Saat Bara tengah berbincang dengan rekan kerjanya, ia melirik ke arah Rosa. Terlihat gadis tersebut sedang sendirian sembari menikmati minumannya. Bara kembali berbincang, ia melihat lagi ke arah Rosa, ternyata saat ini gadis itu tengah bersama dengan seorang pria. Bahkan, Rosa terlihat melemparkan senyum pada pria itu, yang tentunya membuat Bara kebakaran jenggot.
Bara sedikit melonggarkan dasinya yang terasa mencekik. Telinganya tetap mendengar ucapan rekan kerjanya itu, akan tetapi pandangan pria tersebut tertuju pada Rosa yang tengah melemparkan senyum pada pria lain.
"Apa arti senyumannya itu? Apakah dia pikir dia sangat cantik?" batinnya.
Bara kembali melirik, pria yang bersama dengan Rosa tetap berada di sana, membuat Bara mengeraskan rahangnya. Pria tersebut sudah tak tahan melihat kelakuan Rosa. Bara ingin, hanya dia lah yang dekat dengan Rosa, dia lah yang berhak atas hidup gadis itu. Melihat Rosa bersama dengan pria lain, membuat Bara seakan kebakaran jenggot.
"Maaf, sepertinya aku harus segera pulang," ucap Bara pada rekan kerjanya itu.
Pak Rahmat menganggukkan kepala, berterima kasih pada Bara karena sudah bersedia hadir di pesta pertunangan anaknya. Bara pun menganggukkan kepalanya, menanggapi ucapan Pak Rahmat.
Sesaat kemudian, Bara memilih untuk berjalan menghampiri Rosa. Dengan langkah lebarnya, Bara ingin segera datang dan membawa Rosa pergi dari tempat itu.
Rosa serta teman bicaranya mendapati kedatangan Bara. Pria tersebut menundukkan kepalanya pada sang atasan. Sementara Bara, hanya menatap pria tersebut dengan tatapan yang menusuk. Seakan Bara ingin mencabik-cabik lawan bicara Rosa saat itu juga .
"Ayo pulang!" tegas Bara dengan suara yang pelan, akan tetapi penuh penekanan.
"Kalau begitu, aku pul ...." Belum selesai Rosa menuntaskan kalimatnya, Bara langsung menarik istrinya untuk segera pergi dari tempat itu.
Cengkraman tangan Bara begitu erat memegang pergelangan tangan Rosa. Gadis itu hanya bisa meringis pelan, tanpa penolakan. Apalagi suasana ramai seperti ini, tidak mungkin baginya untuk berdebat dengan Bara.
Bara membawa masuk Rosa ke dalam mobil. Membuka mobil tersebut dan sedikit mendorong tubuh Rosa dengan kasar. Gadis itu kembali meringis kesakitan. Ia melihat pergelangan tangannya yang memerah akibat ulah suaminya.
Dengan wajah datarnya, Bara juga ikut masuk ke dalam mobil. Pria tersebut mulai melajukan kendaraannya, segera meninggalkan tempat itu.
Rosa melirik ke arah Bara. Melihat rahang Bara yang mengeras, membuat gadis itu mengurungkan niatnya untuk membuka topik pembicaraan. Lagi pula untuk apa Rosa berbicara pada suaminya. Toh, Bara juga belum tentu menanggapi ucapannya itu.
Rosa masih mencuri-curi pandang ke arah Bara. Dari raut wajah pria tersebut, terlihat jelas jika saat ini Bara sedang marah besar. Dalam benak Rosa pun bertanya-tanya.
Apa yang membuat Bara menjadi se-marah ini?
Apakah suaminya ini memang hobi marah-marah yang tidak jelas, tanpa sebab dan kesalahan apa yang Rosa perbuat?
Mobil membelah jalanan malam itu dengan sedikit kencang. Ya, Bara melajukan mobilnya dengan kecepatan yang tinggi, membuat Rosa sedikit merasa mual dan pusing.
Tak lama kemudian, mobil yang dikendarai oleh Bara pun tiba di rumah. Rosa baru saja turun dari kendaraannya. Namun, tiba-tiba tangannya di cekal oleh Bara. Gadis itu lagi-lagi di tarik oleh suaminya.
Mereka menaiki tangga, sementara Rosa harus mengikuti langkah Bara yang tak melepaskan tangannya barang sedetik pun. Rasa nyeri pergelangan tangannya di pesta tadi belum juga hilang. Sekarang di tambah lagi dengan cengkraman Bara yang membawa dirinya menuju ke kamar.
