Bab 9. Tamu Tak Diundang

"Bu, ampun!" ucap Rosa kecil bersimpuh di hadapan Tina. Wajah wanita itu menatap Rosa dengan nyalang, tangannya memegang ikat pinggang yang beberapa kali ia cambukkan ke tubuh mungil Rosa.

"Kamu, sudah dihidupi, masih saja mencuri, hah?! Bersyukur aku sudah ingin memungutmu! Kalau tidak, bisa saja kamu menjadi gembel di jalanan!" ketus Tina yang kembali melayangkan cambuk tersebut ke punggung Rosa.

"Bu, aku tidak mencurinya, Bu. Sungguh! Aku bukan pencuri," ucap Rosa disertai dengan rintihan kepedihan yang tiada tara saat cambuk tersebut berhasil mendarat ke punggungnya yang mulus dan meninggalkan bekas kemerahan di sana.

"Mati saja kamu! Anak tidak tahu diuntung!" cecar Tina.

"Ampun Bu, ampun ...," Rosa mengernyitkan keningnya, disertai dengan hawa dingin yang mulai menusuk ke kulitnya.

"Ampun Bu, jangan pukul Rosa, Rosa bukan pencuri," ujar gadis itu lagi sembari terisak.

Tak lama kemudian, Rosa pun terbangun dari tidurnya. Sebuah mimpi kekejaman yang ia terima, kembali mengusiknya. Gadis itu mengusap matanya pelan, lalu kemudian mengedarkan pandangannya.

"Aku ada di mana?" gumam Rosa pelan.

Lama kelamaan, gadis itu pun mengingat saat malam hari, ia tak bisa tertidur karena suaminya yang belum pulang. Rosa merasa cemas, ia takut terjadi sesuatu pada Bara. Hingga Rosa pun memutuskan untuk menunggu suaminya di luar, berharap Bara akan segera pulang.

Namun, rasa khawatir serta ketulusannya tampaknya tak berimbas apapun pada suaminya itu. Justru kini, dirinya tertidur di luar hingga menjelang pagi, akan tetapi Bara tak membangunkannya untuk pindah ke dalam. Mungkin, pria itu menganggap Rosa hanyalah seorang makhluk yang tak kasat mata.

"Sebenarnya, apa salahku padamu hingga kamu memperlakukan aku seperti ini?" gumam Rosa sembari menatap pintu yang masih tertutup rapat.

Rosa memeluk dirinya, mengetuk pintu berkali-kali berharap agar pintu tersebut terbuka. Hal ini mengingatkan akan kejadian masa lalu. Di mana saat itu, Tina menghukum dirinya karena sewaktu itu Rosa mendapatkan peringkat dengan nilai terbaik di sekolahnya.

Tina marah, Tina tidak ingin Rosa lebih unggul dari Gea. Wanita itu langsung memberikan hukuman pada Rosa yang dianggap mencari muka di depan banyak orang.

Ingatan kejadian di masa lalu langsung buyar seketika tatkala pintu itu telah terbuka. Salah satu pelayan bagian pendapuran membuka pintu tersebut dengan menunduk hormat.

"Terima kasih," ucap Rosa yang tak menyia-nyiakan banyak waktu karena saat ini, tubuhnya seakan mati rasa akibat dinginnya udara di luar.

Rosa segera masuk ke dalam kamar mandi. Mengguyur dirinya menggunakan air hangat, agar tak terlalu dingin karena memang suhu tubuhnya yang sudah dingin.

Mungkin, di jam sekarang, memang lebih enak jika masih bergelung di dalam selimut yang tebal. Namun, karena Rosa harus membersihkan rumah agar saat Bara terbangun nanti semuanya sudah bersih tanpa debu.

Setelah selesai mandi dan bersiap, Rosa pun dengan segera membersihkan rumah. Sesekali ia menyeka keringat yang sempat menetes. Setelah selesai menyapu dan mengelap meja, ia pun melihat jam yang ada di dinding, menunjukkan pukul 06:30.

Rosa pun pergi ke dapur, berinisiatif meminta maaf jika memang dia telah membuat Bara kesal, membayarnya dengan secangkir kopi hangat yang ia buat dengan setulus hati.

Rosa menyiapkan semua bahan sembari menunggu air mendidih. Setelah mendidih, ia pun langsung menuangkan kopi tersebut ke dalam gelas. Kebetulan Bara terlihat baru saja menuruni anak tangga. Dengan cepat Rosa membawa kopi ke meja makan.

"Mas, aku membuatkan kopi untukmu," ucap Rosa yang lagi-lagi menyebut pria itu dengan sebutan 'Mas'. Padahal, Bara sangat membenci sebutan itu keluar dari mulut Rosa.

"Siapa yang menyuruhmu membuatkan kopi!" Bara langsung menepis gelas kopi tersebut.

Pranggg ...

"Awww ...."

Gelas kopi tersebut pecah, dan air kopi panas itu mengenai tangan Rosa. Rosa meringis kesakitan, sembari meniup-niup tangannya yang terasa terbakar. Tangan Rosa menjadi merah, karena ulah Bara.

Namun, Bara seakan tak punya hati. Ia mengabaikan istrinya begitu saja tanpa memedulikannya.

"Sebaiknya bereskan pecahan gelas itu, dan lekas pergi dari hadapanku," ucap Bara tanpa menoleh lawan bicaranya.

Rosa berjongkok, matanya berkaca-kaca sembari memunguti satu persatu serpihan gelas yang berserakan. Tak lama kemudian, gerakannya terhenti saat mendengar ketukan suara heels yang berjalan mendekat ke arahnya.

"Wow," ucap Luna sembari menutup mulutnya. Melenggang masuk ke rumah Bara dengan sesuka hatinya.

"Ternyata seperti ini kamu memperlakukan istrimu," lanjut Luna diiringi dengan kekehan kecil. Seakan ia senang jika Bara bersikap demikian pada istrinya, itu artinya Bara masih menyimpan rasa pada dirinya.

"Siapa yang menyuruhmu kemari? Dan apa tujuanmu ke sini?!" ujar Bara datar.

"Kenapa? Apakah harus memiliki alasan jika ingin pergi ke rumah kekasih sendiri?"

Sesaat kemudian, jantung Rosa terasa mencelos mendengar ucapan dari wanita berpenampilan nyentrik itu. Ia mendongakkan kepalanya, menatap wanita itu dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"Perkenalkan, Aku Luna. Kekasihnya Bara."

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

lovely

lovely

gue kurang suka ma s Rosa terlalu bodoh

2022-12-28

0

Ratri Pambayun

Ratri Pambayun

luka hati dan luka fisik menjadi satu. Rosa, sini aku peluk😭😭

2022-11-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!