tetap mempertahankanmu dan merebutmu dari gadis kampung itu!" geram Luna yang menatap mobil Bara semakin hilang dari pandangannya.
Sementara Bara, ia memukul setirnya beberapa kali. Bahkan pria itu berteriak menumpahkan rasa kesalnya. Ia tidak tahu, apakah ini rasa kesal karena Luna mengganggunya, atau justru rasa kesalnya karena telah memperlakukan Rosa hingga gadis itu nekat melukai dirinya.
Bara mengusap wajahnya dengan kasar. Sungguh! Ia dilema berada di posisi yang sekarang. Ia benci dengan keadaan ini! Ia juga membenci dirinya sendiri.
Tak lama kemudian, mobil yang dikendarai Bara pun tiba di kantor. Pria tersebut turun dari kendaraannya, berjalan memasuki gedung pencakar langit tersebut dengan raut wajah yang tidak bersahabat.
Bara menyusuri lobi, mengabaikan sapaan-sapaan dari para pegawainya. Suasana hatinya sedang tidak baik kali ini. Dan bahkan, ia mengacuhkan semua orang yang ada di sekitarnya.
Pintu lift pun terbuka, mengantarkan Bara menuju ke ruangannya. Pria itu berjalan masuk ke dalam ruangan CEO tersebut. Bahkan, saat Agam menghampirinya, Bara langsung mengisyaratkan pada sang asisten agar tak mengganggu dirinya terlebih dahulu.
Agam pun berjalan mundur beberapa langkah, menjauhi Bara. Ia menundukkan kepalanya sejenak, lalu kemudian meninggalkan Bara dan melangkah menuju ke meja kerjanya.
Bara menjatuhkan bokongnya di atas kursi kebesarannya. Terdengar helaan napas berat, seolah pria itu benar-benar stres berat.
Bara membuka layar laptopnya, lalu kemudian membuka rekaman cctv yang terhubung ke rumahnya. Pria tersebut membuka titik rekaman tersebut satu persatu, hingga tangannya pun meng-klik rekaman yang tertuju di ruang tengah. Di mana saat itu, pelayan rumahnya baru saja selesai mengobati luka istrinya.
Setelah kepergian pelayan itu, Bara melihat bahu sang istri naik turun. Itu pertanda bahwa gadis tersebut tengah menangis. Sesekali terlihat jelas di rekaman itu, Rosa menyeka air matanya.
Entah mengapa, melihat adegan itu, membuat Bara menjadi kesal sendiri. Ia mengepalkan tangannya dengan kuat, lalu kemudian menutup layar laptopnya dengan sangat kasar.
Pria itu mengacak rambutnya frustasi. Sesuatu terbesit di dalam benaknya. Tentang apa yang dirasakannya saat ini. Apakah ia merasa senang karena bisa memperlakukan istrinya seperti ini? Lalu, kenapa dia merasa ikut kesal dan bahkan sedikit sakit menyaksikan air mata Rosa yang jatuh begitu saja.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Ratri Pambayun
Bara, kamu sebenarnya org baik tp kehidupan yg membuatmu seperti ini. aku tahu, mengikhlaskan keadaan itu sangaaattt susah tapi harus tetap dicoba.
jangan sampai Rosa pergi dan kamu baru mengetahui yg sebenarnya
2022-11-30
1