Pria itu menghempaskan tubuh Rosa di atas kasur. Rosa cukup terkejut dengan perlakuan Bara. Apa yang akan dilakukan oleh Bara selanjutnya.
Namun, sesaat kemudian ...
Srettt ...
Bara menarik bagian lengan gaun yang dikenakan oleh Rosa. Membuat Rosa membelalakkan matanya. Ia cukup terkejut dengan perlakuan Bara. Gaun mahal itu, tak segan-segan ia merusaknya.
Bagian dada Rosa sedikit terekspos. Rosa pun menutupinya dengan menyilangkan tangannya.
"Ada apa denganmu? Kenapa kamu melakukan semua ini?" tanya Rosa yang sedikit ketakutan, Rosa berusaha bangkit, akan tetapi Bara memilih menindih tubuh mungil Rosa.
Pria itu melihat kulit putih mulus Rosa yang terlihat sangat jelas. Matanya dipenuhi oleh amarah dan ... gairah.
Bara menciumi leher jenjang Rosa dengan kasar. Bahkan ia tak segan-segan menggigitnya hingga meninggalkan bekas kemerahan di sana.
Rosa sekuat tenaga mendorong Bara. Namun, tenaga yang dimilikinya tak setimpal dengan tenaga suaminya. Hingga akhirnya sebuah pertanyaan pun mampu memberhentikan aksi gila dari pria itu.
"Apakah kamu cemburu?" pertanyaan itu lolos begitu saja di bibir Rosa.
"Apa kamu cemburu karena aku berbincang dengan pria lain? Kamu sudah menyukaiku?"
Lagi dan lagi pertanyaan itu menyadarkan Bara dengan apa yang baru saja ia perbuat. Dengan cepat, Bara langsung mencengkram rahang gadis yang ada di bawah kungkungannya.
"Menyukaimu? Cemburu padamu? Seleraku bukanlah wanita sampah sepertimu!" Cecar Bara.
Mendengar perkataan Bara, serasa ada sebuah pisau belati yang menghujam dada Rosa berkali-kali. Bara menyebutnya wanita sampah, akan tetapi kenapa pria tersebut sampai berbuat sejauh ini? Bahkan kilatan gairah dimatanya masih terlihat jelas, seakan ingin memangsa Rosa hidup-hidup.
"Aku tidak suka kamu dekat-dekat dengan orang lain! Bukan berarti karena aku mencintaimu, akan tetapi karena aku jijik melihatmu meninggi seakan kamulah paling cantik!" tukas Bara.
"Asal kamu tahu, kamu hanya sekedar budakku. Seorang babu bagiku! Aku memberimu tugas untuk menemaniku di pesta, buka untuk mengobrol dengan pria lain!"
"Hanya aku lah yang berhak atas hidupmu, bahkan jika kamu mati sekalipun!"
Kalimat terakhir yang dilontarkan oleh Bara membuat Rosa tak bisa menahan laju air matanya. Pria itu hanya ingin Rosa menderita. Rosa mengingat ucapan Bara kemarin, mengatakan bahwa Rosa tak berhak bahagia. Seolah Rosa adalah wanita paling berdosa di muka bumi ini.
Melihat Rosa yang mulai menitikkan air matanya, membuat Bara pun beranjak dari atas Rosa. Ia malas jika Rosa sudah menangis. Bara pun memilih pergi meninggalkan istrinya yang masih mematung dalam keadaan setengah t*lanjang.
Bara pergi ke ruang kerjanya. Pria mengunci dirinya di ruangan itu. Ia mengacak rambutnya dengan kasar, entah karena dirinya yang baru sadar hampir menyentuh wanita yang ia anggap sampah tadi, atau karena hasrat yang menggebu-gebu tidak jadi tersalurkan.
Bara melangkah menuju lemari yang ada di sana. Mengambil sebotol wine, lalu menenggak minuman berwarna merah itu langsung dari botolnya. Sesekali ia menyeka sisa wine yang membasahi bibirnya yang sedikit bervolume itu.
"Ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus mencari cara agar aku bisa menyakiti hati wanita itu. Dia tidak boleh menganggap bahwa aku menyukainya, TIDAK BOLEH!"
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Murhaeni
seru banget
kelanjutannya dong episode. 16
2022-12-01
2